Bab 3. Sakit?

12 1 0
                                    

Tengah malam, Awan di kagetkan dengan seseorang yang tetiba datang kedalam kamar dan berdiri di hadapannya.

"Loh mamah kapan datang?" tanya Awan ia berusaha untuk terduduk namun pusing yang sejak siang melanda tak kunjung jua hilang, menyabkan ia kesakitan dan memegangi dahinya.

"Ya ampun Awan kamu kenapa? Kamu sakit." Panik wanita paruh baya itu, namanya Warni. Tangannya tak tingal diam, menyusuri dahi anaknya.

"Nggak ko mah."

"Panas banget gini kamu bilang nggk sakit? Kamu itu kebiasaan banget."

"Ayo kerumah sakit."

"Nggak usah mah."

"Kamu itu lagi sakit, hayu siap-siap kerumah sakit."

"Mah udh nggak usah, minum obat juga nanti sembuh." padahal sejak siang ia sudah meminum obat warung, namun sakitnya tak kunjung mereda.

"Udah ayok berdiri, nanti mamah yang nyetir." ucap Warni dengan khawtir, ia membantu anaknya untuk berdiri dan memapah Awan samapi ke mobil.

"Mamah nggak usah sepanik itu, Awan nggak papa." ujar Awan ia tak enak hati saat melihat ibunya sepanik itu. Padahal dirinya sungguh tak apa, ia hanya kelelahan karna banyak kerja.

Warni yang sudah terduduk di kursi kemudi, menatap anaknya dengan sendu. Ia tak bisa tinggal diam melihat anaknya barang sakit sedikir saja. Ia tak mau mengulang kesalahan yang sama seperti dulu.

"Sayang Awan, dengerin mamah. Mamah itu khawtir sama kamu, takut terjadi apa apa karna menyepelekan hal kecil. Sudah sekrang kamu duduk tenang kita kerumah sakit." ucap Warni kini pandangannya mulai menatap kedepan fokus kepada jalanan dan menancapkan gas, membelah kota di gelapnya malam.

*
*
*

Di rumah sakit, tepat di ruangan dokter anak. Seorang gadis tengah terduduk dengan lesu. Rambut yang tergerai menutupi wajahnya yang merunduk. Kini perasaanya tengah campur aduk. Pikirannya berkelana atas obrolannya tadi dengan sang dokter.

"Anak ibu, terserang penyakit DBD dan harus di tangani segera dan di rawat inap."

Kalimat itu sungguh membuatnya pusing bukan kepalang memikirkan biaya yang harus di kelurkan, hatinya pun gundah mengasihani penyakit yang kini tengah menyerang Dodi.

Harus kemana ia mendapatkan uang? Mencari sudah ia lakukan sejak satu bulan yang lalu. Tak terasa air matanya mengalir dengan deras, tanpa getaran badan menyebabkan orang lain tidak tau bahwa kini gadis itu tengah menangis.

"Sari kau harus kuat, ada Allah yang akan memberikan jalan."ucap Sari, tangannya mengusap kedua pipinya yang terasa basah.

"Aku harus kekamar mandi."karna sepertinya tempat itu bisa menyamarkan matanya yang sembab dan hidungnya yang memerah. Ia harus terlihat biasa saja di depan Dodi karna bila tidak, Dodi akan merasa sedih, bocah 5 tahun itu sudah dapat mengetahui perasaan orang-orang di sekitarnya.

Sedang asik merunduk, tak sengaja bahunya menyenggol seseorang.

"Maaf."ucap mereka bersamaan.

Sari mendongkak melihat siapa yang sudah ia tabrak, ia sedikit terkejut sebab orang itu sudah 2 kali bertemu dengannya tak sengaja.

"Sari?!"ucap orang itu, Wanita paruh baya yang berada di dekat anaknya hanya diam memperhatikan mereka.

Sari mengangguk, dan kembali mengucapkan kata maaf. Lalu ia akan melenggang pergi namun pergelangan tangannya di cekal oleh orang itu.

"Ada apa?"tanya orang itu, saat melihat penampilan Sari yang berantakan, wajahnya sembab terlihat sekali habis menangis.

Merasa tidak mendapatkan jawaban Wanita paruh itu pun ikut mengeluarkan suara,"kamu kenal dia Awan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SariAwanWhere stories live. Discover now