26

9K 799 80
                                        

Mata besarnya berkaca-kaca akibat lima menit yang lalu ia mendapatkan kabar bahwa sang ayah kritis. Lelaki cantik itu menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi di keluarganya. Mungkin, memang waktunya untuk ia melepas Jaehyun daripada harus terus mengejar Jaehyun yang sama sekali tidak ingin dikejar.



Saat ini ia berusaha untuk menghentikan likuid bening yang mengalir, namun tidak bisa. Ini terlalu menyakitkan untuknya. Semuanya... Terlalu sulit untuk ia kendalikan. Hidupnya dan semesta. Semua menjauh bahkan meninggalkan dirinya di ambang kesedihannya.



"Hiks..."



Kaki jenjangnya berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Matanya menatap kanan kiri mencari ruangan dimana sang ayah dirawat sebelum irisnya menangkap Jaemin terduduk dengan kepala menunduk.



"Jaem... " Jaemin mendongak dan menatap Taeyong dengan tajam. Ia menghapus air matanya sebelum bangkit dan mengeraskan rahangnya.



"Pergilah, kau bukan bagian dari kami. "



Nada suara Jaemin terdengar dingin dan benar benar menusuk hatinya. Perlahan tubuhnya mundur dan menabrak tembok. Taeyong lelah dan rasanya ia ingin menyerah untuk semuanya. Dunia sangat kejam untuknya.



"Jaem hikss... Kakak minta maaf hikss... Kakak tau ini semua salah kakak, kakak m---"



"Dan kau dengan tidak tau malunya datang kesini, minta maaf dengan enteng. Tidak lihat kah apa yang kau perbuat kepada ayah, hm? " Jaemin memotong cepat ucapan Taeyong. Irisnya masih menatap Taeyong dengan tajam, terus menelisik iris legam milik Taeyong.



"A-aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. "



Tubuhnya perlahan menjauh, Jaemin meludah ke lantai dan membuang pandangannya ke arah lain; enggan untuk menatap Taeyong.



"Go away from here. "Ucap Jaemin pelan.



Taeyong menggelengkan kepalanya pelan, ia menatap tidak nyangka kepada Jaemin. " Kau bilang kau akan menjagaku, kan? Tapi--tapi apa yang sekarang kau lakukan? Kau bahkan mengusir ku, jaem. Ak-aku tidak mengerti dengan arah jalan fikiranmu. Kau minta aku untuk terus mengejar Jaehyun dan kau juga yang ingin aku berhenti untuk mengejarnya. Kenapa Jaemin? "



Jaemin kembali menatap Taeyong. Ia mengusap wajahnya kasar. "Because you're stupid! You idiot!. Aku memintamu untuk mengejar bajingan itu agar aku dengan mudah menghancurkannya. Dan sekarang kau masih bilang kenapa, hm? " Tubuhnya mendempet tubuh mungil kakaknya. "Because I'm disappointed. All disappointed in you as long as you know, damn it! "



Taeyong menundukkan kepalanya sebentar dan mendongakkan kembali. "Aku selesai, jaem. Aku menyerah untuk semuanya. Aku menyerah untuk Jaehyun. "



Jaemin tidak menanggapi ucapan Taeyong. Ia pergi meninggalkan pria cantik itu di lorong dengan diam. Otaknya terlalu penat memikirkan semua yang terjadi di dalam hidupnya.

-I Regret You-


Delapan pasang mata itu kini menatap satu orang yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Rasa akan takut kehilangan kini menyeruak dari perasaan orang masing-masing yang kini menatap sendu Lee Siwon.



Perlahan kelopak mata yang sudah terpejam beberapa hari itu kini terbuka. Membuat seluruh orang yang ada di ruangan besar kini menatapnya penuh harapan.



"Ayah... " Ucap pelan Jaemin.



