Janji Suci

3.2K 330 52
                                    

"Saya terima nikahnya, Izma Sania binti Nuriel Muhamad almarhum, dengan maskawin seperangkat alat sholat di bayar tunai," ucap Ibra dengan lantang. Pria itu kini sudah mengucapkan akad nikah di depan penghulu.

"Bagaimana saksi?" tanya bapak penghulu.

"Sah, Pak penghulu."

"Sah."

"Sah."

Semua orang begitu bahagia dan mengucapkan hamdalah karena kini Ibra sudah resmi menjadi suami dari Izma.

"Izma Sayang. Ayo cepat keluar dari ruangan, temui suamimu, Nak," kata Umi Sayiba kepada menantu kesayangannya.

Dengan perlahan dan anggun Izma berjalan dari kamar menemui  Ibra yang kini berada di ruang tengah.

"Subhanallah cantiknya," kata Abi Abdillah kepada menantu kesayangannya.

"Ya Tuhan istriku begitu cantik, aku sungguh sangat bersyukur menjadi suaminya," lirih Ibra di dasar hatinya.

Izma pun kini sudah duduk di samping Ibra, mereka ini akan mengenakan cincin pernikahan. Resepsi pernikahan yang akan dilaksanakan besok memang akan sangat meriah, tapi akad nikah ini hanya diadakan di rumah dan dihadiri keluarga dekat saja.

Setelah bertukar cincin akhirnya Ibra mengecup kening Izma dengan penuh kasih sayang. Derai air mata pun menetes dari pelupuk mata wanita yang sangat anggun itu. Izma tidak menyangka bahwa dia akan menjadi pengantin untuk kedua kalinya. Dia berharap pernikahannya kali ini akan membuahkan hasil dan kebahagiaan.

"Sayang kamu adalah istriku. Kamu adalah cintaku, kamu adalah jantung hatiku. Aku mencintaimu Izma," lirih Ibra sambil kembali mengecup kening sang istri dan Izma pun kembali meneteskan air matanya.

"Ya Tuhan aku sudah menjadi istri Ibra. Apakah aku sudah berdosa telah membohongi Ibra dan keluarganya, aku sama sekali belum bisa mencintai Ibra sampai saat ini, tetapi kebaikan Ibra dan keluarganya membuatku tak bisa pergi kemana pun, karena memang di sinilah rumahku, di sinilah orang-orang yang menyayangiku berada, aku harus kemana lagi, tidak ada tempat yang aku tuju selain rumah ini. Tuhan tolong jaga pernikahanku ini, jadikan pernikahanku ini pernikahanku yang terakhir sampai maut memisahkan kami. Aku tidak ingin lagi ada hal yang membuat pernikahanku menjadi derai air mata, jadikanlah pernikahan ini jadi pernikahan yang bisa aku nikmati, berikanlah rasa cinta kepada hatiku untuk Ibra, agar aku bisa bahagia dengan status baruku," lirih Izma sambil meneteskan air matanya.

Lalu wanita itu pun langsung membuka matanya. Mereka lalu bersimpuh dan memeluk kedua orang tua Ibra. Senyum manis nan ramah selalu di sunggingkan oleh umi Sayiba dan abi Abdillah.

"Apalagi yang kamu pikirkan Izma, lihatlah mereka berdua mertua idaman seorang istri, sangat baik dan menerima statusku dengan hati yang iklas, terimakasih umi, abi, Izma akan menjadi istri yang baik dan setia untuk putra kalian, aku akan mencoba mencintai Ibra dengan sepenuh hati," seru Izma dalam relung hatinya.

Suasana begitu haru, Izma menangis sambil memeluk umi Sayiba dan abi Abdillah. Semuanya sungguh menusuk sukma. Tangisan kepedihan karena bahkan Izma tidak bisa sungkem kepada kedua orangtuanya, Izma yang sebatang kara kini memiliki mertua yang baik melebihi ibu dan ayah kandung.

"Lihatlah pengantin ini sungguh cengeng." Umi Sayiba terus menyeka air mata Izma. Sedang abi Abdillah dan Ibra hanya menatap dengan senyuman miring.

"Ayo duduk di sini menantu Abi yang cantik, lihatlah keluarga besar kita sudah menunggu untuk memberikan selamat untuk kalian berdua," kata Abi Abdillah dengan suara rendah.

"Terima kasih Abi." Izma menyeka air matanya, lalu tersenyum kepada Abi dan semua orang.

