"Masuk woy, masuk. Ngapain ngobrol di depan gerbang gitu."

Momo, Sana dan Mina yang kebetulan juga baru berangkat langsung menyeret lengan mereka bertiga untuk masuk ke dalam sekolah. Entah kenapa, suasana di sekolah menjadi lebih ramai dari biasanya. Semua siswa saling berkumpul dan berbisik. Membicarakan hal yang sama.

"Pada ngomongin apa sih?" Tanya Momo kepo.

"Ngga tau. Kita juga baru berangkat." Jawab Nayeon.

"HEYYY KALIAN!"

Mereka sontak mendengus kesal mendengar teriakan itu. Sangat keras. Siapa lagi pemilik suara sekeras itu selain Park Jihyo?

"Jangan teriak-teriak, Hyo!"

Dahyun berlari di belakang Jihyo bersama dengan Chaeyoung. Nafas mereka memburu. Keringat mengucur deras di wajah masing-masing.

"Kenapa? Ada lomba lari ya?" Tanya Sana.

"Ngapain lari-lari di Koridor coba? Lapangan luas, bor." Imbuh Jeongyeon.

"Hah, itu. Hah, disana. Hah, hah, hah."

"Mau lahiran lo? Udah pembukaan berapa?" Tanya Momo polos.

"Ish! Bukan!"

"Terus?"

"Tarik napas, Chae. Tarik, tarik, tarik, tari-"

"Tarik terus! Kapan keluarnya?"

"Tahun depan!"

"Mati dong gue?"

"Aamiin."

"HEH!"

Mina memijat keningnya pelan. Pusing dengan tingkah ajaib teman-temannya yang luar biasa.

"Kenapa malah ribut, sih? Jadi gimana? Ada apa?" Tanya Mina. Berhasil menghentikan perdebatan tidak berfaedah mereka semua.

"Kalian inget Eunbi, ngga?"

Jihyo yang sudah lebih dahulu berhasil mengatur nafasnya langsung angkat bicara.

"Inget. Kenapa?" Sahut Nayeon.

"Dia ilang dua hari lalu."

"Kok bisa?!"

"Yang gue denger dari anak-anak lain, hari jumat itu dia ngga pulang ke rumahnya. Ngga tau deh pergi kemana. Udah dicari-cari, tapi ngga ketemu. Orang tuanya sampe lapor ke polisi, tapi tetep ngga ada hasilnya. Sampai tadi pagi, waktu Pak satpam mau ambil sesuatu di gudang dia liat Eunbi di dalem sana."

"Serius?!"

"Dia nginep disana apa gimana selama dua hari?"

"Ngga makan dong?"

"Ngga minum?"

"Pipis sama poopnya gimana itu?"

"Sempet amat lo mikir gituan?"

"Harus. Jorok ih."

"Mati dong kekurung gitu?"

"Kok lo tau dia mati?"

"Eh? Serius?!"

"Serius! Pak satpam aja kaget. Dia udah meninggal ternyata. Dan yang lebih parahnya lagi, dokter UKS bilang dia udah meninggal pas hari sabtu nya."

"Lah kok bisa?!"

Nayeon menutup mulutnya tidak percaya. Apa ini yang dimaksudkan oleh si peneror dengan surprise? Jadi benar kalau itu adalah sebuah kematian dari seseorang? Wah, ini benar-benar tidak bisa dipercaya. Terlalu besar.

"Kita juga ngga tau. Makanya ada bau-bau gimana gitu." Jawab Chaeyoung.

"Sekarang mayatnya dimana?" Tanya Tzuyu.

"Mayatnya- tuh dia mayatnya!"

Semua pasang mata serentak menoleh kearah yang ditunjuk Dahyun. Bukan hanya mereka bersembilan, tapi semua siswa juga melakukan hal yang sama. Para siswa dengan kompak menutup hidung ketika orang-orang dari pihak rumah sakit membawa tandu yang diatasnya terbaring tubuh kaku milik Hwang Eunbi melewati mereka. Tubuh itu hanya ditutupi oleh kain tipis berwarna putih.

Tepat ketika orang-orang itu melewati mereka, tangan Eunbi tiba-tiba keluar dari dalam kain. Terkulai lemas begitu saja. Tangan kanan itu nampak sudah putih dan terdapat luka panjang di bagian pergelangan tangannya dengan darah yang sudah mengering.

"Bunuh diri? Lagi?" Gumam Momo takut. Ia bersembunyi di belakang tubuh Sana.

Melihat pemandangan itu, salah satu dari sembilan gadis itu sontak menarik lengan sweater yang Ia gunakan. Guna menutupi bekas luka yang ada disana. Luka yang sama dengan yang Eunbi dapatkan.



Ddrrrttt. Ddrrrttt.



Gimana? Udah liat surprise dari gue? Masih anggep kode dari gue ini hal yang sepele?

CODE |Part 0.2 - ~|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang