❲ ⌗ 𓄽𓆣 ❳ ❝Ꭺhᥣᥱr᥉꧑ᥱᥡᥱr❞ ⋆。˚⋆。༉

12 6 7
                                    

The Little Red Riding Hood. The Wolf. The Forest.

The Forest was the only witness from the Red Riding Hood tale, who was very easy to be tricked by the sly Wolf.

The Forest saw, how the Wolf start to unsure about his own feeling, and the Red Riding Hood, who was too naive and know nothing about animal forest's sly.

The inncocent Red Riding Hood that completely trusted with the Wolf.

And the sly Wolf, who was wondering his own feeling cause affected with the Red Riding Hood's trust.

The Forest curious and saw carefully, trying to figure out how will the story end. The Forest laugh cause of their drama.

But when the Forest bored, the Forest whispered some magic word to the Wolf, it's just the perfect time to prey on the Red Riding Hood isn't?

~•••~

Tangan pucat itu kini dihiasi darah merah. Pisau daging raksasa di sana terus melakukan gerakan vertikal yang sama, mencacah gumpalan daging berbulu di atas meja kayu secara acak, kecuali bagian leher ke atas. Tidak ada ekspresi di wajahnya yang ber-make up badut sederhana, selain terciprat oleh darah makhluk di bawah tekanan tangannya. Namun ia sama sekali tidak repot-repot membersihkan cairan itu. Suara teriakan penonton terdengar begitu histeris di dalam ruangan tertutup itu, teriakan ngeri bercampur ketakutan yang terdengar begitu manis di telinganya. Di bawahnya, si korban menangis pasrah tanpa suara karena pita suara yang sudah dipotong. Tubuhnya terasa dibelah-belah, meskipun sebenarnya belum ada yang terpotong sepenuhnya. Seluruh bagian yang dicacah masih menempel pada satu bagian kulit yang rebah di atas meja, sengaja tidak dipotong supaya terlihat hampir-putus.

Merahnya darah terciprat sampai dua baris meja di depan tempat eksekusi, menempel pada wajah-wajah histeria penonton. Di salah satu meja barisan kedua, telinga gadis itu berdenging keras, mata kirinya berputar antara buram dan jelas. Gerakan di sekitarnya berubah menjadi slow motion, dan suara-suara hilang timbul di telinganya. Tubuhnya sedikit limbung karena syok. Rasa sakit di mata kanannya kembali menjadi-jadi, dan darah yang sudah berhenti kini mengalir lagi.

"Scarlett?" tanya sebuah suara. Tangannya menepuk bahu gadis itu, lalu mendadak segalanya kembali normal bagi Scarlett. "Kau tidak apa-apa?"

Suara dan adegan sadis cacahan lebih menarik perhatian Scarlett, meskipun suara pemuda di sebelahnya yang telah menarik kembali kesadarannya. Gadis itu mengernyit menahan sakit, memegangi mata kanan yang sakitnya luar biasa, lalu mengusap darahnya dan berkata, "aku baik. Jangan khawatirkan aku."

Teriakan masih menggema, dan satu gerakan vertikal yang paling keras terdengar, mengakhiri eksekusi publik ini.

Sebuah kepala berbulu menggelinding di lantai, dengan mata kosong yang menampilkan kengerian luar biasa menjelang maut. Sorot hampa tanpa rasa yang hanya bisa ada karena sakitnya meregang nyawa.

Di belakang meja, pria yang memegang pisau daging raksasa meletakkan benda itu di atas tubuh makhluk yang tercincang. Dengan senyum sinting menghiasi wajahnya, ia berkata, "baiklah, siapa selanjutnya?"

Dark SideWhere stories live. Discover now