BAGIAN 3

25.2K 3.3K 675
                                    

Sindrom Asperger, suatu gejala autis. Tingkat gangguan ini ada tiga; ringan, sedang dan berat. Gangguan ini menyerang sistem komunikasi dua arah, beberapa gejalanya pun mengganggu penderita, mereka sedikit sulit menggerakkan anggota tubuh atau bahkan sering terpeleset. Penderita ini biasanya menjadi target pembullyan. Tetapi, itu semua tergantung pada penanganan penderita gangguan ini. Beberapa terapi dapat membuat penderita tidak mengalami gangguan yang cukup berat. Dokter tak memahami apa gangguan ini, beberapa mengatakan faktor genetik dan ada juga yang di sebabkan gangguan akibat pada saat kehamilan yang membuat bayi terlahir lebih awal. Di balik keistimewaan mereka, para penderita Asperger memiliki IQ di atas rata-rata. Asperger termasuk autis ringan karena tidak terlalu mengganggu sistem kerja tubuh secara keseluruhan. Tidak seperti Autis lainnya yang mengalami gangguan pendengaran atau pun bicara. Mereka tampak normal, hanya saja jika lebih dekat kalian akan mengerti akan mereka yang berbeda.

.

.

.

Jeno merasa senang karena ia menganggap Haechan membelanya dengan menyanggah ucapan Renjun tentang Mark.

"Kau tidak apa-apa hm? Tadi di telepon kau terdengar menangis." Jeno meraih tangan Haechan dan menggenggam tangan lembut tersebut dengan erat. Haechan hanya melihat tangan yang Jeno genggam, tetapi tak lama Haechan menepis kasar tangan tersebut.

"Jangan bersikap kau masih menjadi kekasihku. Bukannya kau yang memutuskanku? Dimana kau saat aku butuh untuk menolak pernikahan ini?" Ujar Haechan. Jeno hanya berdiam diri sejenak.

"Maaf, saat itu aku kecewa saja Chan. Tetapi percayalah sekarang aku menyesal dan ingin kau kembali Chan. Aku sangat mencintaimu." Haechan hanya tersenyum meledek akan ucapan Jeno.

"Cinta? Leluconmu sungguh menggelikan. Kau hanya ingin harta Mark bukan? Aku tau yang ada dalam otakmu ketika sikapmu kembali baik kepadaku." Jeno kembali terdiam. Ya, memang semua yang Haechan katakan benar adanya.

"Hari ini aku bertemu hanya untuk memberikan surat pengunduran diriku padamu. Aku tidak akan kembali ke tempatmu itu. Aku ingin memfokuskan bekerja pada perusahaan Orangtuaku dan membuatnya bangkit sehingga aku tak harus menjadi tempat untuk mengasuh si bodoh itu." Jeno hanya terdiam dan melihat surat pengunduran diri yang Haechan berikan kepadanya. Terdengar Haechan menghela kan nafas beratnya sebelum ia beranjak dari tempat duduknya.

"Jun, aku pulang dulu. Lain kali aku akan kembali." Ujar Haechan. Renjun pun mengangguk, akhirnya Haechan tak kembali menerima lelaki ini. Renjun melihat Jeno meremas surat pengunduran diri yang Haechan berikan kepadanya.

"Apa tak ada kesempatan untukku Chan?" Ujar Jeno. Langkah Haechan terhenti.

"Kau tau prinsip ku? Aku tak akan pernah mengulangi kesalahan untuk kedua kalinya." Ujar Haechan tanpa membalikkan tubuhnya menghadap Jeno.

"Jadi, apa aku ini kesalahan dalam hidupmu?" Tanya Jeno kembali.

"Ya. Aku sempat kecewa karenamu. Itu menyakitkan. Aku pun tak akan membuat hatiku sakit untuk kedua kalinya. Sudahlah. Selamat tinggal." Haechan kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil ferari merah, miliknya. Yah begitulah Haechan akan pendiriannya. Baginya, tak akan ada cerita kesempatan kedua dan ketiga, itu hal bodoh jika ia melakukannya.

.

.

Mark cukup senang akan kebersamaannya hari ini bersama Wendy. Beberapa tempat makan mereka kunjungi, bahkan beberapa toko buku.

Banyak tatapan aneh yang mereka berikan terhadap Mark. Bahkan bisikan tentang Mark pun terdengar. Ia tampan, tetapi nampak bodoh. Wendy tahu pasti Mark mendengarnya, pendengaran Mark begitu tajam. Wendy tak tahu Mark mengerti atau tidak akan ucapan mereka, yang Wendy ketahui, Mark hanya mendengar setiap kata yang mereka keluarkan. Wendy bersyukur akan Mark yang mampu berada di tempat sedikit ramai saat ini, berbeda dengan dulu, dimana Mark selalu takut akan keramaian.

Mianhae, Because I'm Idiot [Markhyuck]✔Where stories live. Discover now