Prolog

9 0 0
                                        


Ih najis! sahutnya,
“Jangan pernah lo bilang kalau gua bakal pacaran atau suka liat dia. Baru ngeliat sedetik aja udah pengen muntah. Apalagi lo bilang gue bakal pacaran sama itu cewek. Mata lo pada buta? Gue ga cocok cocoknya sama tu anak”
Percakapan antara dia dan teman-temannya disampaikan oleh dinda yang sedang berada didekat dia. Lalu dinda datang menghampiriku dan menceritakan percakapan mereka tadi kepadaku. Betapa sakit hatinya aku pada saat itu apalagi saat dinda berkata “ Lo tau ga kenapa lo nyebur ke kolam dia naik, tiba lo naik dia nyebur?” kata dinda.
Aku menjawab “ Aku tidak tau memang dia kenapa?”
“Dia bilang dia jijik banget mau satu kolam renang sama lo” sahut dinda.
Dan yahh ......
Kalian pasti merasa rapuh dan tentu saja sakit hati dikatai seperti itu. Kita itu seperti najis yang harus dihindari. Lalu setelah dinda berkata seperti itu aku melihat ia hendak bersiap bilas mandi air bersih. Dan dalam hatiku tentu saja aku tau mengapa ia ingin cepat pulang. Semenjak itu pula aku tidak berani melihat dia dan kepedean ku yang seperti biasanya hilang. Tidak ada lagi rasa percaya diri dalam diriku karena aku mengetahui kenyataan ini. Ternyata aku dipandang seperti itu olehnya. Sejak hari itu aku tidak pernah keluar rumah seperti biasanya bahkan untuk bermain dengan temanku. Aku sudah terlalu muak untuk berjumpa dengan dia dan juga Fika yang berusaha membujukku agar ikut berenang. Padahal Fika tau bahwa dia hanya mengajak Fika dan menyuruh Fika untuk tidak mengajakku.
Tapi aku tetaplah teman yang baik. Bukaann....
Tapi teman yang bodoh. Sudah tahu dia tidak ingin melihatku mengapa aku datang pada saat itu bersama dinda. Kalau aku tidak datang, aku yakin aku tidak pernah kehilangan kepercayaan diri, keceriaanku pada saat itu. Dan tentu saja tidak pernah merasakan apa itu introvert dan insecure.

I'm InsecurityWhere stories live. Discover now