23

1.8K 127 0
                                    

Keni POV

Waktu berjalan sangat cepat dan hanya menunggu waktunya tiba aku akan bisa melihat wajahnya dengan nyata. Usia kandungan Rena memang sudah bulannya dia melahirkan.

Setelah aku berbaikan aku tidak pernah melakukan kesalahan yang sama. Aku sangat memperhatikannya. Sudah sebulan terakhir aku tidak ke kantor, hanya bekerja dari rumah dan selebihnya urusan kantor diurus David.

"Hai sayang sibuk ya?" Tanya Rena yang menghampiriku diruang kerja

"Engga juga kenapa honey?"

"Aku bosan dirumah, temani aku jalan-jalan ya"

Aku dan Rena mulai rutin mengunjungi taman komplek karena memang saran dari dokter agar tidak terlalu tegang dan Rena juga harus banyak bergerak tapi jangan sampai terlalu lelah juga.

Beberapa kali kami berhenti dan duduk dikursi taman sambil melihat banyak anak kecil yang sedang bermain dengan begitu semangat dan begitu riang.

"Sabar ya sayang sebentar lagi anak kita lahir jadi kamu bisa ajak bermain juga"

"Iya aku tidak sabar menunggunya keluar dari sini, kamu pasti kecapean ya bawa anak kita"

"Aku justru senang sayang karena ini adalah buah cinta kita"

Melanjutkan lagi berkeliling sebentar lalu aku mengajak Rena pulang karena langit sudah mau gelap.

"Kalian dari mana?" Tanya mami ketika kami memasuki rumah

"Ketaman aja mi jalan-jalan sebentar" jawab Rena

"Ohh begitu ya sudah sebentar lagi makan malam siap kalian mandilah dulu"

Saat makan malam aku memang sedikit kelaparan entah kenapa akhir-akhir ini memang porsi makanku jadi meningkat. Mungkin karena Rena selalu melotot kalau masih ada sisa makanan dipiring.

"Auuhh... " Rena merintih sakit

"Honey.. ap apa mau melalirkan ya?" Tanyaku panik

"Belum sayang kayanya gerak aja" ucap Rena dengan wajah biasa lagi

Ketika dikamar Rena sedikit berkeringat dan aku panik langsung memanggil mami. Tapi Rena bersih keras tidak mau pergi ke RS. Aku tidak tahan jadi aku memaksanya berangkat saat itu juga dan tidak ada bantahan karena nadaku sudah meminggi.

Sampai di RS Rena segera diperiksa dan ternyata memang hanya kontraksi palsu, itu tandanya saatnya memang sudah dekat. Dokter hanya memperingatkan untuk selalu bersiap kapanpun, karena prediksi bisa sana meleset.

Kembali ke rumah Rena memasang wajah sinis saat menatapku dan aku aku hanya tersenyum menggaruk tengkuk.

Empat hari setelah itu saat tengah malam.

"Sayang.... sayang..." Rena membangunkan

"Hmmmm..."

"Sayang perut aku sakit banget..." rintihnya

"Iya besok aja aku ngantuk.."

" arggghhh .... Keniiiiiii.... sakiiiiiittt" rintihnya lagi dan meremas lenganku

Sontak aku terbangun dan melihat peluh keringat sudah membasahi badan Rena. Aku segera bangun dan meraih kunci mobil lalu membangunkan mami.

"Miiiiiii... Rena... Rena mau melahirkan" ucapku

"Astaga Ken... cepat ke RS..." mami pun ikutan panik

Aku menginjak pedal gas menuju RS. Selama perjalanan aku mendengar Rena merintih kesakitan, untungnya ada mami yang selalu berusaha menenangkan Rena.

Tiba di RS Rena langsung masuk ruang rawat dan menunggu dokter memeriksa.

"Masih bukaan tiga, kita menunggu sampai sempurna dulu" dokter mejelaskan

"Kapan itu dok, apa harus kesakitan begitu terus.." tanyaku

"Beberapa jam kedepan pak.. berdoa saja meminta kelancaran"

Setelah dokter pergi aku mendekati Rena yang sudah lebih tenang. Disampingnya ada mami dan mama.

"Sayang sini..." panggil Rena

"Kenapa sayang? Sakit sekali ya?" Aku menggenggam tangannya

"Kamu tenang ya aku gapapa..." belum.selesai berucap Rena sudah merintih lagi dan semakin kencang genggamannya

"Miiiiii.... harus begini?" Tanyaku pada mami

"Ya kalau memang melahirkan normal pasti begini Keni...." jawab mami

Bahkan sampai matahari memunculkan wujudnya Rena masihnterus kesakitan. Aku sudah membujuknya untuk operasi tapi Rena tidak mau.

"Sayang.. aku lapar" kata Rena

"Ohh iya iya aku beli dulu" ucapku dan buru-buru keluar

"Ken... kamu keluar pakai baju begitu?" Tanya mama dan membuatku melihat apa yang aku kenakan

"Astaga ma... iya Keni ganti baju dulu" ucapku yang ternyaya aku hanya memakai kaos tipis dan celana boxer tidurku

Aku sempat melihat ke arah mami dan juga Rena, mereka tertawa melihat kekonyolanku. Aku segera keluar mencari sarapan untuk mami dan mami juga. Bahkan aku sempat marah-marah pada ibu kantin yang terlalu lama menyiapkan makanan.

"Kamu lama banget... itu Rena sudah diruang bersalin.. kamu masuk temani dan beri semangat..." ucap mami dan aku terkaget

Didalam ruangan bersalin aku melihat Rena yang sangat kesakitan dan air matanya sampai mengalir. Aku mendekat dan dokter memberi aba-aba.

Merelakan rambut dan tanganku karena aku tau rasa sakit Rena pastk lebih dari pada sakitku.

Terdengar suara tangisan bayi menyeruak didalam ruangan ini. Ya anak kami sudah lahir dengan selamat dan sempurna. Aku mencium kening Rena.

"Honey anak kita sudah lahir... terimakasih" bisikku dan Rena masih lemas hanya bisa tersenyum

Dokter selesai membersihkan bayi mungil itu dan memberikan didada Rena. Sungguh pemandangan yang sangat cantik seumur hidupku.

"Selamat pak dan ibu Rena anaknya cantik sekali." Ucap dokter

"Makasih dok" balas Rena

Be My EndlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang