“bukan apa-apa. Ahh sudahlah!”

Kupikir tadinya adikku akan mengajakku ketempat yang elit dan mewah seperti yang sering dia lakukan, namun pikiranku salah.

Tempat yang didatanginya adalah tempat kumuh dan... menyebalkan! Aku hanya bisa menghela napas gusar akibat kejadian tadi. Aku bersumpah tidak akan datang ketempat itu lagi!!
.

.

.

Sesampai dirumah, aku cepat-cepat masuk ke kamar. Melanjutkan aktifitas rutinku, membaca komik. Sebelumnya, aku turun kebawah untuk mengambil bir kesukaanku dan membawanya ke rooftop. Kebiasaanku memang...

“oppa, nanti ajarkan aku belajar sastra bahasa inggris yah ? oppa kan pandai bahasa inggris...” ujar Ara menghentikan langkahku.

“shiro! Kau bisa belajar sendiri atau mencari di mesin pencari” jawabku malas

“ani!! Pokoknya kau harus mau!!”

“shiro-eo!! Kau tahu kan, aku paling tidak suka dipaksa. Huh!”

“oppa selalu begitu. Ya sudahlah, aku akan belajar sendiri!!”

Ara berjalan menuju kamarnya dengan wajah cemberut karena kesal. Lalu aku harus apa ? aku sangat malas mengajarinya. Lagipula, dia kan sudah besar? Jadi pandai-pandailah dalam belajar.

Disinilah tempat favoritku, rooftop rumah. Aku bersyukur karena appa dan eomma menuruti permintaanku beberapa waktu lalu untuk membuar rooftop. Menyenangkan, dan aku mencintai tempat ini. Tempat ini adalah tempat aku berkeluh kesah, bermain dan bahkan aku lebih sering tidur dirooftop dari pada dikamar.

Eomma sudah melarangku tidur di rooftop, kata beliau terlalu dingin dan tidak baik untuk kesehatan. Eommaku selalu begitu, mengkhawatirkanku padahal aku selalu melanggarnya. Ahh, fokusku hilang ketika melihat pakaianku yang terkena tumpahan kopi tadi.

Gadis bodoh itu... ternyata wajah ketakutannya itu lucu juga. Padahal tadi itu aku tidak ingin memarahinya karena disatu sisi itu adalah kesalahanku juga.

Aigoo... apanya yang lucu? wajahnya? Yang benar saja!!

Pemandangan separuh dari kota Seoul begitu cantik dari rooftopku, cahaya matahari sore semakin menambah kesan elegant dan manis kota kelahiranku ini.

“ckckckck, jadi dari tadi kau hanya disini ?” suara menyebalkan itu menyadarkanku dari hipnotis pemandangan cantik sore ini.

Aku menoleh, menatap kesumber suara, siapa lagi kalau bukan adikku.

“wae? Kau minta diajari lagi ? kan aku sudah bi-“

“appa memanggilmu. Sepertinya kau kedatangan tamu yang...menyebalkan?”

“nuguyeo?”

“turun saja! Aku bahkan malas menyebut namanya. Palli!” ucap Ara lalu meninggalkanku sendiri.

Dengan langkah gontai, aku menuruni tangga dan berjalan menuju ruang tamu. Menyusul adikku yang sudah menghilang entah kemana.

Apa tadi ? tamu yang menyebalkan ? Tepat sekali! Appa sudah duduk menunggu ditemani...Haeji ? huh! Perasaanku jadi tidak enak.

Appa menoleh kearahku, sedikit mengernyitkan dahinya menatap heran padaku.

“aigoo, bagaimana bisa kau menggunakan pakaian pendek seperti ini didepan pacarmu hah?”

“anii, gwaenchanh-a. lagi pula, Kim Tan terlihat lucu dengan pakaian itu. Hehehe..”

“ada perlu apa?” tanyaku dingin.

“Tan-ah, Haeji datang kesini ingin mengajakmu makan malam diluar. Kalian kan sudah lama tidak makan malam bersama, apalagi makan diluar..” jelas appa

“huh!” aku menghela napas malas

“mianhae, tapi oppa sudah janji akan mengajariku belajar sastra bahasa inggris malam ini. Jadi kurasa, eonnie tidak mendapat kesempatan” ujar Ara yang entah kapan sudah duduk disampingku.

“ahh...al gess-eo ? mmm, baiklah. Mungkin lain kali saja”

“sudah tidak ada lagi kan ? aku mau kekamar. Permisi..” pamitku berlalu pergi

“nee, aku juga” disusul Ara yang mengekor di belakangku.
.

.

.

.

“oppa, maaf kalau aku lancang bicara begitu pada pacarmu” ucap Ara yang sudah duduk di kasurku.

“gwaenchanha. Kau memang sangat tepat muncul disaat aku tak memiliki alasan tadi. Itu bagus! Gomawo..”balasku menatap adik perempuanku satu-satunya itu.

Ara tersenyum padaku lalu membaringkan tubuhnya dikasur.
Aku tidak melanjutkan rutinitas di rooftop rumah lagi, melihat adikku yang mengeluarkan kata bohongnya tadi membuatku terjebak dikamar dengannya. Samar-samar kudengar suara deru napas kecil, Ara sudah tidur rupanya...

Lee Haeji, dia pacarku. 2 tahun lalu kami resmi berpacaran. Sebenarnya aku tidak berniat begitu, itu hanya permintaan appa dan eomma karena Haeji adalah anak sahabat mereka. Huh!

Aku dan Ara sama-sama tidak menyukai Haeji, alasannya karena Haeji tidak benar-benar mencintaiku, Haeji hanya ingin memeras uangku saja.

Aku akui, appaku memang banyak uang, seorang CEO di perusahaan makanan Kim Good Food yang didirikan appa sendiri. Dan perusahaan itu menjadi salah satu yang terkenal di Seoul. Memiliki banyak cabang di Daegu dan Busan, menjadikan keluargaku, keluarga terpandang dan kaya.

Selama berpacaran dengan Haeji, dia selalu membeli banyak barang yang tidak seharusnya dibeli. Bisa dibilang dia matre. Bukan karena aku kikir, tapi aku selalu berhemat. Karena aku tahu, mencari uang adalah hal yang sangat susah. Meski appaku seorang CEO terkenal, bukan berarti aku bergantung padanya jika soal uang. Aku bisa mengusahakannya sendiri.

Orang tua Haeji adalah seorang dosen di beberapa kampus terkenal di Seoul, salah satunya Hankuk unversity. Aku dan Haeji saling mengenal karena satu kampus. Nilai IP kami juga tidak berbanding jauh, 3.90 dan 3.98. cukup bukan ?
.
.
.
.

Halo chingu 😊😊
Gimana part ini? Masih belum greget? 😁😁 ntar deh aku buat.
Makasih yaah yg udah sempetin baca. Aku kira tadi ga ada yg mau baca 😭😊.

Maap bnyk typonya 😊🙏
Tinggalkan jejak yaa chingu.
Jan lupa vote and comment 💜😊

~~HATE, BUT I LOVE~~Where stories live. Discover now