"Ih ngapain lo disini?" Tanya gue dengan tampang shock

"Mau nagih uang yang kurang tadi, tapi sebagai gantinya lo cukup bayarin gue bus ini aja" Katanya sambil tersenyum licik

Aduh, gawat nih, uang gue 'kan pas - pasan, mana mungkin gue bayarin Ferza, ah ini cowok memang sangat menyebalkan.

"Nggak. Gue gak mau" Kata gue membentak

"Gak mau atau gak punya duit?" Tanya dia tepat sasaran

"Eh ... enggak kok, ih lagian lo seharusnya sebagai cowok bayarin gue dong" Kata gue mengalihka  pembicaraan.

"Kalo gak punya duit bilang aja, gak usah muter - muter gitu ngomongnya" Jawab dia santai, dan mengalihkan pandangannya kearah ponsel yang dipegangnya.

Ah cowok nyebelin. Ardiiii. Gue butuh Ardi. Aha, kenapa gue gak mencoba buat ngehubungin Ardi buat ngejemput gue? 'kan kalau gue turun disini, itu artinya uang gue masih tersisa lima ribu, dan uangnya bisa gue kasih buat cowok nyebelin itu. Ah gue pinter.

Gue segera berdiri dari kursi yang gue duduki, dan mengetuk bagian atas bus untuk memberhentikan bus tersebut. Bus tersebut berhenti.

"Nih uangnya, puas lo?" Kata gue meletakkan uang diatas pahanya sehingga membuat dia menatap gue dengan tatapan heran, gue segera meninggalkannya dan turun dari bus tersebut.

Gue segera menghubungi Ardi, untuk menjemput gue. Dan untung saja Ardi mau. Ardi emang calon pacar yang baik. Eh. Sahabat yang baik maksudnya.

"Oh, jadi lo minta dijemput pacar lo? Manja banget sih" Kata seseorang yang ada dibelakang gue, Ferza. Yap dia Ferza.

"Bukan pacar gue. Tapi sahabat gue, sahabat terbaik gue dari gue kecil" Kata gue, tapi kok terkesan curhat gitu ya? Biarin deh.

"Oh" Jawab Ferza singkat dan seraya pergi meninggalkan gue.

"Eh tunggu" Kata gue, sambil menahan lengannya, agar gak pergi dari hadapan gue. Ah ngapain coba gue megang tangan dia? nanti rabies lagi. Ih serem.

Dia menatap gue, kemudian menatap tangan gue yang belum melepaskan tangannya.

"Sorry" Kata gue sambil melepaskan tangan gue.

"Lo ngapain ikut - ikutan gue berhenti disini?" Tanya gue

"Bukan urusan lo" Katanya. Lagi - lagi nih cowok bikin gue kesel. Dia segera pergi meninggalkan gue.

"Nyebelin lo" Kata gue setengah teriak

Ferza nengok kembali, kemudian melanjutkan perjalanannya.

Dasar cowok menyebalkan.

Ardi kok lama banget yah? Ini anak kemana dulu coba?

Drrtt Drrtt Drrtt

Ponsel gue bergetar, pertanda ada whatsapp masuk. Ardi. Nah akhirnya.

Nya, kayaknya gue gak bisa jemput lo deh, soalnya ban mobil gue bocor Nya dijalan, maaf banget yah Nya, plisss jangan marah sama gue :(

Haduh, sial sial, kenapa ada aja sih cobaan buat cewek unyu kayak gue? Ah tapi gak apalah, yang penting Ardi udah minta maaf sama gue, manis banget lagi minta maafnya, jadi tambah sayang sama Ardi. Eh.

Gue memutuskan untuk naik ojek, dan membayarnya dirumah. Sesampainya di rumah, gue segera menyusuri kamar gue, dan berniat untuk segera mandi.

Setelah selesai mandi, gue segera menuju meja makan untuk makan bersama. Gue segera duduk di tempat biasa, dan mengambil nasi beserta lauk pauknya.

"Anya, besok malam kamu temenin Mama ke acara tetangga baru kita yah, kamu gak ada acara 'kan?" Kata Mama

"Orang jones mana punya acara Ma, ya 'kan Nya?" Sahut Abang, sambil melirik gue dengan senyuman mengejek. Rese.

"Sejak kapan kita punya tetangga baru Ma?" Tanya gue kepada Mama dengan heran, dan menghiraukan ledekkan Abang gue.

"Gue kira lo jones doang Nya, ternyata kudet juga hahaha" Sahut abang gue sambil tertawa geli.

"Gue nanya Mama yah, bukan lo" Bentak gue

"Tuh 'kan sehari gak berantem bisa gak kalian? Abang juga jangan ngeledek adeknya mulu bang" Kata Mama membela gue, gue hanya menjulurkan lidah kepada dia.

"Bisa 'kan Nya?" Tanya Mama (lagi)

"Em ... boleh deh" Jawab gue

Lumayan lah refreshing sedikit, dari pada malam Minggu gue di rumah mulu, lebih baik gue ikut Nyokap deh, sekalian nge - kepoin tetangga baru gue.

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Voment ya;) Thankssss

Crazy LoveWhere stories live. Discover now