Baik ....
Polos ....
Jujur ....
Pintar ....
Cantik ....
Teladan ....
Itu adalah sedikit dari sekian banyak kata yang dapat mendeskripsikan diriku. Terima kasih, kalian tak perlu memujiku karena aku memang bertingkah seperti itu, didepan orang-orang tentunya.
Tapi apakah diriku yang sebenarnya memang seperti itu?
Tentu saja tidak, haha.
Memang siapa yang mempunyai kepribadian seperti itu sekarang? Mungkin hanya segelintir dari berjuta-juta manusia di bumi ini yang memang benar-benar baik, sisanya? Ya seperti aku, munafik!
Tapi tak sedikit juga yang menampakkan dirinya—yang berkepribadian buruk—ke depan publik. Lebih bebas, memang, tapi tak disukai banyak orang. Kenapa? Siapa juga yang mau berteman dengan orang jahat? Itulah mengapa aku menggunakan topeng orang baik ini. Selain tak ingin dijauhi orang-orang, aku melakukan ini karena ternyata menyenangkan. Menyenangkan ketika melihat mereka yang bodoh karena berpikir aku adalah gadis jujur yang cantik dan polos. Ingin rasanya aku terbahak-bahak melihat wajah mereka yang percaya padaku.
Baik, cukup sekian aku menceritakan tentang diriku karena aku sedang terburu-buru.
Bugh
"Aduh sakit ...." Aku memegangi kepala yang terkena bola basket yang entah datang darimana. "Siapa sih yang ngelempar? Ga liat ada orang apa!"
"M-maaf kak ga sengaja. Bener-bener ga liat kalo ada orang lewat. Maaf lagi ya kak, sakit banget ya?" katanya, sambil menangkupkan tangan didepan wajahnya.
Aku yang tersadar tadi mengomel tak jelas pun mengangkat wajah dan berusaha untuk tersenyum. "Eh gapapa kok, lagian ga sakit banget hehe," bohongku. Mana mungkin tidak sakit? Hey, bola basket itu terbang begitu kencang menuju kepalaku. Untung saja aku tidak pingsan ditempat.
"Yang bener kak? Duh saya ga enak banget ini, kita ke UKS aja ya kak," ajaknya.
"Eh? Gausah kok gapapa. Lagi buru-buru juga nih mau pulang, duluan ya." Baru saja mau berdiri tapi tiba-tiba kepalaku mendadak pusing dan dengan sigap juga orang itu menahan tanganku agar tidak jatuh.
"Yaudah kalo gitu saya anter pulang aja ya, yuk"
"Gausah kok gapapa, nanti ada temen saya juga." Masih kutolak tawarannya.
"Gausah sok kuat deh kak" ia terkekeh, "Tadi mau berdiri aja masih oleng kan? Saya anter deh, sebagai permintaan maaf juga. Tolong jangan nolak ya," pintanya, lalu tersenyum.
"Maaf banget ya kak, tapi ayah aku udah nungguin didepan." Kuusahakan untuk berdiri dan berjalan dengan baik walaupun agak sempoyongan. "Nih, udah gapapa kan, udah ga pusing lagi kok".
Baru selangkah aku berjalan, ia malah menghentikan langkahku "Yaudah, kalo gitu hati-hati ya." Ia pun tersenyum lagi yang membuatku membalas senyumnya yang indah itu, ehh, apa aku baru saja memujinya? "Bentar deh kak, muka kakak rasanya ga asing," katanya. Ia pun menatapku lekat. "Ooohh baru inget, kamu anak kelas sebelah, Luna kan?" tanyanya.
"eh, i-iya, kamu kenal aku?" tanyaku. Bukannya sok polos, dia mengenalku tapi aku tak mengenalnya. Apakah ia adalah temanku yang kulupakan?
"Buahahahhahaah ...." Bukannya menjawab, ia malah tertawa. Dasar anak aneh. "Siapa si yang ga kenal kamu disekolah ini? Baik, cantik, pinter, most wanted banget ga sih?" katanya, dengan menaik-turunkan alisnya, menggodaku.
Tapi tak semudah itu Fergusso. Ingat ya, aku bukan gadis yang mudah tergoda. Dan aku juga sering digoda seperti ini, jadi aku sudah terbiasa menghadapinya. "Iya ya, hehe," jawabku polos.
"Oh iya, hampir lupa, kalo ada apa-apa ntar cari aku aja. Kenalin, nama aku Na ...."
Chew chew chew chew chewing gum~
Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, ponselku berdering.
"Oke, kalo gitu aku duluan ya, udah ditelpon nih, bye." Tanpa basa-basi lagi aku berjalan dengan cepat setelah melambaikan tangan padanya. Sepertinya ia hendak menyusulku namun tidak jadi.
Inilah pertemuan singkatku dengan Na ..., Na apa ya? Na ... na? Haha, lucu sekali kalau benar namanya Nana.
^^
Segitu dulu ya prolognya. Lanjut ga nih? Hehe.
Btw ini cerita pertama aku, jadi tolong dimaklumi kalo ceritanya ngebosenin.
Stay tune ya😉💚
YOU ARE READING
Thank You & Sorry ~ Na Jaemin
FanfictionTerima kasih karena pernah membuatku begitu istimewa dan Maaf, karena telah menyukaimu, Na Jaemin
