3 Memulai Rencana

Start from the beginning
                                    

"Ayah, ayah ngapain ngomong kayak gitu sih? Udah tahu kalau Tuan ini ingin membantu Ayah untuk oprasi, mengapa malah diragukan lagi?" kesal Sarah mendengar penuturan dari Sang suami.

Imbron diam tak menjawab namun ia merasa ada yang janggal saat kedatangan pria dihadapannya itu. Wahyu yang melihat itupun tersenyum kecil.

"Bagaimana, apa kalian setuju dengan penawaran saya?" tanya Wahyu yang langsung diangguki oleh Sarah.

"Iya Tuan, saya setuju," tutur Sarah cepat saat melihat suaminya yang ingin menjawab.

Wahyu tersenyum menyeringai. Ditatapnya Sarah yang nampak seperti wanita matre yang haus akan uang pun membuat Wahyu tersenyum puas.

"Ma, kau tau,'kan Ayah bahkan belum menjawab apakah Ayah setuju atau tidak? Namun kenapa Mama buru-buru memutuskan, tanpa meminta persetujuan dari Ayah?!" kembali Pak Imbron protes kepada istrinya.

"Sudahlah Ayah, ayah menurut saja sama Mama. Mama yakin, Ayah pasti ingin sembuh,'kan?" tanya Sarah seraya menatap suaminya.

Imbron diam tak menjawab tapi hatinya membatin bahwa ia juga ingin sembuh agar bisa beraktivitas kembali.

"Diamnya Ayah berarti iya?" Sarah menatap kearah suaminya yang diam. Ia tersenyum dan menatap Wahyu yang sedaritadi melihat pertengkaran itu.

"Tuan, suami saya setuju Tuan," ujar Sarah cepat.

"Baik tanda tangani surat ini jika kalian setuju," ujar Wahyu menyodorkan kertas keatas meja. Dengan cepat Sarah menanda tangani surat itu dengan bahagia.

"Sudah Tuan."

"Baiklah, jika kalian setuju maka aku akan menempatkan Pak Imbron untuk melakukan oprasi secepatnya, dengan dokter terkenal tentunya. Tapi ada syarat yang harus kalian penuhi," ujar Wahyu seraya menatap ketiganya.

"Syarat? Syarat apa yang harus kami penuhi Tuan?" tanya Sarah lagi.

"Syaratnya yaitu, Tuan saya menginginkan anak gadis kalian," ujar Wahyu lagi.

Mendengar itu Sarah dan Safira senang bisa dipersunting oleh orang yang kaya raya seperti Haris. Pebisnis muda yang terkenal.

"Tuan Anda menginginkan anak gadis kami? Saya punya anak gadis Tuan, namanya Safira dan Tiara," jelas Sarah memperkenalkan anak-anak gadisnya.

"Maaf Nyonya bisa panggilkan semua anak gadis mu, aku ingin melihatnya," pinta Wahyu.

Sarah pun memperkenalkan Safira yang sedaritadi diam dan tersenyum itu kepada Wahyu.

"Sayang ayo perkenalkan nama mu," ujar Sarah menyuruh Safira untuk memperkenalkan dirinya.

"Baik. Perkenalkan nama saya Safira Putri," ujar Safira memperkenalkan dirinya.

"Lalu mana yang satunya? Kau bilang anakmu bernama Safira dan Tiara, lalu mana yang bernama Tiara itu?" kembali Haris bertanya.

Sarah dan Safira cemberut dan kesal karena mendengar nama Tiara disebut. "Eh Tuan, apa Anda tak mau dengan anak sulung saya saja Tuan? Lihatlah, anak sulung saya juga sangat cantik," ujar Sarah seraya bernegosiasi.

"Maaf Nyonya, saya hanya menjalankan perintah yang diberikan Tuan saya. Bahwa beliau menginginkan anak bungsung kalian, bukan anak sulung kalian!" jelas Wahyu tegas memberitahu.

"Tapi kenapa Tuanmu memilih anak ingusan seperti Tiara sih?! Kenapa tidak diriku saja, Tuan?" kesal Safira pada akhirnya.

"Tapi ini sudah perintah dari Tuan Haris langsung Nona, saya tidak bisa membantah perintah yang diberikan beliau," ucap Wahyu lagi.

