💫 Bagian 2 💫

294 32 0
                                    

"Jangan menghitung Bintangnya, karena kau tak akan sadar jika kau salah satu dari mereka."

Lagi!

Tanpa repot-repot membangunkan tubuhku dari rumput taman aku mengabaikannya. Penganggu, aku kesal! Padahal aku sudah pindah tempat untuk mengantisipasi jika dia datang lagi.

Aku mendengar suara berisik rumput beradu dengan sesuatu disampingku. Dan benar, kepala laki-laki itu tertidur disamping kepalaku dengan posisi terbalik berlawanan denganku.

Aku kaget tentu saja. Sedikit menggeser tubuhku menjauhinya. Kulirik lewat ekor mataku, dia tersenyum lalu menjadikan lengan untuk bantal kepalanya.

"Terkadang ada saat dimana gelap dan malam membuatmu merasa jika mereka sangat mengerti kamu lebih dari siapapun."

Masih sama, pertemuan malam ini aku menjadi pendengarnya yang sedang berceloteh sambil sambil terus tersenyum yang sialnya sangat manis!

Tapi, karena apa yang dia katakan sedikit banyak menarik untuk didengar jadi tak apa lah.

"Tidak ada yang salah dengan apa yang kamu katakan, itu memang aku." Balasku.

"Bersama rembulan, langit malam dan cukup melihat alam.. kau akan merasa damai," Katanya. Aku mengangguk setuju.

"Sendiri," kataku menyela. Dia menoleh kesamping, kearahku.

Angin berhembus yang meskipun terasa dingin mencubit kulit namun memberiku rasa nyaman, "Aku selalu ingin dan sudah terbiasa sendiri. Dalam kesendirianku, bersama angin dan malam aku bisa menceritakan rahasia yang terkadang bersama air mata."

Laki-laki itu menatapku dalam, aku bisa merasakannya. Dan aku tidak nyaman.

"Apa... kamu terganggu dengan kehadiranku?"

Tentu saja aku mengangguk!

"Bukankah bagus jika Bintang menemani Lintang dibawah Langit malam?"

Aku terdiam semakin tidak nyaman. Bisakah akau sendiri saja mala mini?

"Atau, sebenarnya memang Lintang tidak suka jika Bintang disekitarnya? Ingin egois memancarkan sinar keindahannya sendirian?"

Aku bangun dari tidurku, berdiri dan menatap laki-laki yang masih setia berbaring di atas rumput itu dengan tidak suka.

"Untuk kamu, ingin sendiri bukan berarti dia egois. Kamu tahu dengan benar kalau sendiri itu menyakitkan karena akan terus mengingat hal-hal pahit yang dia terima." Aku menggebu sampai rasanya aku hampir tersedak napas sendiri jika tidak aku kondisikan.

Kulihat dia terduduk membelakangiku. Bagus, dengan begini aku leluasa berbicara karena hanya punggung lebarnya yang terlihat dimataku.

"Hanya untuk mengingatkan kamu saja, obat yang kamu minum untuk kamu sembuh dari sakit itu... rasanya pahit."


💫💫💫

Nyctophilia, Bagian 02

Selesai

To be continue.

[#1] 𝑵𝒚𝒄𝒕𝒐𝒑𝒉𝒊𝒍𝒊𝒂 | Haechan AU ✔Where stories live. Discover now