Dongpyo ada disana bersama seorang lelaki tinggi dengan senapan ditangannya.

"Keluar dari tubuhnya, atau gua tembak lu?"    tanya lelaki tinggi dengan senapan yang tak lain adalah byungchan



Bukannya takut, minkyu justru menyeringai lebar dan tertawa mengerikan.

"Kok kaya de javu?"    gumam donghyun sambil melirik yunseong

Eh ternyata yunseong sadar, dia pun cuma menatap sebal pada donghyun.



"Makanan gua nambah nih"   gumam minkyu dan langsung melesat kehadapan byungchan

Byungchan terbelalak dan refleks menembakkan senapan kehadapannya.

Membuat yang lain ikut terbelalak karena minkyu tiba-tiba menghilang dan tembakan mengarah pada hangyul.

Untungnya refleks hangyul bagus, ia langsung menghindar dan selamat.

Hangyul melotot kesal, "woy jomblo! Hati-hati dong, gua masih pengen hidup!"   gerutu hangyul


Sedetik kemudian hangyul terbelalak karena minkyu tiba-tiba ada didepannya dan merobek lengannya dengan cakar.

Darah langsung berceceran disekitar hangyul.

"Bang hangyul!!"

Minkyu menyeringai lalu menjilat cakarnya sendiri. Namun ia tak menyadari kalau hangyul sedang tersenyum miring padanya.

Hangyul berteriak, "jungmo!"

Minkyu menoleh dan terkejut saat melihat jungmo sudah berada didekatnya dengan kertas mantra ditangannya.


Detik selanjutnya minkyu mengerang keras saat kertas mantra itu sudah menempel pada tubuhnya.

Tubuhnya panas, tak bisa bergerak apalagi saat jungmo membacakan sebuah mantra.

Yang lain terbelalak saat sesosok manusia keluar dari tubuh minkyu.

Ah lebih tepatnya, siluman berwujud manusia.

Siluman itu menatap tajam pada mereka lalu tiba-tiba menghilang seperti terbang entah kemana.






Setelah itu tubuh minkyu yang tak bernyawa pun ambruk.








































































"Mereka ke utara"    gumam wooseok saat melihat sesuatu yang terbang dari arah utara

Jinhyuk mengangguk, "kerja bagus minkyu. Kita jadi tau kemana mereka pergi" ujar jinhyuk

Wooseok menoleh, "itu cuma mayat minkyu"

"Eh iya lupa. Kerja bagus..





.. seungyoun"   



Terlalu fokus menghadap depan, mereka berdua tak sadar sosok yang mereka bicarakan sudah ada dibelakang mereka dengan tatapan tajamnya.

"Udah disini?"   tanya wooseok perlahan membalikkan badannya

Dan disambut dengan semburan api, namun wooseok segera menghindar.

"Kapan gua makan mereka?"   tanya sosok itu marah

"Sabar, youn. Lu boleh makan mereka dulu"   ujar wooseok santai menunjuk siluman yang sejak tadi berdiri diam dibelakangnya

Sosok seungyoun itu perlahan menoleh kebelakang membuat siluman lain yang berada dibelakang wooseok-jinhyuk mundur perlahan.

Dan detik selanjutnya seungyoun langsung membunuh tiga siluman sekaligus untuk makan malamnya.

"Dasar rakus"     gumam jinhyuk sambil melirik seungyoun yang sedang asik makan

"Sekarang gimana?"   tanya jinhyuk

Wooseok menatap lurus ke arah utara, lalu menyeringai.

"Kita serahin sisanya ke dia"   ujarnya

Dan senyuman miring pun terukir di wajah jinhyuk.


















































































Wonjin menghela napas berat, lalu mendudukkan dirinya disebelah junho yang sedang selonjoran diatas rerumputan sambil menatap langit malam.

Mereka baru saja selesai memasang kertas mantra di perbatasan hutan utara dan tengah.

Kertas mantra, memang serba guna. Tergantung mantra yang diberikan apa maka akan berfungsi ampuh.




"Bang wonjin, kambing yang di kandang pada mati semua!"

Wonjin dan junho menoleh kaget pada minhee yang tiba-tiba datang sambil terengah.

"Kok bisa?"    pekik wonjin

Minhee menggeleng tak tau, lalu mereka pun segera berlari menuju kandang kambing yang terletak disebelah rumah byungchan.

Wonjin dan junho membelalakkan mata mereka saat sudah sampai di kandang kambing tersebut. Memang tak banyak, hanya ada 3 kambing.

Namun semuanya sudah mati dengan darah yang bergelimang dimana-mana.

"Mampus.."  gumam junho saat mengingat semua kambing ini bukan milik mereka



"Diliat dari kondisinya, ini mah pembunuhan bukan lagi qurban-an!"   seru wonjin

"Ah anjir gua pengen sate"   gumam junho

Minhee hanya mengangguk mendengar ucapan mereka berdua. Oh tentu, dia lapar juga ingin bakar-bakaran daging.




Ditengah-tengah pikiran mereka tentang sate, pintu kandang tertutup dengan sendirinya.

Membuat mereka membalikkan badan saking terkejutnya. Dan langsung berlari berusaha membuka pintu kandang tersebut. Tapi tak bisa, pintunya seakan dikunci rapat.







Dan sialnya lagi, seseorang diantara mereka tengah menyeringai





dengan pisau penuh darah ditangannya yang sejak tadi ia sembunyikan.















"Selamat tinggal, kalian.."











Detik selanjutnya darah segar berceceran hingga mengenai pintu yang tak bisa terbuka itu.















































































Well, hello

Well, hello

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.














Terima kasih sudah mau menunggu♡


















Next? Or unpub?

Exit  | Produce X 101 ✓Where stories live. Discover now