Chapter 29; Snow Flake

2.2K 374 182
                                    

Hujan berangsur-angsur berhenti, berubah menjadi rintik gerimis tak seberapa.

Langit gelap, cuaca dingin dan jaketnya sedikit basah, Jihoon mengabaikan itu semua dan hanya berjalan menuju alamat yang diberikan Jimin. Cemasnya pada sang kakak sepupu mengalihkan segala, bisa dikatakan bahwa hal itu salah satu yang bisa membuat Jihoon gelap mata.

Yoongi, bagi Jihoon, benar-benar bukan sekedar anak dari kakak ibunya. Segala aspek dan keadaan membuat Jihoon kadang lebih peduli pada Yoongi daripada dirinya sendiri.

Seperti saat ini.

Meskipun Jihoon mulai kelelahan dan merasa lemas karena terlalu banyak berlari, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja. Ia menunggu taksi, namun ketidaksabaran itu membuatnya tidak bisa hanya diam. Sehingga Jihoon terus memacu langkahnya.

'puk'

Bahunya ditepuk, Jihoon tersentak.

Ketika berbalik, dua sosok tak dikenal memandangnya dengan seringai keji. Bau alkohol menguar dan Jihoon mengernyit tak suka.

"Menjauh dariku," gadis itu menjauhkan bahunya dan melangkah mundur, terang-terangan tidak menyukai kedatangan dua pria pemabuk di hadapannya.

"Gadis kecil ini, kemarilah sebentar dan bermain bersama kami,"

Jihoon hanya melirik mereka dengan datar.

Salah satu dari mereka mengulurkan tangannya lagi untuk menangkapnya, namun Jihoon menjauh.

"Pergi dariku!"

"Hahahahaha.."

Kedua pria asing itu tertawa, terlihat sangat terhibur dengan penolakan Jihoon. Di sana, Jihoon menegang waspada, sudah jelas bahwa dua orang ini tidak datang dengan niat yang mulia. Ia melirik ke sekitar, sangat sepi, dalam hati pun Jihoon mulai merutuk.

"Seret dia,"

"Lepaskan aku!"

'Plakk'

Jihoon meringis, bibirnya berdarah dan pipinya membiru, sangat terasa sakit bekas tamparan itu. Tubuhnya kembali diseret menuju gang terdekat, Jihoon tidak menyerah dan terus meronta. Meskipun hal itu menyebabkan perlakuan kasar lainnya dari salah satu pria yang paling pemarah.

Jihoon menendang kaki mereka menampar wajahnya. Kedua pria itu benar-benar kehilangan akal, Jihoon meronta marah saat mereka berusaha melepaskan switer yang dipakainya.

"Lepaskan aku sialan! Brengsek! Otak udang!" Jihoon terus memaki, dia meronta sekuat mungkin. Bahunya dicengkeram semakin erat dan rintihan keluar dari bibirnya.

"Benar-benar gadis yang pantang menyerah, sesalilah nasibmu yang malang, nak." Suara salah satu pria keluar dengan nada empati yang dibuat-buat. Karena setelahnya, mereka tertawa sangat kencang.

"Jihoon! Lee Jihoon!" Suara Hoshi terdengar dari kejauhan, Jihoon mendengar itu dan meronta semakin kuat. Dua pria itu bersiap-siap, sangat berniat untuk melecehkannya. Jihoon menahan air matanya ketika mereka mencoba melepaskan pakaiannya.

Di sisi lainnya, Hoshi benar-benar bekerja keras untuk menemukan Jihoon. Dia tidak peduli jika bosnya akan marah, itu bisa diatur nanti.

Di antara kejamnya malam, Hoshi kira yang paling buruk adalah menemukan Jihoon yang jatuh pingsan. Ia tidak berpikir sejauh seperti menemukan Jihoon yang nyaris diperkosa dua pria sinting di gang sempit.

Napas Hoshi memburu dan ia segera berlari ke arah Jihoon yang benar-benar nyaris dilecehkan.

Suara tawa kedua pria paruh baya itu membuat Jihoon menggigil sampai ke tulang. Napasnya terengah, penuh ketakutan ketika tangan-tangan itu meraba-raba tubuhnya.

Light In The Mist [Completed]Where stories live. Discover now