Part 12 : Threat

1.5K 170 14
                                    

.

.

Sabtu berikutnya, Draco sudah membawa kembali Hermione ke Malfoy Manor sebelum bertemu dengan Harry dan Ron. Draco berharap pertemuan nanti ada sertidaknya informasi yang bisa dia serap, setidaknya itu saja harapannya sekarang, alih-alih berjalan di kegelapan dengan keadaan buta dan meraba-raba.

"Jadi, kalian akan bertemu dengan Mr. Potter dan Mr.Weasley?" Tanya Narcissa memastikan, walaupun dia tau pada akhirnya anaknya dan calon menantunya mengatakan "Iya". Keduanya mengangguk menanggapi. Tapi Narcissa tau, Hermione tidak senang dengan gagasan ini. Dia mengambil tangan gadis itu dan menggenggam-nya menyalurkan semangat padanya.

"Aku yakin kau bisa nak" Katanya pada Hermione. Dia mengusap ringan pipi gadis itu. Hermione hanya diam, dia tak yakin bisa mengatasi perasaannya jika yang di dalam ingatannya hanyalah pelakuan kasar mereka pada Draco. Kejadian itu tepat di depan matanya, Draco berdarah dan patah tulang, bagaimana dia bisa melupakan semua itu?

"Kau siap Hermione?" Tanya Draco padanya membuyarkan pikirannya. Hermione terperanjat tapi segera mengangguk dan menerima uluran tangan tunangannya. Mereka lalu berjalan pelan ke Perapian dan Draco mengambil sejumput bubuk floo.

"Jangan lupa mengunjungi Ollivander's son" Teriak Narcissa mengingatkan anaknya. Draco mengangguk dan melempar bubuk itu ke kakinya.

"Borgin and Burke's"

Hermione bergidik kecil saat baru keluar dari perapian suram di toko borgin and burke's, seorang lelaki tua tersenyum ramah pada mereka. Walaupun tersenyum tapi perawakannya sangat menakutkan.

"Mr. Malfoy" sambutnya. Draco hanya sekilas menatapnya, lalu mengangguk kecil pada lelaki yang terus menunduk dalam dan mengencangkan pegangannya pada Hermione yang terlihat tidak nyaman.

"Aku akan membawamu ke Ollivander's" bisiknya, Hermione mengangguk walaupun dia tidak tau siapa itu Ollivander.

Dan mereka sampai ke salah satu toko tua dengan tulisan "Ollivander Wand" di depannya dan masuk ke dalamnya. Namun bukan tuan Ollivander yang menemui mereka tetapi seorang lelaki yang sama paruh bayanya, dia menyambut mereka dengan nafas tersengal.

"Selamat datang tuan"

"Aku mau membeli tongkat untuk calon istriku, tongkat lama-nya rusak"
Lelaki itu mengangguk lalu dia pergi kedalam dan mengambil satu kotak persegi panjang.

"Tongkat?" Tanya Hermione, dia tidak yakin apa yang di dengarnya.

"Kau seorang penyihir, dan seorang penyihir wajib memiliki tongkat kecuali kau seorang penyihir hebat seperti Voldemort dan Dumbledore yang tak begitu membutuhkan tongkat" Jawab Draco, dan baru saja Hermione ingin bertanya lagi siapa Voldemort dan Dumbledore tapi pelayan tadi sudah datang memotong pembicaraan mereka.

"Kalau begitu mari kita coba" katanya sambil membuka kotak itu dan memberikan isinya pada Hermione. Hermione mengambilnya dengan ragu. Apa yang harus dia lakukan? Ini pertama kalinya dia memegang tongkat.

"Lambaikan saja" bisik Draco. Hermione menatapnya cepat, bola mata kelabu itu begitu teduh.

"Lambaikan dengan yakin" Kata Draco lagi.

Dalam ketakutan apa yang akan terjadi gadis itu melambaikan tongkatnya dan pelan-pelan sebuah kursi di ujung ruangan langsung terangkat melayang sebentar dan kemudian melesat dengan cepat menghantam dinding diseberangnya. Semuanya terperanjat kaget.

"Aku rasa bukan ini" kata Draco mengambil tongkat itu cepat dari tangan Hermione dan mengembalikan pada si pelayan toko. Demi Salazar yang agung!! Hermione bisa saja meremukkan tulangnya seperti kursi itu jika memakai tongkat ini.
Si pelayan mengambil kembali beberapa tongkat yang mungkin cocok.

HEY MALFOYDonde viven las historias. Descúbrelo ahora