dua

500 86 15
                                    

Aku berjalan pelan memasuki gerbang kantor. Di pintu samping, Kalil bangkit dari kursinya hanya untuk menyapaku. 

"Selamat pagi, Visha. Apa kabar?"

Aku membuang napas. Sudah muak dan bosan mendengar pertanyaan itu setiap hari--berkali-kali: diucapkan dari satu mulut ke mulut yang lain. Aku yakin pertanyaan itu hanya basa-basi, bukan bentuk peduli.

Dan sama seperti basa-basi pada umumnya, aku hanya menjawab, "Baik."

Kalil tersenyum lagi. Laki-laki yang sedang magang di Akselerasi itu memang selalu bersikap ramah kepada seluruh karyawan.  Aku jadi bertanya-tanya apakah sapaan dan senyum Kalil tulus ... atau bagian dari pekerjaan yang memang harus dilakukan sebagaimana pegawai di minimarket?

Entahlah. Aku tidak ingin memikirkan lebih jauh. Di kantor ini, dengan semua departemen dan enam puluh empat karyawan, otakku akan penuh jika perhatianku hanya tertuju kepada mereka.

"Hari ini lunch-nya apa, Vis?" tanya Kalil lagi. Saat ini, dia ikut ke dapur untuk mengisi botol minumnya dengan air.

"Udang saus tiram sama capcay," balasku sambil mulai mengeluarkan kopi dan roti dari lemari: membuat sarapan untuk diriku sendiri.

"Wah, kayaknya enak banget, Vis. Bahan-bahannya udah lengkap?"

"Mau dicek dulu."

"Oke. Kalau Visha butuh bantuan, misalnya minta tolong belanja bahan masakan, kabarin aja, ya?"

Sejak magang dari hari pertama, Kalil selalu seperti ini: menanyakan menu masakan dan menawarkan bantuan kepadaku untuk berbelanja bahan. Dan jawabanku selalu sama seperti hari-hari sebelumnya. "Nggak perlu."

Dan setelah itu, aku melihat Kalil mengangguk dan tersenyum lagi, lalu pelan-pelan kembali ke meja kerjanya: menatap laptop sambil mendata karyawan dan tetap sigap bangkit dari kursinya setiap kali ada yang datang. Aku bisa melihat semua aktivitas Kalil karena meja departemen People and Culture berada dalam jangkauan pandangku. Sambil memasak, dengan ruangan kantor yang open space, aku bisa melihat aktivitas Kalil dari jendela dapur.

Selama dua tahun terakhir, hari-hariku selalu berjalan seperti ini. Senin sampai Jumat bagiku selalu sama. Aku akan berangkat dari kontrakan pukul delapan, berjalan dua puluh lima menit menuju kantor, dan tepat pukul setengah sembilan, aku akan bekerja. Pekerjaanku di aksel akan selesai pukul satu. Setelah itu, aku akan pergi ke tempat laundry--tempat kerja keduaku--untuk mencuci dan menyetrika sampai pukul tujuh malam. Apakah setelahnya aku bisa tertidur? Tentu saja tidak. Aku masih harus menjaga mealtime--minimarket 24 jam--dan menjaga shift sampai pagi. Aku baru bisa tidur pukul lima pagi, lalu kembali berangkat ke Aksel. Siklusnya selalu sama setiap hari.

Di Aksel, aku memulai pekerjaanku dengan menyumbat telinganku dengan earphone dan mendengarkan lagu. Setelah menyumpal telinganya dengan earphone, aku akan menyapu dan mengepel seluruh ruangan di lantai satu dan dua. Aku juga akan menyikat tiga kamar mandi, mengelap meja, menyiapkan sabun di setiap wastefel, serta menyediakan tisu di seluruh meja kerja setiap departemen.

Selama aku menyelesaikan pekerjaan di tiga puluh menit pertama, beberapa karyawan Aksel akan berdatangan. Dan inilah alasanku menyumpal telinganya dengan earphone dan selalu menundukkan pandangannya: aku tidak mau dan tidak suka berbasa-basi. Dan sepertinya, seluruh karyawan Aksel juga sudah memahami sikapku. Mereka jarang bertanya apapun kepadaku ... kecuali satu orang yang membawanya bekerja di tempat ini.

Kak Harsa. Juga Araj.

Dan aku selalu bisa mengenali langkah mereka meski telingaku sibuk mendengarkan lagu.

"Pagi, Vis."

Itu suara Kak Harsa. Dia menyapa sambil meletakkan tasnya persis di samping kursi Kalil. Posisi Harsa di kantor ini cukup vital. Dia sudah bekerja sejak pertama kali Akselerasi berdiri. Dia pernah mengerjakan beberapa pekerjaan, dari hal yang stategis sampai hal teknis. Kemudian, seiring berjalannya waktu, ketika sistem di Akselerasi semakin baik dan menjadi PT, Harsa memangku jabatan sebagai Head of People and Culture. Dia yang merekrut karyawan, menciptakan kondisi kerja yang baik, menangani konsultasi karyawan, membuat kontrak, dan mengerjakan hal-hal lain yang berkaitan dengan karyawan dan lingkungan kerja.

MetamorvishaWhere stories live. Discover now