30. Sakit?

5.4K 653 72
                                    

Cindy tersentak kaget dan segera menoleh saat Panji tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan menarik pinggang Cindy. Membuat mata Cindy melebar seketika menatap Panji.

"Panji ngapain," cicitnya.

"Kan lu lagi pengen. Gue ke kantor entar aja," dengan sumringah Panji menjawab.

"Hah? Enggak," elak Cindy cepat. Ia menggelengkan kepalanya membuat dahi Panji mengkerut menatap wajah Cindy yang masih ia dekap.

"Jadi lo kenapa masuk kamar?"

Cindy menggerjapkan matanya berulang kali. Dan ia baru ingat apa kata-kata Panji saat di meja makan tadi.

Kalau lo memang pengen, yaudah.. masuk kamar gih. Kerjaan gue bisa nunggu entar.

Cindy menarik napasnya dalam. "Enggak, Panji," elaknya. "Aku ke kamar Panji cari hp. Panji lihat hp aku ada dimana?" Tanya Cindy yang membuat wajah Panji sudah masam.

"Gue nggak peduli!" Seru Panji kesal. Ia menarik tengkuk Cindy dan mencium bibir wanita itu. Membuat Cindy langsung memejamkan matanya erat.

Panji melumat bibir Cindy dengan lembut. Bibir pucat yang tetap saja Panji y sukai. Tetapi, ia tidak berlama-lama. Panji melepas pagutannya, kemudian menyatukan keningnya dengan kening Cindy. Membuat cindy menurunkan pandangannya karena salah tingkah.

"Lo masih demam," ucap Panji berdecak palan.

Cindy pikir, ia akan selamat. Tetapi justru, Panji kembali mencium bibirnya. Justru dengan ciuman yang lebih intens.

Tangan pria itu pun mulai liar mengusap punggung Cindy. Perlahyan menelusup ke dalam baju tidur yang Cindy kenakan. Ia mengusap perut Cindy, membuat Cindy menggeliat kegelian.

Bibir masih saling menyecap. Cindy pun sudah membalas bahkan mengimbangi permainan Panji. Wajahnya yang merona pun begitu terlihat cantik di mata Panji.

Sapuan hangat telapak tangan Panji di punggung Cindy, membuat Cindy refleks menggerakkan punggungnya. Jemari Panji tampak lihai membuka pengait bra yang ada disana. Dan dengan lembut, telapak tangan Panji mulai mengusap gundukan yang ada di dada Cindy. Kemudian meremasnya perlahan.

"Aaakkkhh," Cindy refleks melepas pagutan mereka dan kedua tangannya menarik tangan Panji dari sana. "..jangan Panji, sakit." Ucapnya melindungi dadanya dengan lengannya sendiri.

Panji langsung berdecak kesal. "Kenapa selalu sakit?!" Tanya Panji tak terima. Karena saat ia ingin menyentuh dada cindy, Cindy selalu mengeluh kesakitan.

Cindy menggelengkan kepalanya. "Nggak tahu. Kadang, nggak di apa-apain juga sakit banget." Jawab Cindy.

Entah kenapa ucapan Evan kemarin malam terngiang dalam benak Panji. "Ck! Ada sesuatu di badan cewek itu, bos. Gue nggak tahu sih, ini bahaya atau enggak. Ck! Gue rasa sih bahaya, bos. Besok kalau lo datang ke rumah sakit, kita lihat hasilnya."

Panji jadi penasaran. Ia menarik tangan Cindy, menyuruh Cindy untuk duduk di atas ranjang. Lalu Panji berlutut dan dengan cepat jari jemarinya membuka satu persatu kancing kemeja tidur Cindy.

"Jangan Panji," pinta Cindy yang menahan rasa malu di wajahnya. Ia mencoba menghalangi tangan Panji, tetapi mata Panji tampak menyeramkan menatapnya. Membuat keberanian Cindy menciut.

Saat semua kancing baju Cindy sudah terlepas, Panji pun menarik bra berwarna pink muda itu. Memampang gundukan indah milik Cindy.

Panji menelisik dan memperhatikan. "Kenapa makin besar?"

"Ha?"

Panji sedikit menunduk dan membuang wajahnya. "Sialan! Pasti semalam dia grepe-grepe ini cewek. Makanya dia tahu dadanya sakit." gumam Panji.

Cinderella Escape || Panji ZoneWhere stories live. Discover now