Bab 1

43 6 0
                                    

Jangan lupa Vote, komen dan follownya ya....

Aku tak lagi dianggap ada oleh mereka sejak usia yang bahkan belum bisa dianggap remaja dini. Saat itu waktu yang mereka habiskan hanya untuk bekerja dan bekerja. Tak pernah sekalipun waktu yang tersisa ada untukku. Di saat aku masih dalam nyenyaknya tidur mereka berangkat untuk bekerja. Dan baru kembali saat aku sudah kembali tertidur di malam hari. Hasna kecil merindukan kasih sayang kedua orang tuanya. Tak mudah bagiku merelakan hati saat berangkat sekolah melihat teman-teman yang diantar lengkap oleh orang tuanya saat sekolah. Tak mudah bagiku menunjukkan gigi saat teman-teman bercerita akan kegiatan paginya bersalaman dengan orang tua. Salahkah jika aku mengharap kasih sayang yang lengkap akan orang tuaku??

Beruntungnya aku di saat kedua orang tua biologis yang tak menganggapku ada masih ada orang yang menggantikan mereka. Mereka yang mengusap air mataku saat bulir tak hentinya mengalir. Sapuan hangat yang kuterima bukan dari orang terkasih namun dari sosok yang sangat aku sayangi, cintai. Mereka di usia sepuhnya yang mau memperhatikan aku disaat anak-anaknya bahagia akan duniawi. Kakek dan nenek. Mereka lah yang membesarkan selama ini. Hingga hari tersebsar pesakitanku akan kasih sayang mereka terus bersamaku. Di malam itu tibalah, air mataku luruh seluruhnya. Kakek dan nenek telah tiada. Kecelakaan naas pada mobil kakek menyebabkan ia dan nenek menyebabkan mereka kritis. Hingga saatnya mereka pergi meninggalkan ku sendiri. Kali ini benar-benar sendiri. Aku harus mampu menghadapi kehidupan yang teramat kejam ini.

Mereka pergi dengan senyum dan dekapan hangat yang ditujukan kepadaku saat proses nazaknya. Dengan senyum manis tersungging untukku di wajah eyang uti saat ia memelukku. Tampak wajah berseri dari eyang kakung saat ia mengusap kepalaku. Tak kuasa tangisku melihat kebahagiaanku akan sirna.

"Hasna, jaga dirimu baik baik nak. Maafkan lah kedua orang tuamu. Jangan kau benci mereka." Ucap eyang uti.

"Maafkan juga eyang kakung dan eyang uti tidak bisa menemanimu lebih lama lagi di dunia ini."

"Eyang ngomong apa, kita masih punya banyak kesempatan untuk bersama. Masih banyak yang ingin Hasana berika pada eyang kakung dan eyang uti. Kalian pengganti orang tua Hasna setelah mama dan papa sibuk pada dunianya. Kalian dunia Hasna.".

"Maafkan kami nak, kami tidak sanggup lagi untuk bertahan. Tubuh renta ini harus istirahat."

"Kenapa ?? eyang uti dan eyang kakung masih bisa istirahat dan kemudian bangun lagi besok dan kita akan pulang ke rumah."

"tidak bisa sayang, Allah sudah menunggu eyang kakung dan eyang uti di sana."

"eyang apa Allah juga tidak kasihan sama Hasna, Hasna disini sendiri. Sedang Allah disana sudah memiliki banyak orang-orang yang dikasihinya. Apa Allah tidak peduli dengan kebhagian Hasna. Sudah setiap waktu Hasna meminta agar Hasna mendapat kebahagian drai orang-oang yang Hasna sayangi, namun apa sekarang Allah malah mengajak kalian untuk bertemu dengannya. Allah tidak adil eyang."

"sstt..... tidak boleh seperti itu sayang, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Allah memanggil orang tersayang kamu karena memang sudah jalannya." Kata eyang uti.

"Teguh kan hati dan jiwamu sayang. Selalu ingat Allah dimanapun langkahmu menapak." Kata eyang kakung.

"kami pamit, jaga dirimu baik-baik. Laa....Ilaha Illah.." ucap eyang kakung. Dan tak lama kemudian disusul oleh eyang uti.

"Eyang .....................hiks, jangan tinggalkan Hasnaaa!!!" aku merancau, menangis meneriaki nama mereka berdua. Di wajahku tak ada lagi terpancar kebahagian. Semuanya sirna bersama kematian eyang kakung dan eyang uti. Hilang, pergi, lenyap sudah semuanya. Entah bagaimana aku akan bisa bertahan setelah ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Dekapan Terakhir (Very Slow Update)Where stories live. Discover now