“arasseo, aku akan turun. Suruh wanita tak tahu malu itu menunggu”

Ara keluar dari kamar, sementara aku mengatur emosi agar tidak marah saat dia menjelaskan. Baiklah, cukup dengarkan dia dan balas sesuai kejujuran dan perasaan. Kali ini aku tidak mau berurusan lagi dengan wanita itu. Cih! Aku bahkan mulai malas menyebut namanya.

Cukup lama aku dikamar, yah, aku hanya malas berlama-lama mendengar penjelasannya yang tak berguna itu. Setelah pembersihan badan, aku mengganti pakaian dan segera turun.

Aku mendapati dua pasang mata sedang menatapku dengan wajah datar yang susah diartikan. Oh! Jangan lupakan Ara dan Haeji mereka juga ada disana, yang satu memandangku penuh kekesalan dan yang satu penuh tatapan sendu.

Aku mendaratkan bokongku disofa yang sama dengan Ara menatap ke arah Haeji di depan, sementara appa dan eomma di samping kanan Ara. Jika sudah berkumpul seperti ini, maka dapat dipastikan, sesuatu yang besar akan terjadi.

“ada apa?” tanyaku dingin

“Kim Tan, appa dan eomma ingin kau segera bertunangan dengan Haeji,” ucap eomma dengan senyum terbaiknya.

“wah, bagus sekali. Setelah menghianatiku, kau masih berani meminta appa untuk mempercepat pertunangan kita ya? Hebat sekali rencanamu,”

Aku tidak kaget lagi, Ara menatapku bingung penuh tanda tanya. Aku tahu, Aralah yang paling mengerti dan selalu mengurusi hubunganku dengan Haeji, namun untuk masalah yang satu ini, dia kurang cekatan. Ara hanya mengenal Haeji, tapi tidak dengan Ji Danhiel.

“apa maksudmu, Kim Tan?” tanya appa dengan nada mulai meninggi, aku tahu, orangtua itu sedang menahan kesalnya sekarang.

“tanyakan saja pada Haeji. Dia lebih tahu dari pada aku,” ucapku dengan santai

Setelah mendengar ucapanku itu, semua mata tertuju pada Haeji. Wanita itu, dengan tidak bersalahnya tersenyum manis padaku membuat emosiku memuncak ingin menamparnya.

“Kim Tan, dia itu bukan pacarku, pria itu teman masa kecilku. Dia baru balik dari China karena tugas negara. Dia menemuiku karena sudah lama tidak bertemu. Jangan salah paham dulu,”

Cih! Aku membuang muka karena muak.

*flashback on
Setelah menerima sms dari dari Chaneon sebelum dia berangkat malam itu, aku masih terbawa suasana bahwa dia akan ke Jepang, namun, sms itu berlanjut dengan pemberitahuan yang membuatku bertanya-tanya.

‘aku melihat Ji Danhiel di Korea, dia menemui wanita gila itu. Informasi yang kudapat, mereka berdua sudah bertunangan. Berhati-hatilah, Kim Tan. Musuh 4 tahun lalu, kembali dengan taktik baru. Jangan lengah, meski aku pergi, tetaplah waspada. Dia pasti sudah memiliki rencana baru untuk menjatuhkan keluargamu.’
*flashback off

“oh ya? Bukankah kalian sudah bertunangan?” tanyaku dengan senyum kecut

“Kim Tan! Kau sudah keterlaluan! Jangan bicara kasar pada calon tunanganmu!!” sahut appa dengan marah besarnya.

Plak!

Suara appa yang tegas dan menggelegar itu membuat emosiku menjadi meningkat, appa berdiri lalu menamparku dengan keras. Sakit, tapi bukan tamparannya. Aku sakit melihat ayah yang tak mempercayaiku hanya karena seorang perempuan.

“appa!!!”

Ara berdiri dihadapanku lalu menatap marah pada appa, ayolah, sejak kapan Ara berani membentak appa. Dia bahkan takut pada suara appa.

“appa, kupikir Kim tan adalah anakmu, tetapi kau membela wanita gila itu dihadapan kami,”

Plak!

Tamparan keras berlanjut di pipi Ara, aku yang melihatnya langsung melambungkan tinju diwajah ayah, masa bodo dengan usianya. Aku tak peduli, dia menyakiti Ara, anak perempuannya! Ayah macam apa dia?!

“sejak kapan kalian mulai tidak sopan pada orangtua, hah?! Kalian benar-benar mengecewakan!!” ucap appa memandang keji padaku dan Ara.

