8. Hanya Mitologi

26 9 5
                                    

Apa yang terlihat tidak selalu benar. Namun, kebanyakan orang hanya mau melihat apa yang mereka ingin lihat.
Hanya mau mendengar apa yang ingin mereka dengar.
Hanya mau memahami apa yang ingin mereka pahami.
Hanya mau percaya apa yang ingin mereka percaya.
Entah itu benar atau salah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"uhukk!!"

Bayangkan saja, aku yang sedang menikmati makanan tiba-tiba ditodong dengan pertanyaan yang tidak masuk akal. Aku tersedak karena pertanyaan itu. Melihat ku batuk, dokter Bara segara memberikanku air minum.

"kenapa kamu sangat kaget mendengar pertanyaan barusan?"

"dokter yang benar saja, mana ada orang yang mau pacaran sama orang berpenyakitan sepertiku. Uuhh.. untung saja aku tidak sampai memuntahkan makananku karena kaget."

Aku kembali menikmati makananku yang sempat terhenti. Tapi, suasana tiba-tiba hening. Dokter Bara tidak membalas perkataanku, dia hanya terus memperhatikanku. Aku sadar dengan tatapan itu. Beberapa kali aku mengerjapkan mataku dengan tetap melihat makananku, tidak sanggup jika harus beradu tatapan, jadi aku hanya pura-pura tidak melihat dan terus memakan makananku. Sepertinya aku mengucapkan hal yang sedikit sensitive.

Hingga, ponsel dokter Bara berdering menandakan adanya panggilan masuk mengalihkan perhatiannya. Dan segera mengangkat panggilan itu.

"baiklah, saya akan segera kesana."

Hanya percakapan pendek, lalu dimatikan olehnya. Bahkan disaat percakapan pendek itu, dokter Bara tetap melihatku, aku pun perlahan melihatnya.

"bukannya tidak ada, kamu saja yang tidak tahu."

Aku diam. Mencoba mencerna kata-katanya. Apa maksud dari perkataannya?.

"baiklah.. dokter harus pergi. Kalau sudah selesai makan, kamu tahu kan harus melakukan apa?."

Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawaban. Masih diam, bahkan sampai dokter Bara benar-benar sudah keluar dari ruanganku. Kalimat itu menggangu pikiranku "bukannya tidak ada, kamu saja yang tidak tahu" kalau memang ada, lalu pertanyaannya siapa?, aku yakin orang itu hanya kasihan padaku. Itulah kenapa, aku selalu menolak setiap orang yang mengungkapkan perasaannya padaku.

Sudah lah. Tidak perlu dipikirkan lagi. Lebih baik aku segera menghabiskan makananku dan beristirahat.

..@@@..

"Cancer. Dinaungi oleh Dewi Artemis, dewi bulan dan penyembuh. Artemis adalah dewi bulan, perburuan dan keperawanan. Dia melindungi anak-anak dan penyembuh sejati. Dewi Artemis digambarkan sebagai pemburu yang membawa anak panah. Beberapa orang yang lahir dibawah tanda zodiac ini diberkati dengan kemampuan menyembuhkan yang mereka warisi dari leluhur."

Bisakan aku percaya dengan hal ini? Haruskah aku mencari orang yang berzodiak Cancer? Supaya aku bisa meminta padanya untuk menyembuhkan penyakitku.

"zodiac yang terakhir adalah Taurus. Dinaungi oleh Dewi Aphrodite, cinta dan kecantikan. Taurus bernaung dibawah Dewi Aphrodite yang memiliki cinta kasih dan cantik. Kecantikannya memicu persaingan diantara para dewa. Taurus dikuasai oleh Venus, planet cinta, keindahan, dan kesenangan. Mereka yang lahir dibawah tanda ini diberkati dengan penampilan yang menawan dan berlimpah kasih sayang untuk kesenanngan hidup."

Tidak. Aku tidak bisa mepercayai hal ini. Aku lahir dibulan mei tanggal 15, yang berarti zodiac ku adalah Taurus. Berlimpah kasih sayang untuk kesenangan hidup? Bagian mana hidupku yang berlimpah kasih sayang. Yahh.. biar bagaimanapun hal itu hanya sekedar mitologi.

Aku menutup buku yang dari tadi aku baca dan mengalihkan pandanganku melihat jam. Tidak terasa sekarang sudah jam 12 siang. Ternyata aku cukup lama membaca buku ini, buku yang Deva pinjamkan di perpustakaan waktu itu. Heemm.. Deva lagi, rasanya aku sudah tidak ingin berurusan dengannya lagi.

tok tok tok!

Tanpa menunggu jawaban dariku, dua orang yang mengetuk pintu tadi masuk begitu saja.

"sudah selesai baca bukunya? Sekarang waktunya mengisi perut." Buku yang masih ada di tanganku, ditarik paksa olehnya. Kalian tahu kan dia siapa? Dia adalah dokter Bara, dengan seorang suster yang membawakan makanan untukku. Aku hanya mendengus kasar dan memutar bola mataku malas.

"jangan seperti itu. Makan lalu minum obat."

"iyaaa.. terimakasih suster." Ucapku pada suster itu. Setelah menjawabku, suster itu langsung keluar meninggalkan ku dengan dokter Bara. Aku pun langsung memakan makananku. Dokter Bara menarik kursi dan duduk di samping bangsalku, seperti biasanya. Kursi itu sepertinya memang diperuntukan untuk dia, selama ini hanya dia yang duduk dikursi itu.

"dewa dewi yang menaungi zodiak. Menarik juga. Sudah selesai membaca bukunya?" Tanya dokter Bara yang sekilas membaca judul buku yang dia rebut dari ku tadi. Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, karena aku sedang makan.

"saya berzodiak sagitarius, dewa atau dewi apa yang menaunginya?"

"dokterkan bisa membacanya sendiri." Iya kan, buku itu sedang berada ditangannya.

"saya tidak suka membaca." Selagi mengatakan hal itu, dokter Bara meletakakan buku ku di meja yang tak jauh darinya. Perkataan itu membuatku menghentikan kegiatanku.

"bagaimana dokter bisa menjadi seorang dokter kalau tidak suka membaca? Dokterkan harus membaca buku-buku tentang kesehatan. Dokter juga harus menghafal macam-macam penyakit, jenis-jenis obat, anatomi tubuh, alat-alat kesehatan dan masih banyak lagi."

"itu dulu. Sekarang saya tidak perlu membaca lagi, karena semua itu sudah ada di dalam kepala saya."

"baiklah dokter yang sangat jenius."

"hahahha.."

Senang sekali menyombongkan dirinya. Aku kembali memakan makananku.

"aah! Saya ada urusan. Saya harus pergi sekarang." Dokter Bara berdiri dari duduknya.

"ini obatnya, jangan lupa minum obatnya setelah makan."

"gak mau dokter."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lohhh kok Dira gak mau yahh..
Kira-kira kenapa ssihhh..🤔🤔

Jangan lupa vote n comment yahh..
TERIMAKASIH 💕

I'm Not a PrincessWhere stories live. Discover now