17

20.7K 5.3K 731
                                    



















04th floor

















Belajar merupakan kegiatan yang paling dibenci Jihoon. Laki-laki itu jauh lebih memilih berlari keliling lapangan sekolah dua puluh kali daripada belajar.


Masalahnya, besok Jihoon akan menjalani penilaian semester. Jadi, laki-laki itu berniat untuk belajar dengan fokus hari ini.


Itu baru niat. Karena kenyataannya Jihoon tidak bisa fokus karena Junkyu dan Haruto memainkan game online dengan suara yang keras, membuat perhatian Jihoon teralihkan.


"Kayaknya enak banget ya? Bisa-bisanya kalian main game pas gue lagi belajar..." Jihoon berdecak pelan setelahnya.


Haruto menatap Jihoon. "Terus kenapa kalo lo lagi belajar?" tanyanya, abai.


Jihoon memutar bola mata. "Ya gue kan jadi enggak bisa fokus!" jawabnya.


"Untungnya apa di gue kalo lo fokus belajar?" sahut Junkyu. Jihoon jelas tidak bisa menjawabnya, karena Junkyu benar─untungnya bagi Junkyu, tidak ada.


Akhirnya, yang Jihoon lakukan adalah mengambil bukunya lalu melemparkan buku itu pada kepala Junkyu, membuat Junkyu mendengus kesal. "Mau apa lo?" tanya Junkyu sambil menatap Jihoon tajam.


"Kalo enggak mau digituin lagi, diem ya? Jangan ganggu gue, gue cuma mau belajar." kata Jihoon, disertai sebuah senyuman menyeramkan.


Junkyu meneguk ludah, lalu mengalihkan pandangan dari Jihoon dengan merinding. Setelahnya, Jihoon membanting pintu kamarnya, kembali pada meja belajarnya, lalu mulai mempelajari bukunya.





























































































Menit itu, Jihoon sedang fokus membaca sambil membalik lembaran lembaran buku matematika miliknya. Fokusnya langsung teralihkan begitu ia mendengar suara langkah kaki di balik pintunya.


Tap... tap... tap...


Mendengar suara itu, Jihoon merasa terganggu. Dengan langkah menggebu-gebu, ia berjalan pada pintu kamarnya, lalu membukanya dengan keras─hampir membanting. Namun sorot matanya langsung berubah begitu ia melihat oknum dibalik pintunya itu─Junghwan, yang sedang memegangi bukunya, terlihat kebingungan.


Jihoon selalu lembut kepada Junghwan. Ia menganggap anak itu adiknya sendiri, dan tentu saja Jihoon tidak pernah marah kepada pemuda So itu.


"Wawan kenapa? Mau diajarin?" tanya Jihoon dengan nada halus. Yang ditanya mengangguk, "iya kak. Gue lagi belajar fungsi sama relasi, tapi enggak ngerti-ngerti." Junghwan merengut sedih.


"Ya udah, sini belajar sama gue?" Jihoon tersenyum. Junghwan juga tersenyum lalu mengangguk, berjalan selangkah pada pintu kamar Jihoon. Namun setelah melihat Yedam di sebelah kanan, ia kembali melangkah mundur.


Jihoon mengernyit heran. "Kenapa mundur? Enggak jadi?" tanyanya.


Junghwan tersenyum canggung. "Iya, enggak jadi, hehe. Gue sama kak Yedam aja." katanya, lalu berjalan ke arah Yedam.


Jihoon tersenyum miring. Lagi-lagi Yedam yang menggantikannya. Padahal, Jihoon sudah menganggap Junghwan seperti adiknya sendiri. Namun sepertinya Junghwan lebih memilih belajar bersama Yedam. Padahal, Jihoon juga lumayan pintar.


Itu salah satu alasan Jihoon benci Yedam. Karena dia iri.

















04th floor . treasure [✓]Where stories live. Discover now