6. Cocok dan Pas

132K 24.2K 7.1K
                                    

Dia tidak menghilang
Tapi dia tidak ada dimana-mana
Tidak bisa dicari namun selalu ditemukan
Dalam ingatan

○○○》♡♡♡《○○○

Sebentar lagi tanggal 13 agustus. Hari ulang tahun Nana.

Semenjak Sastra pergi, Nana agaknya mengerti makna lain dari ulang tahun itu sendiri. Bahwa waktu yang manusia miliki akan segera habis. Entah kapan, tidak ada satu orang pun yang tahu. Satu minggu sebelum ulang tahun Sastra, mungkin itu adalah masanya. Apa yang laki-laki itu lakukan di dunia ini harus selesai hari itu juga. Harus tuntas tanpa peduli apakah laki-laki itu telah menyelesaikan segala urusannya atau tidak.

Tanpa persiapan.
Tanpa aba-aba.
Tanpa pamit.

Apa seorang Adinata Aileen Caesar pernah patah hati? Pernah. Hari itu. Satu minggu menjelang ulang tahun kakak keempatnya, hari dimana kakaknya pergi. Padahal dia sudah mempersiapkan kado bahkan 1 bulan sebelum hari ulang tahun Sastra. Sebuah tas gitar dengan bordir nama Bapak yang berakhir ia pakai sendiri.

Menggantikan dia, mungkin.

Nana tahu bagaimana Sastra mengagumi Bapak melebihi segalanya. Dan sama seperti itu, Nana mengaguminya melebihi segalanya. Mungkin Sastra tahu itu, tapi dia pura-pura tidak tahu. Atau dia betulan tidak tahu karena dia memang goblok, kan? Iya, Sastra memang goblok.

Nyaris tidak ada yang tidak ingat hari ulang tahun Nana. Termasuk Sastra. Bahkan satu minggu menjelang ulang tahun, laki-laki itu akan terus-terusan bertanya pada adiknya itu sebuah pertanyaan sepele.

"Mau kado apa?"

Saat itu Nana lupa bilang ke Sastra, Gue nggak mau kado apapun. Selama lo ada di sini, buat gue itu udah cukup.

Hidup kadang memang sekocak dan semengenaskan itu. Dua hal kontras yang membaur jadi satu. Hingga akhirnya, Nana kembali menertawakan dirinya sendiri. Kenapa dia selalu tidak siap saat kenangan itu kembali datang mengusiknya?

Pagi ini, laki-laki itu mendengar pertanyaan yang sama. Dikirim melalui pesan whatsapp oleh seorang perempuan yang sangat ia cintai selain Mama.

Gayatri Mandanu.

"Na, kamu mau kado apa?"

Ingin sekali Nana bilang, kehadiran Abangku, Ya. Aku butuh dia di sini.

Tapi itu jelas tidak mungkin. Yang telah mati dalam jalan Tuhan tidak mungkin hidup lagi. Dengan demikian, yang bisa Nana lakukan hanya dua: mengenang dan mengikhlaskan.

Kemudian Nana membalas pesan itu sama singkatnya.

Kamu.

Pemuda itu sama sekali tidak berbohong. Meski terkadang, Jovan seringkali mengira kalau kata-kata manis yang keluar dari mulutnya hanyalah omong kosong belaka. Padahal, Jovan lah yang sepatutnya dicurigai. Karena dia brengsek.

Untuk sebagian perempuan sih. Karena bagi Nana, Jovan tetap kakak terbaik yang tidak pernah ia temukan disembarang selokan. Serius! Mau kemanapun ia mencari seseorang seperti Jovan, bahkan keseluruh penjuru negeri ini, tidak akan pernah bisa ia temukan. Karena dia adalah Jovan, dan hanya Jovan yang bisa menjadi Jovan.

"Na! Kalau mau jalan nanti sekalian sampah di teras minta tolong dibuang ya!"

Bang Tama memang ada di rumah sejak dua hari yang lalu. Dia bilang, sekarang dia pindah perusahaan. Saat ini Bang Tama bekerja di proyek SPS Pertamina Hulu Mahakam sebagai Operator Crane Offshore Stage 2 At Sparrow Offshore membuat dia bisa bolak-balik Jakarta-Balikpapan dengan mudah. Dua minggu dia akan ada di Balikpapan, sisanya dia habiskan di rumah seperti seorang pengangguran sejati.

Narasi, 2021✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang