1. Rumah Sakit

121 27 6
                                    

Selamat datang..
Di dunia yang tidak sempurna.
Dihuni oleh orang-orang yang tidak sempurna. Tapi mengharapkan kesempurnaan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

..@@@..

"Veddira Abony" Nama ku adalah Veddira Abony. Menurut pandangan orang, aku adalah perempuan yang nyaris sempurna. Cantik.. ya, banyak yang memuji kelebihan ku satu ini. Pintar.. ya, aku bersekolah di sekolah yang elit dan terpandang, berada di kelas unggulan, guru-guru juga sangat mengakui kepintaran ku, bahkan aku menjadi langganan siswa terpintar di setiap semester. Kaya.. ya, aku anak tunggal dari pasangan pengusaha pusat perbelanjaan (mall) yang memiliki cabang di Prancis dan di Korea Selatan. Sempurna kan..

Itu yang mereka lihat.. kehidupan ku bagai seorang putri. mereka tidak melihat hal yang terpenting. Lebih penting dari hanya sekedar cantik, pintar dan kaya. Perasaanku, kebahagiaanku, keinginanku, tidak banyak yang melihat hal itu. Tidak.. aku juga tidak berharap mereka semua memahami perasanku, aku hanya berharap orang tua ku yang memahaminya.

Papa dan mama ku terlalu disibukan dengan bisnis. Saat umur ku 7 tahun, mereka pergi ke Prancis untuk mengurus bisnis mereka. Di umur yang sekecil itu, semuda itu aku berusaha untuk mengerti dengan semua kepolosan ku.

Aku tumbuh tanpa pengawasan dan perhatian dari mereka. Aku ingin mendapatkan perhatian dari mereka, tapi bagaimana caranya?. Melakukan kenakalan remaja?, pergaulan bebas pergi ke club malam dan pulang pagi?. Tidak.. aku tidak bisa melakukan hal itu, bahkan jika aku ingin.

Aku terlahir dengan memiliki penyakit jantung. Jantung yang lemah seharusnya cukup untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua ku. Tapi nyatanya tidak, mereka hanya menyuruh orang kepercayaan untuk menjagaku.

Entah sudah berapa minggu aku berada di rumah sakit, saat terakhir kali aku kambuh. Bosan.. rasanya aku sudah baik-baik saja, tapi kenapa aku tidak diizinkan untuk pulang.

Huufff.. aku meletakan buku yang dari tadi aku baca. Kalian tahu buku apa yang sering aku baca?. Tidak.. bukan novel, bukan komik juga, majalah juga bukan, Koran? Anak muda zaman sekarang mana yang mau membaca Koran.

Sejarah.. buku pelajaran sejarah yang ku baca sedari tadi. Dari mana aku mendapatkan kepintaran ku kalau bukan dari buku-buku pelajaran yang ku baca untuk mengisi kekosongan. Bukannya tidak menyukai novel, komik, atau cerita-cerita lainnya. Hanya saja, cerita-cerita yang berakhir bahagia itu selalu berhasil membuat ku iri dan mengasihani diriku sendiri.

Aku membaringkan tubuhku di bangsal kamar rumah sakit VIP itu setelah meletakan buku ke atas meja yang tak jauh dari tempatku. Lalu menutup mata "sunyi" itu yang ada dalam benakku. Kenapa aku di tempatkan di ruangan sebesar ini padaha tak ada siapa pun yang akan datang menjengukku. Resah dengan pikiranku sendiri, aku membuka mataku kembali. Merotasi pandanganku keseluruh ruangan yang tampak mewah dan klasik modern ini, malah membuat pikiran ku tambah resah.

Tak lama, aku memusatkan pandangan ku ke pintu yang ada di ujung ruangan. Ada yang mengetuknya. Setelah melihat siapa yang masuk, refleks aku langsung menegakkan badan ku Kembali keposisi saat aku membaca buku.

"hai Dira, selamat malam." Sapa orang itu setelah sampai di samping bangsal ku.

"selamat malam juga dokter." Yaa.. dia adalah dokter yang selalu merawatku setiap kali aku masuk rumah sakit.

"sepertinya kamu sudah lebih baik." Teduh sekali melihat senyum dokter pria ini. Apa lagi dia masih terlihat muda dan yahh.. tampan.

"iya, sekarang Dira sudah merasa sehat. Jadi kapan Dira bisa sekolah lagi?." Berharap pertanyaanku dijawab, aku berusaha memasang wajah yang memohon.

"kamu bisa bersekolah besok jika kamu mau." Bagus sekali.. sepertinya ekspresi memohonku berhasil.

"serius.. yyeeaaahhh. Dira benar-benar rindu dengan teman-teman." Aku jadi tidak sabar untuk melihat mentari besok pagi.

"teman-teman.. "

"heemm.." aku menatap dokter itu dengan bingung. Sepertinya dia menggumamkan sesuatu. Ekspresi dokter itu juga sedikit berubah dan.. apa kah aku salah lihat bahwa tatapan nya terlihat sendu saat menatapku.

Hening. "apa dokter mengatakan sesuatu?." Aku benar-benar bingung sekarang, ternyata dokter itu sedang bengong.

"ah.. kamu terlihat sangat bahagia." Entah lah.. apakah dokter itu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.

"hehe.." yahh.. aku hanya berusaha untuk membalas senyumannya.

"kalau begitu dokter permisi yah, selamat malam." Apa itu barusan.. dia mengatakan kalimat itu sambil menepuk-nepuk kepalakku dengan lembut.

"selamat malam juga dokter." Ini tidak adil.. dia bisa membuat jantung semua pasien berdetak lebih cepat. Terus apa kabar dengan diriku yang berpenyakit jantung. Ini benar-benar tidak baik.

Bahkan saat dokter itu tidak lagi terlihat, aku masih memandangi pintu ruanganku. Walaupun tidak ada yang mengunjungi ku, setidaknya ada dokter itu. Dokter Baradika Pratama adalah salah satu orang kepercayaan orang tua ku untuk mengawasi perkembangan penyakitku.

Ruangan ini kembali sunyi setelah dokter Bara keluar. Aku kembali membaringkan badan ku dan berusaha untuk tidur lebih awal, karena besok aku tidak akan menyambut mentari dari dalam ruangan ini lagi.

..@@@..

I'm Not a PrincessWo Geschichten leben. Entdecke jetzt