49. Ijinkan aku berada disampingmu

1K 121 13
                                    

Happy Reading

.

.

.

Hari-hari berganti dengan cepat. Sudah sebulan lamanya Wonwoo masih betah menutup mata indahnya. Tak ada yang tahu kapan remaja malang itu akan terbangun dari komanya. Wonwoo bahkan bernapas dengan bantuan alat dan sampai saat ini alat tersebut masih setia menemaninya. Mungkin bisa dikatakan jika alat tersebut adalah teman berharganya untuk saat ini. Mengatakannya saja sangatlah lucu, ia hanya memiliki teman yang tak hidup.

Nyonya Kim tak ada hentinya memandang wajah pucat Wonwoo yang semakin tirus. Tidak ada asupan makanan selain dari cairan infus yang masuk kedalam tubuhnya sebagai pengganti makanan. Tetap saja tidak seperti makanan pada umumnya. Cairan itu hanya untuk membantunya. Tangan halus itu terus menggenggam tangan sang putra yang cukup dingin, padahal penghangat ruangan sudah cukup membuatnya hangat. Ada apakah dengan putranya ini ? Tidak. Ia tidak ingin putranya ini pergi begitu saja.

Tidak ada seorang ibu yang membiarkan anaknya mendahuluinya, meskipun itu sudah takdir dari Tuhan. Lalu benarkah jika Wonwoo akan pergi secepat ini ? Tanpa memberikan dirinya kesempatan untuk memperbaiki semuanya ? Semua kesalahan yang diperbuatnya pada masa lalu. Mungkin masa lalu yang ingin Wonwoo lupakan, namun sangat sulit untuknya. Perasaan sakit yang semasa hidup menemaninya seolah telah membekas begitu dalam, sampai sulit untuk dilupakan begitu saja.

"Bangunlah. Bukankah kau ingin bertemu dengan kakek dan nenekmu hem ? Itu yang selalu kau tanyakan waktu kecil pada eomma." ujar Nyonya Kim dengan kedua mata yang tak hentinya menatap kearah mata sang anak. Ia berharap jika mengajak anaknya ini berbincang, kedua mata rubah milik anaknya akan terbuka seperti yang dinantikan oleh banyak orang. Bolehkah ia berharap ada keajaiban untuknya ?

Flashback

"Sung Ryung-ah." panggil seorang wanita yang sudah berumur, membuat sang pemilik nama diam membisu.

Tubuhnya menjadi kaku. Perasaan takut itu kembali menghantuinya. Kedua orang yang sudah lama tak pernah dijumpainya ini tepat berada di depannya. Ia tidak menyangka dan selama ini terlalu takut untuk menemuinya. Entah apa maksud kedatangannya yang tiba-tiba ini. Tentunya ia tidak merasa senang sama sekali. Ia takut jika mereka berdua menanyakan kabar anaknya.

"Apa yang kalian inginkan ?" bukannya bersikap hangat, Nyonya Kim justru berkata dengan sedikit tidak sopan. Bukan ini yang seharusnya seorang anak kepada orang tuanya.

"Kau pasti terkejut dengan kedatangan kami bukan ? Tenanglah. Kami tidak akan membuatmu terluka lagi seperti dulu. Kami merindukanmu dan maafkan appa juga eomma yang telah mengusirmu, Sung Ryung-ah." jelas pria yang cukup berumur yang tak lain ada ayah dari Nyonya Kim.

Setelah tahu alasan mereka mendatanginya, Nyonya Kim tak ragu untuk semakin mendekat kepada keduanya. Ia mendudukan dirinya tepat disamping sang ibu. Tanpa diduga, ia mendapatkan pelukan hangat dari sang ibu. Awalnya tak membalas, namun ketika mendengar isakan baru ia membalas pelukan itu. Pelukan yang selama ini ia rindukan, "Maafkan eomma. Seharusnya eomma tidak membiarkanmu pergi, padahal waktu itu kau tengah mengandung."

"Aku sudah memaafkan kalian berdua." ujarnya sembari melepaskan pelukan dari sang ibu.

"Dimana cucu appa ? Apa dia tumbuh menjadi anak yang tampan atau cantik ?" tanyanya dengan tiba-tiba. Membuat Nyonya Kim seketika itu memperlihatkan kesedihannya. Mengapa ia harus mendengar pertanyaan itu ? Pertanyaan yang sangat sulit dijawab dan mungkin akan terasa sangat sesak.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now