Pasti Di jodohin!

18.1K 1.8K 231
                                    

Tenggorokan nya kering dan Nana butuh minum sekarang. Hari Senin siang Nana dateng ke kampus, buat nyerahin bab tiga nya ke dospem dan berharap ngga kena revisi.

Tapi pupus sudah pas banyak banget tanda buletan merah di kertas hasil kerjanya. Sekarang dia udah sampe rumah dengan bantuan mas gojek.

Tas selempang berwarna hitam berlogo centang di seret begitu saja oleh Nana, dia lemas sekali karena lupa sarapan.

Membuka pintu utama rumahnya dan memberi salam, "Assalamualaikum bunda."

Rumah kosong melompong kaya ngga di huni. Dengan tidak peduli Nana melempar tas selempang nya ke sofa ruang tamu.

Berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Gelas kaca bertuliskan 'I love papa' di ambil Nana dan langsung nuangin air dari dispenser sebelah kulkas.

Setelah terisi penuh, Nana menarik hijab berwarna toskanya dulu untuk merapikan baru kemudian mengambil gelasnya dan minum.

"Ahh Alhamdulillah." Leganya

"Lagi ngapain dek?"

Suara dari belakang menginterupsi kegiatan Nana buat dia jadi balik badan.

"Oh bunda."

Disana Winarti Pupus Setyaningsih atau biasa di panggil Dek Wina, bunda Nana lagi merhatiin anak sulungnya sambil bawa belanjaan banyak banget di sisi tangan kanan-kiri.

Karena Nana adalah anak yang berbakti dengan inisiatif bantuin naro plastik belanjaan. Nana menaruh plastik di atas meja makan.

"Tumben bun belanja banyak." Ucap Nana sambil mengeluarkan bahan makanan.

Wina cuma senyum dan masih fokus buka buntelan plastik es teh manis yang tadi dia beli, "Ada tamu nanti dari jauh." Ucap nya

Memasukkan sayuran ke dalam kulkas sambil berjongkok, Nana menoleh menghadap bunda dengan kerutan bingung.

"Sopo? Batir adoh Papah?" [Siapa? Temen jauh Papah?]

"Calon mantu."

Ucapan bunda Wina membuat Nana langsung berdiri dan menyambar es teh manis yang tinggal setengah.

"Papah temenanan pengin nikahna Nana siki Bun?!" Kata Nana kesal sebelum menyeruput es teh nya hingga tandas. [Papah beneran mau Nana nikah sekarang Bun?]

Wina cuma ngehela nafas terus langsung naro sayuran yang mau di masak, dia juga ngga paham kenapa suaminya mau anaknya nikah cepet-cepet.

"Salah mu sih liat hal kaya gitu, tau-tau kakekmu priyayi."

Mulai memotong wortel karena Wina mau buat sop iga, lengan panjang gamis berwarna pinknya di tarik hingga siku.

"Nana masih muda loh Bun." Ucap Nana kesal sambil mengentak-hentakan kaki.

Wina cuma ngelirik sekilas anaknya sebelum nyerahin telenan, piso, dan baskom. Bahan-bahan buat sop dia kasih juga ke Nana.

"Udah mending bantuin bunda ini potong-potong."

Dengan masih perasaan kesal terhadap Papah Atuy. Nana memotong wortel dengan brutal sehingga menimbulkan ringisan ngilu dari Wina.

"Sing selo rajange cah ayu." [Yang santai motongnya cah ayu]

Wina sama Nana noleh ke sumber suara dari arah pintu dapur, disana Atuy berdiri nyender tembok sambil nyemilin jambu merah.

"Kesel! Aku anggep wortelnya anu Papah!" Kesalnya dan semakin mencincang wortelnya.

Atuy udah ngeringis ngilu beda sama Wina yang nepuk bahu anaknya pelan, "Heh! Ngga sopan orang tua."

Nana ngga jawab malah duduk di kursi meja makan sebelum ngelanjutin motong bahannya.

Mas Jeno; Revisi [✓]Where stories live. Discover now