"Izma, selamat ya," kata salah satu kerabat Ibra lalu mereka semua memeluk Izma dengan suka cita. Rasanya keluarga Ibra tak ada cacat sedikit pun. Semua bersikap begitu baik kepada Izma. Tidak ada satu pun yang menentang pernikahan Izma dan Ibra.

"Sayang, ayo sini," ajak Ibra sambil menarik tangan Izma. Izma merasa malu karena di sana banyak orang yang menyaksikan tingkah Ibra.

"Ya ampun sudah tidak sabar ya," kata salah satu sepupu Ibra dengan cengengesan.

"Eh, biarkan saja," seru umi Sayiba dengam senyuman manisnya.

Kini Ibra dan Izma sudah berada di dalam kamar. Ibra ternyata ingin Izma datang ke balkon untuk melihat indahnya langit di luar.

"Kenapa kita kesini?" tanya Izma perlahan.

"Aku ingin berkata sesuatu dengan Bulan dan Bintang yang menjadi saksinya," lirih Ibra.

"Apa itu, Ibra?"

"Sssttt ... mulai sekarang panggil aku Sayang, Honey atau apa pun sesukamu, dengarkan sayangku, aku sangat mencintaimu, terimakasih sudah menjadi istriku, dengar aku baik-baik, aku akan hidup selamanya bersamamu, membahagiakan kamu , menjadi suami yang terbaik dan hanya ajal yang akan memisahkan kita, Bulan dan Bintang sudah mendengar, biarlah mereka yang akan menghukum jika aku suatu saat ingkar," tutur Ibra dengan kesungguhannya.

"Ibra, Sayang. Terimakasih atas semua rasa cintamu untukku, aku pun berjanji akan berusaha mencintaimu selamanya, sampai ajal memisahkan kita," jawab Izma dengan tetesan air matanya.

Izma sebenarnya belum bisa mencintai Ibra dengan sepenuh hati. Tidak bisa dipungkiri bahwa Azam masih ada di hatinya, pada pria itu sudah menyakiti hatinya sampai hancur dan tak berbentuk.

Tetapi karena kesungguhan Ibra dan keluarganya, Izma pun luluh dan berusaha untuk bertahan bersama dengan sebuah harapan. Berharap bahwa dia akan bisa membuang semua masa lalunya yang kelam dan berbahagia bersama dengan suami yang terlihat begitu mencintainya.

"Sayang, aku yakin kamu akan bisa melupakan dia dan mencintai aku," kata Ibra sambil mengecup tangan istri kesayangannya.

"Baiklah, itu aku juga yakin," kata Izma lalu tersenyum manis kepada sang suami. Mereka berdua saling bertatapan. Angin malam itu terasa sangat dingin. Membuat Izma terlihat kedinginan.

"Sini aku peluk, sudah boleh melukkan?" Ibra tersenyum dengan manis. Sambil menatap istrinya yang cantik.

Izma tersipu malu, kini Ibra sudah sah menjadi suaminya. Karena itulah dia hanya bisa menuruti semua ucapan dan keinginan sang suami. Wajahnya mengangguk dengan pipi yang merona merah.

Ibra merasa senang dengan senyuman istri cantiknya, merasa dapat sinyal, pria itu pun langsung memeluk istri kesayangannya.

"Ya Tuhan akhirnya aku bisa memelukmu seperti ini, aku sangat bahagia." Ibra memeluk Izma sambil menutup matanya, pria itu merasakan betapa indahnya Dunia ketika memeluk sang istri tercinta.

"Aku pun akan ikut bahagia, berusaha bahagia dengan pernikahan kita, terima kasih Ibra, untuk semuanya," lirih Izma di dasar hatinya. Sambil terus menikmati dekapan indah sang suami. Mereka sepasang pengantin yang berbeda asa. Satu sisi pengantin pria begitu bahagia, tetapi di sisi lain ada pengantin perempuan yang masih merasakan kegelisahan di dasar hatinya.

"I love you, Izma," bisik Ibra dengan sebuah aura kehangatan dalam relung jiwanya.

"Iya Sa-Sayang," kata Izma dengan gugup.

🎄🎄🎄

Halo kak silahkan komen sebanyak-banyaknya tapi maaf bukan saya sombong, saya belum bisa membalas komen sahabat semua. Alasan karena tangan saya blm bisa nulis banyak tangan saya baru sembuh. Kemaren sempat sakit dan saya mengurangi aktivitas menulis saya.

Oke yang pasti aku sayang kalian.

Dokter Izma 3 (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang