-after he left us-

71 21 15
                                    

-•°•-


_15 years after he left us_

"Mamah, Juna udah siap nih, mamah gimana?"

Pertanyaan dari sang anak membuat ibunya tertawa.

"Masa kamu udah siap mamah belum, ganteng banget ih anak mamah," ucapnya sambil membelai kepala anaknya dengan lembut, kemudian ia melanjutkan ucapannya.

"Kamu udah nyamperin papah belum? Tanyain juga, udah siap atau belum ngeliat anaknya sukses, samperin dulu sana."

"Papah? Tadi Juna udah minta izin kok sama papah Leo," tanya anak itu sambil menatap mata ibunya dengan heran.








"Papah Jeremy udah? "




"Mah... Kok papah Jeremy si? "

"Kenapa emangnya? Juna kan anak papah Jeremy juga... Tanyain kabar papah disana, samperin makam papah terus minta restu biar kamu makin lancar sidangnya."

"Tapi kan-"

"Juna... Dengerin mamah," panggil sang ibu dengan lembut yang berhasil menarik perhatian kedua manik hitam milik anaknya.

"Mau gimana pun, sesukses apapun Juna nantinya.... Papah sama mamah gak boleh dilupain ya? Papah emang gak ada disisi Juna buat dampingin masa-masa sulit Juna saat sekolah, tapi coba Juna inget waktu dulu Juna masih kecil."

"Waktu itu papah sampai bela-belain pulang kerumah jam satu malem, jam satu malem loh Jun, karena abis dapet tugas di luar kota yang pastinya capek banget... Dan tambah capek karena apa? Karena Juna panas dan maunya sama papah, jadinya papah gak bisa istirahat pas pulang kerumah. "

"Mamah mohon sama Juna.... Sekesel apapun Juna sama papah, kamu pasti bakal nyesel sama apa yang kamu lakuin sekarang, karena papah pergi bukan karena keinginan dia sendiri, mana mau papah ninggalin Juna yang paling-paling papah sayang sendirian kayak gini. "











"Emang bukan kemauan papah, tapi karena tante Anna kan?" celetuk sang anak sambil menatap lantai rumahnya dengan nanar.



"Juna... Ini semua bukan karena An-"




"Haha..... Seharusnya Juna langsung tau kalo dari dulu semua kenangan tante Anna harus dibuang, tapi dulu Juna masih polos-ah, lebih tepatnya bodoh, jadi gak peduli dan ngebiarin papah-"












"JUNA!! "






















seketika sang anak terdiam, dan tidak berani menatap ibunya yang sedang mengandung adik perempuannya itu berada didalam puncak amarah karena perkataannya tadi.



"Hhh-" helaan nafas yang terdengar pelan dari bibir ibunya membuat sang anak merasa bersalah.

"Udahlah, kamu nanti terlambat buat sidang, belum lagi harus nganterin mamah kerumah sakit buat chek up. "




"Mah... Juna minta ma-"




"Cukup Juna! Kalo kamu gak mau ketemu papah, gak usah bawa-bawa tante Anna. "

"Karena yang harus disalahin disini bukan dia," ia menjeda kalimatnya sejenak, lalu menolehkan wajahnya yang mulai menua kearah posisi anaknya berdiri.




































"Tapi mamah. " lanjutnya setelah beberapa saat.




-•°•-

Author's note :

Hai hai haiii!

Apa kabar semua??

Maaf banget kalo bonchapnya ngegantung dan aneh:'(

Abisnya otak aku lagi penuh dengan alur yang sedih dan penuh misteri, hehe...
Ini aja kupub gara² kegabutan yang tidak berfaedah, jadi daripada gabut gajelas, mending ngepub ini :')

Mau ditambah bonchapnya?

Tapi kayaknya bakalan ketahan deh, soalnya....

Aku ada niatan bikin lanjutan dari work ini, tapi versi kehidupan anak-anak nya. Dan berhubungan dengan mereka yang ada di work ini.

Jadi jangan lupa vomentnya gayss!!

_salam author_

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

-Memories- Where stories live. Discover now