25

19.8K 5.3K 2K
                                    



















04th floor

















Hujan deras mengguyur kota Seoul. Jihoon lapar, dia membutuhkan sesuatu untuk dimakan. Apalagi mie rebus─kita tahu jelas kalau mie rebus adalah salah satu menu terbaik untuk disantap hujan-hujan begini.


"Laper kak?" tanya Jaehyuk yang sedang lewat, sambil menaikkan alisnya dan menatap Jihoon.


Jihoon mengangguk setuju. "Banget anjir. Kenapa nanya? Lo mau beliin gue mie rebus ya?" tanya Jihoon antusias.


"Enggak mau. Mau nitip aja entar, hehe." Jaehyuk menyeringai, menunjukkan deretan giginya yang putih. Jihoon memutar bola mata mendengarnya.


"Gue juga mau nitip dong?" kata Haruto tiba-tiba, datang dari kamarnya dan berbaur ke ruang berkumpul di lantai empat. Jihoon membelalakkan mata. Sejak hari kematian Asahi, Jihoon menjauhi Haruto. Namun Jihoon belum bisa bercerita kepada siapapun tentang Haruto yang terlihat sedang berada di rooftop saat Asahi dijatuhkan. Ia terlalu takut.


Sementara, Daniel dan Seongwoo belum memberi kabar apa-apa. Seongwoo bilang, tidak ada jejak apa-apa dari pembunuh Asahi─bahkan sidik jari pada punggungnya juga tidak ada.


Jaehyuk tersenyum canggung pada Jihoon, lalu pergi entah kemana, meninggalkan Jihoon berdua dengan Haruto.


Oh─dia menangis. Dia masih menangisi Asahi. Jaehyuk masih belum rela Asahi mati seperti itu.


Bisa-bisanya.


"Ya udah. Entar gue beliin mie rebus." jawab Jihoon sesingkat mungkin. Berharap Haruto segera pergi meninggalkannya.


Haruto mendecih pelan. "Lo takut sama gue?" tanyanya. Jihoon hanya terdiam mendengarnya.


Penghuni kamar nomor 417 itu memutar bola mata. Oh iya─Haruto sekarang menempati kamar nomor 417. Jihoon menempati kamar nomor 409, Junkyu menempati kamar nomor 408, Jaehyuk menempati kamar nomor 415, Yedam nomor 403, dan Doyoung nomor 412.


Jihoon yang sedari tadi hanya menundukkan kepala, kini menengadahkan kepalanya begitu melihat sosok yang familiar keluar dari kamar 403. "Bangye, temenin gue beli mie rebus dong?" pinta Jihoon.


Yedam mendecih pelan. "Bisa-bisanya temen mati lo malah makan mie rebus." katanya. Suasana kembali hening seketika. Seperti beberapa hari lalu, hari dimana Asahi jatuh.


Yedam, Haruto, dan Jihoon bertukar tatapan bergantian. Haruto menatap Jihoon. "Ngapain takut sih? Orang gue gak gigit kok." katanya, lalu pergi meninggalkan Jihoon. Yedam menatap Jihoon sesaat, sebelum akhirnya pergi entah kemana.


Jihoon memutar bola mata begitu menyadari kalau ia baru saja ditinggalkan sendirian. Ia bangkit, tadinya sih mau pergi ke luar buat beli mie rebus. Tapi niatnya ia urungkan karena Junkyu memanggilnya.


"Kak Jihoon!" Junkyu menyapa Jihoon, lalu duduk di sampingnya. Segelas teh hangat ia genggam dengan tangannya.


"Ng. Apa? Mau nitip mie?" tanya Jihoon, sudah menduga-duga.


Junkyu menggeleng. "Mau ngasih ginian," katanya, sambil menyodorkan teh hangat yang sedari tadi ia pegangi itu pada Jihoon.


Jihoon tersenyum antusias, menerima teh dari Junkyu. "Ada apaan nih tiba-tiba?" tanyanya, sambil meminum teh hangat itu.


Junkyu menggeleng. "Enggak apa-apa. Cuma mau nitip mie rebus aja, hehe." katanya, lalu tersenyum lebar.


Jihoon mengangguk. "Oke, gue beliin. Rasa kari ayam kan?" tanyanya, sambil meletakkan gelas teh yang sudah kosong itu di atas meja.


Junkyu mengangguk. "Iya. Makasih kak. Hati-hati di jalan." katanya. Jihoon hanya mengangguk sebagai jawabannya.





























































































Jihoon mengernyit tidak suka. Minimarket masih jauh dari tempatnya berada, namun rasanya ia sudah tidak sanggup jalan lagi─entah mengapa Jihoon benar-benar capek sekarang.


Jihoon mengerjap. Kantuk─itu yang Jihoon rasakan saat ini. Rasanya ia ngantuk berat sekarang.


"Jihoon," sebuah suara yang familiar memanggil Jihoon dari belakangnya. Jihoon deg-degan banget, tapi dia tetap memaksakan diri untuk menoleh ke belakang.


Brugh!


Sesaat sebelum Jihoon berhasil menatap laki-laki di belakangnya itu, kepala Jihoon sudah dihantam oleh sebuah batu bata. Darah segar merembes dari kepalanya. Tubuh Jihoon ambruk seketika.


Dengan sebuah senyuman kecut di wajahnya, Jihoon menghabiskan detik-detik terakhirnya untuk mendecih pelan.


Dan Kim Doyoung melihat itu semua.


















Sekarang, menurut kalian siapa pelakunya?

Btw udah ada yang bener kemaren ಡ ͜ ʖ ಡ

04th floor . treasure [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang