Jaemin terjebak dalam sebuah game. Satu demi satu rahasia gelap game tersebut terkuak, mengharuskan Jaemin membuat satu pilihan.
Keselamatan banyak orang atau keberadaan NPC yang baru ditemuinya, Ren.
🕹main pair : Jaemin x Renjun
🕹side pair(s) :...
“Sebentar lagi daily quest akan dimulai. Sebaiknya persiapkan dirimu, jangan mengikutiku lagi.”
Ren kembali melangkahkan kakinya menjauh dari Jaemin. Tak ada yang tahu kemana ia akan melangkah pergi, bahkan untuk Ren sendiri. Jaemin hanya diam memandang jubah perak itu dari belakang yang semakin menjauh. Ia pikir, suatu hari ia mungkin bisa mengetahui apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh Ren mengenai dirinya. Mustahil bagi Jaemin untuk menebak-nebak isi hati dan pikiran Ren, bila ia tak segera bertanya mungkin kesempatan tak akan datang lagi layaknya saat ini. Mungkin di lain kesempatan, Jaemin tak bisa menemui Ren lagi.
“Tunggu, Ren. Aku ingin bertanya satu hal lagi.”
Pemilik jubah ungu keperakan itu tak kunjung berhenti. Jaemin hanya mengepalkan tangannya erat. Sebenarnya apa yang ia lakukan? Siapa yang seharusnya ia percaya? Jaemin terlalu pusing untuk hal-hal yang berkaitan dengan NPC tersebut.
Ia menarik nafasnya dalam-dalam dan berteriak.
“Mengapa kau menolongku dari serangan Cerberus?”
Teriakan tersebut berhasil membuat Ren menghentikan langkahnya. Ia menghadapkan tubuhnya ke arah Jaemin berdiri. Mata violetnya berusaha keras untuk menatap Jaemin dengan tajam. Ren hanya diam beberapa saat yang mana membuat Jaemin sedikit khawatir akan jawaban yang akan diterimanya. Namun, jawaban yang keluar dari kedua belah bibir tersebut jauh terasa lebih menyedihkan untuk Jaemin.
“Kupikir, akan ada satu orang yang akan percaya bahwa aku benar-benar ada dan aku berusaha untuk mempercayainya meskipun ia adalah orang yang lemah.”
Jawaban tersebut seakan menjawab semua pertanyaan Jaemin. Perasaan yang tersirat di dalam kata-kata itu— semua kesepian, kesedihan dan kemarahan yang dirasakan Ren mampu dirasakan oleh Jaemin meskipun hanya sekilas. Jaemin mengepalkan kedua telapak tangannya. Pemikirannya yang dangkal, dugaannya yang hanya menyalahkan seseorang karena melihatnya dari satu sisi membuatnya diselimuti perasaan bersalah. Semua kejahatan disebabkan oleh luka yang tercipta di masa lalu. Menurut Jaemin, Ren termasuk seseorang yang mengalami hal tersebut.
Apa yang dilakukan Ren saat ini adalah karena ia tak menerima alasan untuk apa ia diciptakan. Meskipun Jaemin sendiri tak tahu alasan tersebut, bisa Jaemin simpulkan dengan keberadaan Renjun dan Ren dalam tubuh yang sama.
“Ternyata aku salah. Kau bukanlah orang lemah, Jaemin.”
“Huh?”
“Aku tahu apa tujuanmu datang kemari. Perusahaan itu yang mengirimkanmu, bukan?”
Jaemin mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Tentu saja, dengan kecerdasan buatan yang Ren dapatkan ia mampu untuk mendapatkan informasi dari manapun. Mungkin juga Ren mendapat informasi tersebut dari orang-orang dari perusahaannya. Suara decakan pelan mampir di telinga Jaemin.
“Aku terlalu polos selama ini. Jaemin, ternyata kau sama dengan yang lain.”
Langkah yang menjauh itu terlihat berat di mata Jaemin.
Saat itu, bila saja Jaemin menghentikan langkah Ren dan mengatakan bahwa ia percaya padanya. Jaemin tak akan mungkin merasakan penyesalan yang tak terlalu dalam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.