Setelah adu mulut Jaemin dan Taeyong beberapa jam lalu, pria cantik itu dikunjungi oleh Yuta dan juga Ten yang membawa Johnny. Mereka semua mencoba membuat Taeyong tenang. Sedangkan Jeno dan Lucas berusaha membujuk Jaemin agar tidak terlalu menyalahkan Taeyong.



"Jaemin... " Siwon memanggil nama Jaemin dengan parau dan dibalas anggukan pelan dari Jaemin.



"Jaemin disini ayah. "



Perlahan bibir pucat Siwon tersenyum. Ia mengelus surai biru milik Jaemin, "Jagalah kakak-mu dengan baik. Gantikan ayah menjaga kakak dan juga ibu. Ayah... Ayah tidak yakin akan bertahan. "



Taeyong dan BoA mendekat dengan cepat. Ia menggenggam tangan milik Siwon yang terasa sangat dingin.



"Ayah maafkan Taeyong hikss... Taeyong tidak bermaksud membuat ayah seperti ini hiks.. Ayah, pukul Tae hikss. "



"Bertahanlah, demi aku dan anak-anak. " BoA mencium kening milik Siwon dengan lama. Menumpahkan semua air matanya yang mengalir di dahi suaminya.



"Jangan bicara seperti itu, Tae. Ayah yang minta maaf. Ayah minta maaf telah mengusirmu padahal ini semua bukan salahmu. Mungkin ini adalah jalan dari semuanya... " Siwon menggantungkan kalimatnya. Bibirnya ia dekatkan ke telinga Taeyong yang kini sangat memerah. "Tae... Ingat pesan ayah, ya. Ka-kamu harus menjadi...la-langit yang tetap berdiri wa-walau turun... Hujan. "



Taeyong menganggukan kepalanya cepat. "Iya ayah, iya. Tae akan terus mengingat pesan ayah. Tolong... Ayah bertahan untuk Tae, Jaemin, dan ibu hiks... "



Siwon memasang senyumannya kembali sebelum kegelapan kini menyapa indera penglihatan nya. Kedua kelopak mata miliknya tertutup rapat dengan deruan nafas yang sama sekali tidak terdengar.



Seluruh orang yang ada disana panik, termasuk Taeyong yang kini sudah berteriak histeris. Ayahnya... Meninggal tepat di depan matanya.



"Ayah hikss... Bangun,yah hikss maafin Tae hikss ayah bangun ayah hikss.. Ayah... " Taeyong menghambur memeluk tubuh ringkih yang kini sangat dingin itu. Ia mengeratkan pelukannya dengan histeris.



Lucas, Jeno, Ten, Yuta, dan Johnny berusaha untuk menenangkan Taeyong. Sedangkan Jaemin kini terduduk di lantai rumah sakit dengan air mata yang terus mengalir.



"Pop, ikhlas-lah atas semuanya. Ini sudah takdir Tuhan. "



Taeyong menoleh cepat kearah Lucas. "Ya... Ini semua takdir Tuhan. Takdir yang sangat tidak adil. Takdir, takdir, dan takdir. Mengapa takdirku harus seperti ini, hyung? MENGAPA? hikss.. Aku lelah, aku ingin menyusul ayah. Aku tidak ingin merasakan sakit terus menerus, hyung. Aku ingin tenang! Aku ingin bahagia! Hiksss. "



Lucas yang melihat Taeyong frustasi kian datang mendekat dan memeluk Taeyong erat. Bohong jika ia tidak sedih melihat Taeyong seperti ini, justru ia sangat sedih!



"Kakak ipar, jangan pernah kau menyalahkan takdir. Semuanya akan indah pada waktunya, bersabar dan percayalah akan adanya keajaiban dari Tuhan. "



"Sabar, sabar, sabar, dan sabar. Kurang sabar-kah aku selama ini, Cas? Mengapa semuanya terasa menyedihkan dan menyakitkan secara bersamaan? Aku...lelah." Taeyong kehilangan kesadaran nya yang membuat Lucas dengan sigap menggendong tubuh mungilnya.










T B C

I Regret You | JaeYong • ongoing✔Where stories live. Discover now