01

49.3K 8.1K 2.5K
                                    




















04th floor || Treasure















Kanemoto Yoshinori.

Laki-laki itu kini sedang berada di kamarnya, mengetik naskah skripsi untuk dikumpulkan kepada dosen di perguruan tingginya.

Kim Junkyu, teman sekamarnya, tidak terlihat di sana sejak tadi. Entah pergi ke mana dia, Yoshi tidak tahu. Padahal, malam sudah mulai melarut.

Yoshi menguap pelan. Kantuk mulai ia rasakan. Ia lalu melirik jam yang terpasang di dinding kamarnya. Jam itu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.

Yoshi mengernyitkan dahinya, lalu melepas mousenya. Biasanya, Junkyu sudah pulang, jam segini.

Memang, pulang larut malam adalah hal yang biasa, bagi mahasiswa. Entah karena berkerja, entah karena belajar, entah yang lainnya.

Tapi, Junkyu tidak biasa pulang larut malam. Pemuda itu bukan tipe orang yang akan bepergian selama malam hari, ia biasanya lebih memilih untuk tidur bersama selimut serta bantalnya.

Junkyu biasanya lebih memilih untuk menghabiskan waktunya beraktivitas di siang hari, serta beristirahat di ranjangnya di malam hari. Sesimple itu.

Namun, malam ini, berbeda. Pemuda Kim itu tidak terlihat di kamarnya yang ia bagi bersama Yoshi.

Merasa khawatir, Yoshi menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya. Pemuda Kanemoto itu lalu mematikan komputernya, berniat menyusul teman sekamarnya itu.

Yoshi beranjak dari bangku tempat ia menyimpan komputernya itu, lalu berjalan menuju lemarinya. Setelahnya, ia memakai jaketnya, menarik zippernya ke atas.

Yoshi lalu mengambil kunci kamar apartemennya itu, lalu berjalan menuju pintu apartemennya dan keluar dari sana. Sebelum keluar, ia tidak lupa mengunci pintu kamarnya itu.




























































































Yoshi sekarang sudah keluar dari apartemen yang ia tinggali itu. Ia berjalan tidak tentu arah, berkeliling di sekitar apartemennya itu.

Maniknya mendapati sesosok laki-laki bertubuh tinggi yang berjalan ke arah minimarket. Namun, alih-alih masuk ke dalamnya, laki-laki itu malah pergi ke belakang minimarket.

Yoshi mengikuti laki-laki itu, curiga. Namun, ia tidak kunjung menemukannya. Akhirnya, Yoshi memutuskan untuk mengirimi pesan kepada Junkyu, menanyakan di mana pemuda Kim itu berada.

Junkyu

Kyu|
22.48
Read

|Iya
22.48
Read

Di mana?|
Tumben belum pulang|
22.49
Read

|Lo yang di mana
|Gue udah ada di kamar, kok
22.49
Read

Oh oke|
22.49
Read


Melihat itu, Yoshi menghela napasnya lega, lalu menyimpan ponselnya ke dalam sakunya. Laki-laki itu lalu membalik badannya, hendak kembali ke apartemennya.

Krek!

Belum selangkah ia berjalan, sudah terdengar suara kayu yang patah karena diinjak. Laki-laki itu membulatkan matanya waspada. Seharusnya, malam-malam seperti ini, tidak ada orang yang berkeliaran.

Dari tadi, Yoshi juga belum menemukan siapa-siapa. Kecuali mungkin, laki-laki bertubuh tinggi yang berjalan ke belakang minimarket tadi.

Yoshi mengambil langkah, berusaha mengabaikan. Namun, ia masih bisa mendengar langkah kaki yang mengikutinya dari belakang.

Tap tap tap

Yoshi mempercepat langkahnya. Namun, orang yang mengejarnya itu juga melakukan hal yang serupa.

Tap tap tap tap tap!

Yoshi memutuskan untuk berlari, mempercepat langkahnya beberapa kali lipat dari sebelumnya. Dan lagi-lagi, orang yang mengikutinya itu melangkah dengan lebih cepat lagi.

Panik. Yoshi benar-benar panik, sekarang. Lagipula, siapa, sih, yang tidak panik kalau dikejar-kejar oleh orang aneh di malam hari, saat orang-orang sedang tertidur?



























































































Yoshi akhirnya sampai di kamarnya. Orang aneh itu ternyata berhasil mengikutinya sampai Yoshi pergi ke kamarnya. Beruntung, Yoshi dengan cepat mengunci kamarnya itu.

"Junkyu?" Yoshi memanggil, memastikan. Junkyu sudah bilang kepada Yoshi kalau dia sudah ada di kamar mereka, namun batang hidungnya tidak terlihat sejak Yoshi melangkah masuk. Yoshi jadi khawatir.

"Junkyu-happp!" Seseorang membekap mulut Yoshi dari belakang, membuat laki-laki itu meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.

Orang itu melepas berkapannya. Yoshi menarik napas, lalu menghembuskannya, mengontrol pernapasannya itu. Dirinya lalu membalik badannya, hendak mencari tahu siapa yang membekapnya barusan.

"Oh, lo. Kenapa?" Tanya Yoshi tanpa curiga, kepada orang yang membekapnya barusan.

"Awas, di luar ada orang..." Jawabnya, dengan suara yang pelan. Sangat pelan, seperti sedang ketakutan. Tangannya nampak menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"Gue tau. Gue juga takut, makanya gue lari lari, pas ke sini. Bayangin aja, dikejar-kejar sama-"

Jleb!

Pemuda dengan badan yang lumayan tinggi itu menghantam perut Yoshi dengan pisau yang ia sembunyikan di belakang tubuhnya. Perlahan, tubuh Yoshi ambruk.

"Harusnya lo seneng, kalo di luar ada orang..." Katanya, menyeringai lebar, lalu kembali menghantam perut Yoshi.

"Tapi..." Yoshi menarik napasnya, "Kenapa?" Tanyanya, meminta penjelasan.

Orang itu menyeringai. "Simple aja. Gue perlu. Hehehe!" Katanya, lalu menghantamkan pisau yang ia pegang itu, pada pundak Yoshi, berkali-kali.

Sementara, seseorang di balik pintu membulatkan matanya. Ia melihat jelas bagaimana badan Yoshi dihantam oleh pisau itu.

Tapi, karena sebuah alasan, dia tidak membantu dan malah membalik badannya, bersikap seolah tidak melihat apa-apa.

















04th floor . treasure [✓]Where stories live. Discover now