Tak lama Imbron pun menyahut karena sedaritadi hanya diam. "Tuan, apa maksud Anda meminta anak bungsu saya, Tuan? Mohon maaf Tuan, saya tidak bisa memberikan anak bungsu saya yang masih sekolah, Tuan." Tolak Imbron dengan tegas.

"Tapi Anda tak bisa menolaknya Tuan," ujar Wahyu tersenyum menyeringai membuat Pak Imbron bergidig ngeri melihatnya.

"Maksud Anda apa, Tuan tak bisa menolaknya? Saya bisa saja membatalkan bantuan yang Tuan Anda berikan pada saya!" tegas Pak Imbron lagi.

"Tidak bisa begitu Pak, Anda harus tahu bahwa istri Anda sudah menandatangani surat yang tadi saya berikan tanpa melihat isinya," jelas Wahyu yang semakin membuat Imbron menatap istrinya yang juga kaget.

"Kenapa? Anda tak percaya, mau bukti?" tanya Wahyu lagi seraya menyodorkan sebuah surat kepada Imbron. "Ambilah dan baca dengan teliti," ujar Wahyu lagi.

Imbron membaca isi surat tersebut dan matanya terbelalak tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Ma, apa ini? Kenapa Mama menandatangani surat ini?! Mama tahu apa isi surat ini?!" bentak Pak Imbron dengan melempar surat tersebut kearah Sarah.

Sarah pun terdiam dan mengambil surat tersebut dan membacanya. Alangkah kagetnya saat ia membaca isi surat itu yang mengatakan bahwa,

Tidak Boleh Membatalkan Perjanjian, Jika Pihak Kedua Membatalkan Perjanjian Maka Pihak Kedua Akan  Membayar Denda Pelanggaran Yang Di Langgar!

Demikan isi surat tersebut mampu membuat Sarah syok apalagi diisi surat tersebut juga bahwa Pihak Pertama Akan Mengambil Anak Bungsunya.

"Tidak, ini tidak mungkin! Kau pasti menjebak kami,'kan? Jawab!" bentak Sarah seraya melepar surat perjanjian keatas meja.

"Kau sudah membacanya,'kan? Ya sudah apalagi yang harus disesalkan Nyonya?" tutur Wahyu berdiri dari duduknya. Wahyu pun mendekat dan berbisik ditelinga Sarah," jadi kalau kau ingin mengambil keputusan, dipikir baik-baik dan baca dengan teliti, jangan langsung main nyosor. Ingat! Penyesalan selalu datang diakhir," ujar Wahyu dan menjauhkan badannya dari Sarah.

"Kurang ajar, kau berani-beraninya memeras rakyat biasa seperti diriku?!" teriak Sarah.

"Jangan marah-marah Nyonya, terimalah dengan lapang dada. Bahkan Tuanku akan menjamin kehidupan kalian agar lebih baik lagi. Jika kalian memberikan Nona Tiara sebagai gantinya!"

"Kau pikir anakku itu barang yang bisa dijual-belikan?" ujar Imbron marah.

"Lalu kau mau apa Tuan? Membatalkan perjanjian itu? Tak akan mudah Tuan." Seringai Wahyu lagi. "Ada satu syarat jika kau ingin membatalkan perjanjian itu," ujar Wahyu lagi.

"Apa?!" tanya Imbron tegas.

"Kau harus membayar perjanjian tersebut Tuan. Lihat isi surat itu, disana ada nominal yang tak bisa kau bayar, sekalipun rumahmu, Tuan."

Mendengar hal tersebut membuat Imbron terpukul karena mempercayai pria yang yang menawarkan bantuan oprasi untuknya itu malah memerasnya bahkan meminta anak gadisnya yang kedua. Terpukul sudah penderitaan Imbron karena harus merelakan anak bungsunya itu.

"Diamnya kalian semua berarti 'Iya' maka aku akan segera mempercepat pengobatan dirimu Tuan Imbron," ujar Wahyu seraya pergi dari rumah milik Imbron yang meninggalkan sejuta luka dan kekecewaan Imbron pada sang istri.

Imbron pun pergi ke kamarnya untuk menenangkan pikirannya yang semakin pelik ini.

Bersambung...

Next or stop

Maaf kalau ceritanya gaje

⚠Mohon maaf jika banyak typo bertebaran dimana-mana dan kesalahan dalam penulisan harap maklum!⚠



DENDAMWhere stories live. Discover now