"Ini semua masih kurang! Kau tidak tahu apa itu predikat sempurna?! Kerjakan lebih maksimal lagi!!"
"Siapapun tolong aku! Bawa aku keluar! "
▪▪▪
"Hei! Lihatlah anak itu! Bukankah dia anak dari CEO Chaiden Group? Kudengar dia menderita semacam penyak...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Stamford Ivy
Seorang anak lelaki berumur sekitar 13 tahun sedang duduk diam di kursi taman. Seorang diri, tak ada kerabat atau teman yang menemaninya. Angin berhembus kencang, menerbangkan beberapa partikel kecil yang jika memasuki mata akan terasa sangat menyakitkan.
. .
"Bagaimanakaubisa lupa akan hal itu?! Bukankah sudah kuperingatkan, setiap malam pastikan kau menghapal semua teorinya!Kalauterus seperti ini bisa jadi anak tetangga yang mengambil posisimu, apa kau menginginkan hal itu?!"
. .
"Huffftt!!" Anak itu membuang napas kasar. Memori buruk kembali terlintas di pikirannya. lebih tepatnya, kejadian yang menimpanya tadi siang. Sudah tak terbilang berapa kali anak itu mengalminya, tapi tetap saja dia masih kesal dengan semua itu.
. .
"Kau mau ikut bermain?" "Untuk apa kau bertanya padanya? Orang sepertidiatidakmungkinmauberteman dengan kita" "Ayokitatinggalkansaja,kaumau jadi bahan ejekan?" "Orang seperti dia layakmendapatsemuaitu!Ayokita pergi saja!"
. .
"Pemenang utama dari olimpiade kali ini adalaaaaaah,STAMFORDIVY!!!!!!!" "Hei! Bukankah anak itu adalah pewaris utama V Group?" "Kudengar dia selalu dipaksa oleh kedua orangtuanya agar selalu mendapat nilai sempurna. Aku kasihan padanya."
. .
"Apakau bisa membantu kami?!" "STAMFORD IVYYY!!!!!" "Waaah!! Juara bertahan kita selama sembilan tahun berturut-turut!! Apa kau bisa menyampaikan beberapa kata untuk penonton?"
. .
"Hari ini ada rapat dengan ketua konglomerat. Besoknya jadwal anda di Los Angeles akan sedikit padat" "Tuan, hari ini Presdir sedang ada rapat di Spanyol. Anda harus menghadiri acara talkshow di Dubai sebagai perwakilan dari V Group"
. .
"Kumohon tolong aku! Aku lelah dengan semua ini! Kekuasaan, jabatan, kesibukan, wartawan, lampu sorot. Aku mohon keluarkan aku dari sini secepatnya! Bisakah kalian mencari penerus lain?! Apa gunanya diriku?!! Aku tidak akanmengambilkursi itu!! Tidakakan pernah!!!"
▪ ▪ ▪
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Nao Orissen
"Apa kau baik-baik saja?"
"Jangan pedulikan aku, kalian fokus saja pada perusahaan" "Memangnya siapa yang akan mementingkan urusan perusahaan dan mengabaikan urusan adiknya sendiri?" "Tidak akan ada manfaatnya. Semakin kalian mendekat, semakin besar luka yang ada di dalam tubuhku. Jadi tolong menjauhlah!!"
. .
"Aku tidak mau salah satu dari kalian campur tangan dalam masalah ini! Kalian tahu kan apa penyebabnya jika kalian semakin terlibat?!"
. .
Desas-desus tentang dirinya semakin menyebar. Tak hanya satu dua orang yang mengetahui, hampir seluruh dunia tahu tentang rumor yang menimpa dirinya. Nao Orissen, anak terakhir dari empat bersaudara yang dirumorkan menderita semacam penyakit misterius yang akan mengganggu kelanjutan Chaiden Group.
Semua orang mungkin berpikir, tak apa seorang putra bungsu menderita penyakit, asalkan ketiga kakaknya masih bisa mengurus dan melanjutkan perusahaan. Tapi tak semudah itu permasalahannya. Diketahui Nao adalah putra dari mendiang Maylafaisha. Istri pertama Presdir Chaiden Group yang menjadi tonggak utama keberhasilan Chaiden Group.
Nao juga seorang anak yang jenius, melebihi semua kakak-kakaknya. Potensi dan koneksinya amat besar di setiap penjuru. Hampir tak ada orang yang tidak mendukungnya. Namun kini semua berbanding terbalik. Hampir tak ada satupun orang yang mau berdiri di belakangnya. Tak ada lagi tangan kanan. Tak ada lagi sebuah kepercayaan. Semua tergantikan dengan penderitaan yang amat mendalam.
Nao, kini sedang duduk diam di balkon rumahnya. Rumah yang terbilang cukup mewah jika dilihat dari status sosial keluarganya. Wajahnya menunjukkan kesedihan yang mendalam. Matanya terlihat sembab. Benar-benar orang yang patut untuk dikasihani. Terutama dirinya sedang menghadapi tekanan mental dari seluruh penjuru, menyakitkan memang.
. .
"Apa aku pergi saja ya dari sini? Kurasa memang itu yang diinginkan oleh semua orang. Rasanya secuil beras pun tak akan mereka berikan padaku. Tapi kemana aku akan pergi? Selama ini aku selalu berlindung di balik punggung ibu. Cth! Sekarang aku tahu betapa lemahnya diriku ini. Aku bahkan tak bisa keluar dari kamar yang mungkin sebentar lagi akan kutinggalkan. Jadi ini yang kalian mau, hah?! Baiklah, aku akan melihat sampai mana kalian bisa bermain"