"Ini sudah berlangsung sangat lama. Jaehyun tak akan tahu ini. Kau juga jangan terlalu seperti ini, bagaimana pun itu hanya kecelakaan, kita tidak sengaja. Haechan tengah demam tinggi bukan saat itu. Yang kita pikirkan hanya Haechan, sementara jalan berkabut." Johnny mencoba menjelaskan agar Ten kembali mengerti. Tak usah terus membahasnya karena sudah sewajarnya ini semua terkubur dengan waktu.

.

.

.

Jeno menegak wine, sudah cukup banyak yang ia minum, bahkan saat ini pandangannya pun mengabur.

"Sial! Mengapa kau harus melakukan ini Chan!" Kesalnya. Ia sangat kecewa akan perlakuan Haechan kepadanya, Haechan menolak dirinya hanya demi si bodoh itu? Ah sial! Sebenarnya bukan Haechan yang penting, tetapi bayangannya menguasai dan memiliki Jung Corp musnah.

"Brengsek!" Jeno melemparkan gelasnya karena sangat kesal dengan keputusan Haechan.

"Kau harus menyesal Haechan-ah! Ya! Kau harus menyesal dan aku pasti akan mendapatkan apa yang aku mau." Jeno tertawa dengan apa yang ia bayangkan, ia merencanakan sesuatu pastinya, tetapi entah apa itu, hanya satu hal yang dapat di tebak, itu bukanlah yang terbaik untuk Mark dan Haechan.

.

.

.

Apapun itu, percayalah aku tetap mencintaimu. Perasaanku ini tulus, bukan paksaan.
Aku tahu kau orang baik. Aku tau itu.
Karena orang sepertiku tahu dan sensitif akan kalian.

Aku yakin, akan ada cinta untukku darimu.

.

.

Pagi pun telah tiba, Haechan membuka matanya karena cahaya mentari perlahan masuk pada celah-celah jendela kamarnya. Perutnya terasa berat, ia pun melirik apa yang menimpa perutnya, ternyata itu tangan Mark, bahkan saat ini wajah Mark hanya beberapa centi darinya. Mata musang itu masih terpejam. Haechan menatap wajah tenang Mark. Deruan nafas Mark terasa menyapu wajahnya, bahkan bibir itu membuatnya begitu sexy. Seandainya ia normal seperti orang-orang, Haechan dapat memastikan Mark akan menjadi idola. Jelas saja, ia tampan dengan tubuh yang ideal bagi kalangan pria. Ia pun berasal dari keluarga kaya, pewaris Jung Corp. Bukankah itu menjadi daya tarik besar untuknya? Tetapi malangnya ia harus terlahir dengan kondisi mental yang terganggu. Sebenarnya bukannya nasib Mark begitu miris? Ah ya miris, sempat terlintas kata itu di benak Haechan. Haechan segera memalingkan wajahnya dan mencoba mengabaikan semua yang ada dalam otaknya.

Ia mengangkat tangan Mark perlahan dari perutnya. Ia tak ingin Mark terganggu akan aktivitas Haechan. Setelahnya Haechan beranjak dan hendak membuka gorden jendela kamarnya, tetapi aktivitasnya terhenti ketika ia teringat sesuatu.

"Tuan muda Mark tak bisa melihat cahaya terlalu menyilaukan. Tuan muda sebaiknya memahami kondisinya."

Ya, Haechan ingat akan ucapan maid ketika pertama kalinya ia datang ke kediaman keluarga Jung. Haechan akhirnya membatalkan aktivitasnya, ia memilih untuk segera mandi saja sebelum Mark bangun. Ini kedua kalinya mereka tidur bersama.

Sebenarnya memang tak sepantasnya ia meluapkan emosi dan kemarahannya terhadap Mark. Mark pun tak meminta ini bukan? Hanya kedua orangtua mereka yang menghendaki pernikahan ini.

Ia memang belum dapat menerima Mark menjadi suaminya, tetapi Haechan akan berusaha mencoba menjadi teman Mark.

.

.

"Sepertinya sudah sangat malam Jaehyun-ah. Eomma sudah menyuruh kita menginap saja kau malah memilih kembali, kau ini ya." Jaehyun hanya tersenyum dan fokus mengendarai mobilnya.

Mianhae, Because I'm Idiot [Markhyuck]✔Where stories live. Discover now