PERTEMUAN

50 4 0
                                    

"Pertemuan yang tidak disengaja itu bukan kebetulan melainkan memang takdir kita untuk dipertemukan"
🍂🍂🍂

Ica sedang merias wajahnya di depan cermin, memakai bedak tipis ke wajahnya dan terakhir memakai liptint berwarna pink pucat ke bibirnya. 

"Oke siap," ucap Ica sambil mematut kembali riasan wajahnya dan merapikan sedikit rambutnya.

Ica melihat jam yang ada di dinding kamarnya. Waktu menunjukkan jam 07.00 WIB. Segera Ica beranjak mengambil tas nya yang bergantung di dinding. Hari ini Ica ada jadwal masuk kelas pagi. Dia hampir saja kesiangan karena begadang tadi malam mengerjakan tugas. Ica keluar kamar mencari abangnya untuk meminta diantar ke kampus. Iya, hampir setiap hari Ica di antar jemput dengan Abang nya. Ica bukan tidak bisa mengendarai motor, tentu saja bisa. Tapi, orang tuanya melarangnya mengendarai motor. Mereka hanya memperbolehkan Ica membawa di sekitaran komplek saja. Entahlah, Ica sendiri juga tidak paham apa yang membuat mereka terlalu melarang Ica membawa motor sendiri. Dia capek harus di antar jemput terus. Ah, mungkin lebih tepatnya abangnya yang lebih capek.

"Ca, cepat!" Teriak seseorang di depan rumah memanggilnya. Itu Bang Rangga, pasti dia sudah menunggu Ica dari tadi.

"Iya bang, bentar!" Balas Ica dengan suara keras agar abangnya mendengar nya. Dengan buru-buru Ica memakai sepatu kemudian berjalan ke depan rumah menemui abangnya.

"Ayok bang," ucap Ica mengajak Bang Rangga kemudian menyengir saat melihat wajah abangnya yang terlihat kesal.

Bang Rangga memutar bola matanya malas. "Lambat banget si lo Ca. Anak cewek kok bangun lambat." Kata Bang Rangga mencibir Ica.

"Bang Rangga, nanti aja ya kalo mau marahnya. Ica ga ada waktu mau dengerin Abang marah. Ica udah hampir telat ini." Ucap Ica dengan senyum tanpa dosa. Bang Rangga menghela nafas kasar. Kemudian naik ke motornya, diikuti Ica.

*

Di kampus Ica melangkah kaki dengan cepat. Semoga aja dosennya belum masuk. Do'anya dalam hati. Kelasnya hari ini ada di lantai 3. Ica terus melangkah kaki cepat bahkan sudah terlihat seperti berlari.

"Ca!" Panggil seseorang yang entah berada di mana. Ica sebenarnya mendengar ada yang memanggil tapi ia tak menggubris nya. Itu bisa diurus nanti saja, dia tak ada waktu. Yang terpenting sekarang adalah Ica harus masuk kelas tepat waktu, atau dia akan dikeluarkan oleh dosennya.

Akhirnya Ica sampai di depan kelasnya. Ica mengatur nafasnya sebentar. Kemudian membuka pintu.

Deg.

Dosennya udah masuk, dan sekarang dia sedang menatap tajam ke arah Ica. Orang yang di ruangan itu juga menatap ke arah Ica. Ica langsung gugup, saking gugupnya dia bahkan tak berani membuka mulutnya untuk meminta maaf karena sudah telat. Dia kini hanya mematung di dekat pintu. Menunggu Dosen itu berbicara mempersilahkan duduk atau mengusir Ica dari kelas. Astaga sial sekali Ica jika dia diusir dari kelas, padahal dia sudah berusaha secepat mungkin untuk sampai di kelas ini. Sia-sia saja kalo begitu perjuangan nya. Kalian pasti tau bagaimana lelahnya Ica berjalan naik tangga ke lantai 3. Dosen itu melihat arloji di tangan kirinya.

"Telat 3 menit, karena peraturan di kelas saya yang keluar dari kelas adalah yang telat 5 menit. Maka kamu selamat. Duduk sana!" Titah dosen ini dengan tegas. Ica mengangguk patah.

"Terima kasih pak." Ucap Ica pelan, kemudian menuju bangku yang kosong di belakang. Ica menghela nafas lega, ternyata perjuangannya tidak sia-sia.

Setelah hampir 2 jam, kelas pun selesai. Ica membereskan bukunya dan memasukkan ke tas, kemudian melangkah keluar kelas. Hm, sambil nunggu jadwal kelas selanjutnya, enaknya kemana ya? Tanya Ica dalam hati.

OBSESSIVE LOVE [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang