2/2

13 3 1
                                    

          Pukul 9 pagi, gadis dengan jilbab berwarna pink itu telah tiba di kelas, 45 menit lebih awal dari jadwal dan tentu saja disambut dengan kelas yang masih kosong. Mencoba untuk sangat percaya diri, gadis ini pun memilih bangku barisan depan. Namun setelah beberapa saat kemudian, sepertinya kepercayaan dirinya mendadak menurun secara tiba-tiba dan akhirnya memilih untuk duduk pada barisan bangku tengah saja. Yaa setidaknya tidak seperti saat kemarin, sudah di belakang terus di pojokan pula.

20 menit berlalu, dan sebagian teman-teman sekelasnya telah hadir. Beberapa dari mereka yang menyadari perubahan penampilan Arindy lantas memujinya secara terang-terangan. Gadis itu pun tersipu malu berkali-kali hari ini, padahal maksud hati datang lebih awal agar tidak ada yang menyadari dirinya lewat, ternyata malah banyak yang notice.

Masyallah Tabarakallah, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? Wahai  Maheera Ashilla Arindy” dengan nada cepat, Devan yang tiba-tiba duduk di sebelah Arindy, mengagetkan gadis itu yang sedang menunduk melihat HP

“Yaa Allah, kaget tau!” sungut Arindy yang membuat Devan terbahak

“Hahahahaha… aku yang harusnya bilang gitu! Perpaduan jilbab pink, baju kuning, sama rok pink kok cakep banget yaa kalau kamu yang pakai Rin?” puji Devan yang langsung mendapat sorakan satu kelas, karena volume suara lelaki itu kerasnya bukan main saat sedang memuji

Wajah gadis itu pun otomatis memerah mendengar pujian Devan dan parahnya ikut didengar oleh satu kelas. Kalimat dan kata-kata godaan seperti ‘cie-cie’ menggema yang membuat gadis itu menjadi panas dingin

“Devan jangan gitu ih!”

“Namanya juga usaha Rin, Hahaha” dengan santai Devan membalasnya, sembari meletakan buku dengan judul ‘The Self-Love Experiment’ karya Shannon Kaiser di atas meja gadis itu

“Ini baca kalau ada waktu luang Rin, entar kalo kamu suka dan pingin baca lagi dengan tema yang sama, aku masih ada beberapa di rumah” lanjut Devan yang dibalas anggukan oleh Arindy. Ia pun menyimpan buku itu di dalam tas yang tidak berwarna hitam lagi

“Ciee tasnya udah ganti warna, case HP-nya juga udah gak hitam lagi. Aku senang banget kamu mau dengerin ucapan aku semalam dan langsung dilakuin hari ini. Gapapa pelan-pelan dan agak merasa aneh awalnya, nanti juga terbiasa yaa Rin” entah karena reflek atau apa, tangan Devan tiba-tiba saja sudah berada di atas kepala Arindy seperti seseorang yang tengah mengusap kesayangan hati

“CIEEEEEEE CIEEEEEEEEEEEEEE”

“Ih Devan mah!” protes Arindy yang lagi-lagi membuat lelaki itu terbahak bahkan ngakak

          Matahari tidak terlalu terik lagi karena jam telah menunjukkan pukul 4 lewat 15 menit. Setelah selesai sholat ashar di mushola kampus, kedua anak manusia itu memilih untuk duduk di bangku depan perpustakaan sebelum pulang. Tidak ada yang membuka percakapan sampai 5 menit berlalu, dan akhirnya Devan mengalah untuk memulai dahulu.

“Kenapa diam aja Rin?” tanya Devan memecah keheningan, “Kamu laper ya?” lanjut lelaki itu yang langsung mendapat balasan gelengan oleh Arindy

“Cuma bingung mau ngomong apa hehe”

“Padahal bebas bisa ngomongin apa aja sama aku Rin, jangan malu-malu dong! Hahaha. Oiya gimana hari pertama setelah mencoba untuk lebih positif dari sebelumnya?”

“Uhm.. seru,bahagia, dan lega” jawab gadis itu tanpa berpikir panjang sembari tersenyum dan tetap, damage nya gak ngotak bagi Devan

“Kamu yang senyum, aku yang jatuh cinta. Cia..cia...” gombalan receh dari Devan membuat keduanya ngakak dan lagi, lelaki itu mendapat pukulan di lengannya. Oke satu fakta dari Arindy yang baru Devan ketahui, kalo lagi ngakak atau kesel suka mukul ternyata

“Kamu tahu gak kalau dari kelas mulai sampai selesai, aku selalu memperhatikan kamu?” tanya Devan yang dibalas anggukan oleh Arindy membuat lelaki ini tersipu malu

“Kalau dari 2 semester lalu aku sering perhatiin kamu yang selalu duduk di pojokan, kamu tahu juga gak?” lanjut Devan membuat mata gadis itu terbelak tak percaya

“Serius kamu sering perhatiin aku dari 2 semester yang lalu?”

“Ih Arindy gak peka, males ah!” cibir Devan dan gadis itu seketika menjadi merasa bersalah terlihat dari raut wajahnya

“Maaf yaa aku gak tahu”

“Gapapa, sekarang belajar untuk self love aja dulu entar baru love you Devan. Hahahahaha!” celetuknya sambil ngakak dan langsung berlari agak menajuh untuk menghindari pukulan dari Arindy lagi

“AKU GAK MINTA JAWABANNYA SEKARANG, POKOKNYA LOVE YOURSELF BEFORE YOU LOVE OTHERS! TAPI AKU BERHARAPNYA JANGAN ADA KATA OTHERS DIANTARA KITA. CUKUP AKU SAMA KAMU AJA. CIAAAAA” teriak Devan yang membuat Arindy tersenyum lalu ngakak saat mendengarkan kata-kata terakhir yang diucapkan lelaki itu barusan.

Entahlah, gadis ini seperti ingin menangis sangking bahagianya. Dan tanpa sadar, ia memang menangis sekarang. Air mata dari mata kanannya jatuh terlebih dahulu membasahi pipinya yang konon artinya adalah air mata bahagia atau kegembiraan.

          Tidak ada yang tahu memang apa yang akan terjadi di masa depan, apakah Arindy atau Devan akan terus bersama sampai nanti. Tapi setidaknya kisah ini bisa menjadi kenangan hidup yang akan menjadi sebuah cerita manis di masa depan. Luka yang mendewasakan, hal baru dengan orang yang baru, pengalaman yang tak akan pernah berhenti menjadi kenangan, dan terlebih semoga Arindy mulai terbiasa dengan dirinya yang baru. Dirinya yang penuh cinta dan kepercayaan diri mulai sekarang. Entah perjalanannya akan terus dengan lelaki yang tengah berlari ke arahnya sekarang, ataupun akan sendirian lagi, tidak ada yang tahu. Tapi ia berharap, tidak akan pernah kehilangan dirinya lagi. First, Love Yourself.

SELESAI

No one is born ugly, we're just born in a judgemental society
-Kim Namjoon

Thank u yang udah baca. Ini ada karena kecerobohan ku tak membaca rules. Dan lahirlah ini tanpa diduga-duga. (?)
Semoga suka dan dapat memetik apasajalah yg ingin dipetik dari sini xixixixi.

Aku sayangggg kelen semua. Mwah. Tunggu anak-anakku yang lain yakkk.

FLY (First Love Yourself) / Twoshoot (END)Where stories live. Discover now