10. Lee Jihoon Pt.1

Start bij het begin
                                    

Tak ada niatan dirinya menjawab pertanyaan bodoh itu, Jihoon segera menjauh dari Wonwoo dan berniat untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjauhan dengan sahabatnya itu. Kali ini ia begitu kesal dan ingin mengabaikan Wonwoo. Lagipula mana bisa ia terus saja diam ketika sahabatnya menghinanya ? Jadi tidak ada salahnya ia mengabaikan Wonwoo sampai ke tempat yang dituju.

Pada istirahat tadi siang Jihoon, Wonwoo dan Soonyoung memang berencana untuk mengunjungi tempat favorit juga langganan mereka. Sebuah cafe tidak jauh dari sekolah dan bahkan sang pemilik cafe tersebut sangatlah dekat dengan ketiganya. Tak jarang mereka selalu mendapat gratisan darinya, tentu saja membuat ketiganya senang sekaligus malu secara bersamaan. Apa kalian juga akan seperti itu ?

Wonwoo mengerucutkan bibirnya lagi sembari mengikuti Jihoon. Jihoon benar-benar mengabaikannya dan saat dirinya bertanyapun remaja mungil itu hanya menjawab gelengan atau anggukan. Sungguh apa yang dilakukan Jihoon membuat dirinya tidak nyaman dan merasa bersalah tentunya. Apalagi banyak pasang mata yang menatap kearahnya dengan tatapan penuh tanda tanya, mereka seolah berpikiran jika keduanya seperti tengah bermasalah dalam suatu hubungan.

Wonwoo berhasil meraih lengan Jihoon. Namun tetap saja anak itu tak bergumam sedikitpun, "Jihoon-ah maafkan aku eoh ?" ujarnya dengan suara yang dibuat semanja mungkin. Jika dipikir-pikir lagi jika Jihoon tengah marah atau kesal kepadanya, ia akan luluh ketika dirinya bersikap seperti ini.

Tidak terasa mereka berada tepat didepan cafe yang dituju. Jihoon kembali menghentikan langkah kedua kakinya dan menatap kearah Wonwoo. Tak lupa juga ia melepaskan tangan Wonwoo yang bergelayut manja pada lengannya dengan pelan, "Berhentilah ! Itu menjijikan, Jeon Wonwoo !" setelahnya Jihoon masuk kedalam cafe dengan kembali diikuti Wonwoo.

Seperti biasa keduanya disambut oleh sang pemilik cafe. Jihoon langsung menyapanya dengan sumringah, sedangkan Wonwoo ? Anak itu hanya diam dan tidak berkutik sedikitpun. Malah Wonwoo yang menjadi mengabaikan keduanya, anak itu tentunya langsung berjalan kearah meja kosong tempat biasa mereka menghabiskan waktu bersama.

"Ada apa dengannya ?" tanya sang pemilik cafe bernama Bumzu itu.

Jihoon menggedikan bahunya, "Aku mengabaikannya, hyung. Anak itu selalu saja menghinaku."

"Menghina ?"

Jihoon mengangguk, "Ya. Selalu saja menghina tinggi badanku. Aku kan kesal."

"Kalian ini selalu saja seperti ini eoh. Sudahlah jangan membuat moodnya buruk, dia sangat menakutkan jika sudah seperti itu. Duduklah dan buat moodnya membaik kembali." titah Bumzu membuat Jihoon benar-benar tidak terima.

"Kenapa kau malah memikirkan anak itu ? Padahal disini akulah yang dirugikan !"

"Kenapa kau malah memikirkan anak itu ? Padahal disini akulah yang dirugikan !"

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu