5

11.4K 1.7K 207
                                    

“Kalian tahu… aku bisa memberi kalian waktu sebelum kita kembali ke rumah sakit.” Aiko mengatakan itu saat mereka bertiga berjalan lagi di sekitar lorong. Oikawa tersenyum padanya, "Benarkah?"

"Apakah itu aman?" Iwaizumi bertanya. Aiko mengedipkan mata pada mereka, "Selama itu tidak akan terlalu lama. Aku yakin aku bisa membuat beberapa alasan nanti."

Dia tidak perlu menunggu Iwaizumi menjawab, mereka memarkir kursi roda dan oksigen portabel di dekat bangku di seberang lapangan sepak bola tempat beberapa pohon gingko tumbuh dengan mekar sepenuhnya.

Iwaizumi duduk di samping Oikawa, "Apakah kau baik-baik saja?"

“Aku merasa lebih baik. Rasanya seperti... Aku benar-benar akan sembuh besok." Oikawa terkikik saat Iwaizumi memutar bola matanya, "Ayolah, aku serius."

"Aku juga serius!" Oikawa membalas, berbalik menuju lapangan sepak bola yang kosong. Matahari hampir terbenam dan semuanya disapu oleh cahaya oranye keemasan. Itu mengingatkannya pada hari-hari ketika mereka berdua berjalan pulang bersama.

"Itu terlihat sangat indah."

"Apanya?"

"Sekolah kita." Oikawa berkata, "Aku tidak pernah menyesal datang ke sini... selain itu, seragam sekolah kita adalah yang paling cantik."

"Kau benar-benar memiliki kepribadian yang menyebalkan, bukan?" Iwaizumi menggelengkan kepalanya tapi dia tertawa di saat yang sama.

Oikawa ikut bergabung, meskipun tawanya terdengar berbeda sekarang karena sulit baginya untuk melakukan yang seperti biasanya tanpa kehabisan napas. Tetap saja, itu terdengar indah. Saat dia berhenti, dia menatap Iwaizumi dengan penuh arti, "Jadi... tentang keinginan terakhirku."

"Apa? Aku pikir kita baru saja melakukannya?"

“Yah, aku tidak pernah berpikir kau akan bisa melakukan ini jadi aku membuat Wish B untuk berjaga-jaga.”

“Tapi aku berhasil melakukannya jadi tidak perlu, kan?”

"Kenapa tidak? Aku kan bisa minta sebanyak mungkin permintaan yang ku mau."

"Tapi tu disebut permintaan terakhir karena suatu alasan, bodoh." Iwaizumi menggelengkan kepalanya, “Tapi ya… baiklah. Katakan padaku. Tapi sebaiknya kau memastikan itu tidak melibatkan anak kucing atau hewan apa pun. "

Oikawa cemberut, “Kenapa kau membenci binatang? Mereka sangatlah imut."

"Aku hanya tidak menyukai mereka, oke?" Iwaizumi membentak, "Sekarang, apakah kau akan memberitahuku keinginanmu atau tidak?"

Oikawa menjulurkan lidah padanya karena bahkan dengan penyakit dan kelemahannya yang jelas, tidak ada batasan untuk sifat kekanak-kanakannya. "Aku tidak akan mengatakannya karena aku menulisnya."

"Baiklah, berikan itu padaku."

"Tidak."

"Apa? Kenapa tidak?"

"Kau tidak diizinkan untuk mencari tahu."

"Bagaimana aku bisa melakukannya jika kau tidak mau memberitahuku?"

“Kau akan tahu ketika sudah waktunya.”

Iwaizumi ternganga padanya, “Ketika sudah waktunya? Apa maksudmu?!"

Oikawa tidak menjawabnya sore itu, juga tidak menjawabnya beberapa hari berikutnya dan hal itu sangat mengganggunya. Apa yang dia maksud 'ketika sudah waktunya'? Dia tidak mengerti. Tapi ia segera memahaminya. Setelah tiga bulan.

.
..
...
To be continued...

🙂

Oikawa's Last Wish/es [IwaOi] #INDONESIAtranslateWhere stories live. Discover now