"Nah, ayo kita liat. Apa yang cocok buat lo."

Yoongi dibuat merinding sekaligus ketakutan ketika orang itu mengambil sebuah pisau lipat dari dalam tas.

"M-mau apa lo?" Tanya Yoongi.

"Lo takut?"

"Gue ngga takut!"

"Oh gitu? Gimana kalo-"

Ucapannya menggantung, tapi Yoongi bisa melihat sekilas mata orang di depannya ini menyipit. Pasti Ia sedang tersenyum dibalik maskernya.



Jleb.



"AARRGGHH."



Sret.



"Gimana? Sakit?"

Yoongi meringis. Telapak tangannya baru saja ditusuk dengan pisau lipat, lalu dengan santainya pisau itu kembali dicabut. Darah mengucur deras, keluar dari telapak tangannya.

"Arrgh. S-sebenernya apa yang lo mau? K-kenapa lo nusuk tangan gue?" Tanya Yoongi di tengah ringisan yang keluar dari mulutnya.

Hatinya merasa sangat tidak percaya melihat orang di depannya melakukan hal seperti ini.

"Kenapa? Lo masih tanya kenapa?"

Tawa sinis terdengar memenuhi seluruh penjuru kelas. Orang itu kembali berjongkok dan menyuruh dua orang berpakaian serba hitam untuk memegangi tubuh Yoongi.

"G-gue punya salah apa sama lo? Arrrghh."

"Lo ngga punya salah sama gue, tapi lo punya banyak salah sama Jihyo."

"J-jihyo?"

Mendengar nama Jihyo disebut, membuat dada Yoongi mencelos seketika. Ia semakin merasa lemas akibat darah yang keluar dari telapak tangannya.

"Iya. Jihyo. Orang yang udah lo manfaatin."

"G-gue ngga pernah m-manfaatin d-dia."

"Pembohong. Jelas-jelas lo jadiin dia pemuas nafsu lo." Sentak orang itu keras. "Tangan lo ini, pantes buat gue tusuk. Bukannya lo udah nyentuh Jihyo pake tangan ini, dan juga-"

Ucapannya kembali menggantung. Ia menatap dalam manik mata Yoongi yang terlihat memerah karena menahan sakit.

"Gue benci sama mata itu, karena dengan mata itu lo udah natap rendah ke arah Jihyo. Lo pacarin dia karena tubuhnya, kan?"

"G-gue-"

"Banyak omong lo! Pegang dia kuat-kuat."

Setelah berkata demikian, orang itu kembali mengayunkan pisaunya.




Jleb.




"AAARRRHHHH!"




Sret.





Darah segar langsung mengucur membasahi pipi Yoongi. Sangat kontras dengan warna kulitnya.

"Kayanya mata lo yang satu lagi harus gue tusuk juga."

"J-jangan....."

"Apa? Jangan?"

"M-maaf."

"Maaf? Udah terlambat."



Jleb.



"AAARRRRGGGGHHHHH."



Sret.




"Hah. Kasian juga lo, tapi lo pantes sih dapetin ini semua."

Orang itu berdiri tegak, hendak pergi keluar kelas sebelum suara Yoongi kembali terdengar. Sangat pelan.

"Pshyco....."

"Oh, lo masih hidup ternyata."

Kaki kembali melangkah mendekat kearah Yoongi. Darah mengalir membasahi wajah laki-laki itu. Tentu saja. Kedua bola matanya baru ditusuk menggunakan sebuah pisau, begitu pula dengan telapak tangannya.

"Coba gue liat, apa yang bisa gue pake buat bunuh lo."

Sebuah pistol diambil dari dalam tas. Dielusnya senjata api itu dengan lembut, sebelum diarahkan tepat ke kepala Yoongi.

"Say goodbye to the world, Min Yoongi."











DOR.











Dalam sekali tembakan, tubuh Yoongi langsung tergeletak lemas.

Satu nyawa lagi melayang hari ini dengan cara yang tidak manusiawi.

"Nyusahin aja lo mau mati juga." Gumamnya kesal. "Tapi seru juga bunuh orang pake cara kaya gini. Mungkin lain kali gue harus lebih kejam lagi."

Orang itu kemudian menatap pakaian yang dikenakannya. Terdapat bercak darah di beberapa bagian. "Ah, seragam gue jadi kotor. Tolong belikan seragam baru untukku."

"Baik, nona." Jawab orang dengan pakaian serba hitamnya.

"Ah, jangan lupa bereskan semua ini. Buat seolah-olah orang lain yang melakukannya. Hapus semua jejak yang ada, jangan sampai tersisa sedikitpun."

"Baik, nona."

"Cih. Lemah."
































Jyp's headline.

[ Breaking news ] Seorang siswa tingkat akhir bernama Min Yoongi, ditemukan meninggal dengan kondisi mengenaskan di dalam kelasnya.

CODE |Part 0.2 - ~|Where stories live. Discover now