Eomma yang melihat itu segera melerai kami dan menangis tersedu-sedu, ini pertama kalinya aku melihat eomma meneteskan air matanya. Darah segar yang keluar dari sudut bibir appa, membuat eomma menangis dan membawa appa ke kamar untuk diobati. Para pelayan rumah yang menyaksikan adegan tadi, masuk kekamar tak berani menonton drama kami lagi.

Tatapan Ara beralih pada Haeji.

“kau! Sebaiknya kau pergi! Jika keluarga ini hancur karena kau, aku akan melaporkanmu kepengadilan!”

“pintu rumah kami terbuka sekarang, silahkan keluar!” ucapku menunjuk arah pintu

“Kim Tan-ssi, aku hanya ingin memberitahu, apa kau masih ingat kecelakaan Busan 4 tahun lalu? Menewaskan sepasang suami istri yang sedang dalam perjalanan menuju Seoul untuk mengunjungi anaknya. Seharusnya, ayah Ji danhiel lah yang mendekap dipenjara sekarang. Sayang sekali ya... Saat itu, saksi mata berbohong dan disuap oleh Ji Danhiel dan menyuruhnya untuk menuduh kakekmu sebagai pelaku”

Ucapan Haeji itu membuatku marah hampir menamparnya jika Ara tak menahan lenganku.

“ingat Kim Tan, Ji Danhiel kembali, dia akan menghancurkan perusahaan ayahmu itu,” sambungnya lalu beranjak pergi meninggalkan kekesalan yang luar biasa padaku dan Ara.

Kurang ajar!! Aku akan menemukan bukti untuk melepaskan kakekku. Kim Jian, ayah dari appaku, harus mendekap dipenjara dengan hukuman 25 tahun. Selama ini, aku tak menjenguknya lagi, karena pekerjaanku yang selalu mengejar deadline. Padahal aku hanya seorang penulis. Appa dan eomma? Mereka menganggap itu tidak penting, mungkin karena bukti bahwa harabeojilah pelakunya. Ara? Dia sedang sibuk-sibuknya kuliah.

Sudah sejauh ini, aku lupa memberitahu kalian, bahwa aku memiliki kakek dan nenek di Busan. Mereka masih hidup dengan sehat, namun sejak tragedi Busan 2010 lalu, membuat kedua orang yang sangat aku sayangi itu harus menderita. Nenekku hampir gila mengetahui suaminya harus mendekap dipenjara selama 25 tahun.

***

Ara dan aku ada dikamar sekarang. Dia membersihkan luka tamparan yang menghasilkan luka di bagian pipiku. Ara juga mendapat tamparan meski tidak sampai luka. Hening tercipta sampai Ara membuka mulutnya.

“oppa, tahan sebentar nde? Ini akan sedikit sakit,” ucapnya

“ah~aww!!” aku meringis sakit tanpa menoleh,

“tahan sebentar, nanti sakitnya juga reda,”

“mianhae Ara, gara-gara oppa, kau juga harus ditampar oleh appa,”

Ara menghela napas kasar,

“tak perlu meminta maaf oppa, itu bukan kesalahnmu. Lagipula, aku tidak apa-apa,”

“baiklah, aku tidur dulu nee, kau juga” sambungnya lalu pergi meninggalkanku sendirian.

Aku merentangkan tanganku dan merebahkan tubuhku dengan helaan napas gusar akibat luka yang diciptakan appa di pipiku. Mengingat hal itu, membuatku meneteskan air mata.

“Chaneon-ssi, aku butuh dirimu. Hiks..hiks”

Aku menangis sejadi-jadinya dibawah selimut putih, sedari awal, aku memang lemah jika sudah berurusan dengan appa, hanya Chaneon yang bisa meredakan semua. Tapi dia tiada sekarang...

Aku menangis hingga lelah lalu tertidur. Aku hanya ingin bangun pagi besok dengan keadaan lupa akan kejadian hari ini. Semoga saja...

~~~

Wah wah wah....
Gimana nih chingu? 😅😞
Di chapter ini, perasaan kalian gimana?
Mm semoga suka ya chap kali ini. Aku nulisnya tengah malem 😭😭
Hehehe jan khawatir, author baek2 aja kok! 💜😊

Oh ya, tinggalkan jejak yaa..
Voment kalian aku tunggu. Aku suka kok baca comment kalian 😁
Ok, gomawo udah mampir baca.
🙏🙏😊😊💜💜

~~HATE, BUT I LOVE~~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang