"Senin"

4.2K 168 9
                                    


Bunyi nyaring alarm membangunkan Lucy yang sedang tertidur nyenyak. Dengan setengah sadar, Lucy bangun dan duduk di pinggir kasurnya. Sinar matahari menembus masuk melewat gorden yang menutupi jendela kamarnya. Lucy membuka lebar gorden itu, dan membuka jendela yang ada di baliknya. Seketika hembusan angin dingin menusuk wajahnya, semerbak aroma tanaman tercium oleh hidungnya yang memerah karena kedinginan, kicau burung terdengar disekitar taman kecil yang ada di bawah kamarnya. Musim semi mulai datang.

Bulu kuduk Lucy meremang, bukan karena takut, tapi kedinginan. Lucy mengusap-usap tubuhnya untuk menciptakan rasa hangat. Lucy menengok ke arah kalender yang tergantung di dinding kamarnya. Melihat angka yang ia tandai dengan lingkaran merah, Lucy langsung berjalan kearah kalender itu. Melihat keterangan tanggal di kalender itu, mata Lucy langsung terbuka lebar. "Oh.. tidak. Tidak," katanya bergumam pada diri sendiri.

Dia hampir lupa, hari ini dia bekerja secara perdana di sebuah perpustakaan yang ada di kota London. Iapun berlari menuju kamar mandi, langsung membasuh muka dan segalanya. Memakai pakaian yang terbaik menurutnya.

Lucy sering meninggalkan sarapan karena tidak ada yang menyiapkannya, kalau Lucy menyiapkan sarapan untuknya, pasti dia akan terlambat.

Lucy sering merindukan suasana kekeluargaan sebelum ia tinggal sendiri. Sudah hampir 3 tahun ia melakukan aktifitas hariannya sendirian. Lucy mulai tinggal sendiri saat ia berumur 19 tahun. Orang tua Lucy pindah ke Swiss karena kondisi kesehatan Ibu Lucy yang kurang baik, dan kebetulan Ayahnya mendapat pekerjaan di sana. Orang tua Lucy terpaksa meninggalkan Lucy, karena Lucy sedang menyelesaikan kuliahnya di London.

Setelah dirasa cukup, Lucy menggenggam tas kecilnya, dan keluar dari apartemennya. Seketika tubuhnya tertabrak, Jake menangkapnya sebelum Lucy terjatuh. "Whoa.. hati-hati Lucy."

Dengan hati yang belum siap, Lucy berdiri dengan cepat. "Maaf Jake, aku terburu-buru."

Jake tersenyum, senyuman hangat yang selalu Jake berikan pada Lucy. "Aku tahu, hari ini kerja pertamamu di perpustakaan bukan? Kukira kau belum bangun, jadi aku berniat membangunkanmu."

Lucy tertawa. "Tentu tidak Jake, aku memasang alarmku pagi-pagi. Ayo kita kebawah." Lucy menarik tangan Jake, lalu menuruni tangga menuju lantai bawah.

Bibi Em baru keluar dari apartemennya sambil membawa sebuah gelas. "Oh Lucy? Selamat pagi.. kukira kau belum bangun." Bibi Em tertawa, lalu menarik Lucy untuk duduk di kursi dekat pintu apartemennya. "Minum ini dulu, kau pasti belum makan." Bibi Em memberikan segelas coklat hangat. Lucy menerimanya dengan senang hati.

Bibi Em adalah penanggung jawab bangunan tempat Lucy menyewa salah satu apartemen kecil miliknya. Apartemen milik Bibi Em ini hanya memiliki 3 lantai dengan 2 ruangan kecil di lantai satu dan dua, sedangkan di lantai tiga ada atap berbentuk teras, Lucy biasanya duduk di sana sambil melihat bintang jika menganggur. Isi dan lebar setiap ruang apartemen ini sama dengan ruangan yang lain, hanya berbeda sudut pandangnya saja. Ada 1 ruang tidur, kamar mandi di dalam, ruang tengah, dan dapur, perabotan di dalamnya disiapkan oleh Bibi Em. Dengan uang sewa yang sangat murah, Lucy benar-benar merasakan surga di apartemen ini.

Bibi Em tinggal bersama suaminya yang sering dipanggil Paman Damien. Tidak hanya ada mereka berdua saja di apartemen ini. Ada pula kakak-beradik kembar Jake dan Emily Rosechild. Tapi jangan salah, walaupun mereka kembar yang sangat identik, Emily seorang wanita dan Jake seorang pria. Mereka semua tinggal di lantai satu, sedangkan Lucy tinggal di lantai dua.

Lucy meminum habis langsung coklat hangat yang diberikan Bibi Em, dengan desahan panjang diakhir saat tubuhnya mulai terasa hangat. "Terimakasih Bibi Em, aku pergi dulu. Lihat waktunya! Aku sudah telat!" Lucy langsung berdiri dan meletakkan gelasnya di tempat ia duduk tadi.

[✓] I Love You in 10 DaysWhere stories live. Discover now