Extra Chapter ; 7 Years [I]

1.8K 289 183
                                    

"Park Jimin brengsek! Sialan! Aku akan menggorengmu hidup-hidup di dalam minyak panas!"

Min Yoongi menyobek kertas-kertas foto di tangannya sampai menjadi serpihan, tanpa sedikit pun belas kasihan.

Di studionya yang sepi, ditambah ini masih jam empat pagi, Yoongi merasa sangat panas meskipun air conditioner bekerja dengan baik. Yah, apa mau dikata kalau hatilah yang sedang butuh pendingin?

Yoongi menekuk lututnya, duduk memeluk kedua lutut tersayang di atas kursi putarnya, menatap layar komputer dengan ekspresi muram.

Pada layar datar itu, terlihat Park Jimin-versi usia dua puluh enam, sedang berdiri bersama seorang gadis entah berantah, menyajikan pemandangan musim gugur di Paris sebagai latar belakang, keduanya mengenakan mantel panjang berwarna cokelat terang yang tampak lembut, sangat mahal meskipun dilihat hanya dari selembar foto.

Yoongi tidak tahu siapa yang mengirimkan foto-foto itu ke email-nya, ia hanya mencetaknya kemudian melampiaskan amarahnya dengan membuat foto tersebut menjadi serpihan tak guna.

Tapi apa gunanya pula jika soft copy-nya masih ada?!

Yoongi mendengus memutar bola matanya malas. Bagaimanapun juga, Park Jimin memang terlalu sialan untuk dipercaya!

Ponselnya berdering.

Yoongi mengangkat panggilan itu.

"Halo? Ji?" Sang sepupu yang padahal ruang kerjanya hanya berjarak sepuluh meter, meneleponnya.

"Cih, sesukaku saja. Aku tidak mau mengangkatnya, berarti tidak akan," ujar Yoongi, merengut dan penuh keluhan.

"Ohh kau di rumah? Kwon Hoshi mabuk? Buang saja ke sungai Han! Kenapa kau masih saja peduli padanya," gerutu Yoongi.

"Baiklah, sampai jumpa. Aku mencintaimu juga adikku tersayang!"

Usia Yoongi sudah dua puluh tujuh, dan dia tidak pernah berhenti memperlakukan adik sepupuku seperti bayi.

.

.

.

"Jimin, tunggu aku!" Kim Taehyung dengan kacamata berbingkai tipis tergantung di hidung mancungnya, nampak kewalahan menyeret koper miliknya di antara ramainya bandara.

Sedangkan si Park sahabatnya, seenak jidat berjalan cepat tanpa hambatan karena tidak memiliki sesuatu pun di tangannya, entah koper ataupun tas jinjing.

Jimin hanya terlihat menggenggam ponselnya untuk menghubungi seseorang namun selalu berujung ditolak dan gagal.

"Tae! Cepatlah!"

"Kau yang harus pelan sedikit bodoh!"

"Apa katamu idiot?!"

Hah.

Kadang yang dewasa pun cuma umurnya saja.

.

Di dalam taksi, Jimin masih belum tenang, dia terus mencoba menghubungi Yoongi namun malah berakhir ponsel gadis itu tidak lagi aktif.

Mendesah panjang, akhirnya yang bisa Jimin lakukan hanya mengistirahatkan kepalanya di jendela dan menunggu taksi untuk membawanya ke Seoul.

"Kau pulang saja, aku mau ke tempat Yoongi,"

"Siapa juga yang mau mengikutimu?" Dengus Taehyung.

Si Kim itu sudah sangat merindukan rumahnya, terjebak tujuh tahun bersama Park Jimin bukan sesuatu yang mesti dikenang dengan penuh senyuman. Berulang kali, ia harus gagal pulang karena Jimin dan karena Jimin.

Light In The Mist [Completed]Where stories live. Discover now