4

153 17 6
                                    

Kim Woobin telah sampai dirumah Takgu, ia menatap rumah sederhana itu dengan tajam. Ia melihat disekelilingnya, dan Haneul mencoba masuk mengetuk pintu rumah Takgu.
Takgu membuka pintunya dan terkejut melihat kedatangan dua pria yang diduga yang akan menagih utangnya. Dengan perasaan takut, dan gugup, Takgu mempersilahkan keduanya untuk masuk kedalam rumah.

Takgu meminta sang istri untuk menyiapkan minuman untuk Haneul dan Woobin. Tapi, Haneul melarangnya dan tidak ingin berbasa-basi.

Takgu, tangannya gemetaran dan memberikan uang untuk membayar utangnya. Haneul menerimanya dnegan baik, dan membuka amplop yang berisi uang tersebut.

"5 ribu won? Hutangmu sebesar 10 ribu won, Mr. Kim" kata Haneul.

Takgu menatap Woobin dengan takut. Woobin bisa melihat tangan Takgu yang gemetaran. Haneul mendengus kesal.

"Aku baru bisa mengumpulkan setengah dari hutangku. Bisakah kalian memberikan kesempatan untukku, maksudku memberikan waktu untukku melunasi setengahnya?" tanya Takgu.

"Kau tahu Mr. Hwang seperti apa, Takgu. Jika dia minta kamu melunasinya sekarang, maka tidak ada kesempatan" jawab Haneul.

Takgu menatap Woobin penuh harap. Takgu berharap Woobin bisa memberikan waktu dan merasa kasihan padanya.

"Kenapa kamu menjadikan putrimu sebagai jaminan, Takgu? Apa kamu tidak menyayangi anakmu sendiri?" tanya Woobin dingin.

Suara Woobin membuat Takgu membeku. Wajahnya semakin pucat dan menundukkan kepalanya merasa malu.

"Aku terpaksa. Mr. Hwang memaksakan Jiwon sebagai jaminan, jika tidak, dia tidak akan memberikan pinjaman padaku. Aku tidak tahu harus mencari pinjaman kemana lagi" jawab Takgu.

Woobin menatap Haneul sekilas dan melihat sebuah foto keluarga yang terpajang didinding. Ia melihat wajah Jiwon yang tersenyum cantik didepan kamera.

"Walaupun hutangmu sudah lunas? Apakah Mr. Hwang akan melepaskan Jiwon?" tanya Haneul.

"Iya. Laki-laki itu akan melepaskan Jiwon, dan tidak akan menjadikannya jaminan. Tapi, Mr. Hwang sangat menggilai Jiwon. Aku yakin, suatu saat tanpa jaminan, dia akan memaksaku untuk menyerahkan Jiwon padanya" jawab Takgu.

"Aku membantu melunasi hutangmu setengahnya" kata Woobin. Haneul terkejut, ia langsung menatap Woobin tidak percaya. Takgu pun juga sama, ia menatap Woobin tidak percaya. "Tapi, kau harus membayarnya setengahnya setelah kau mendapatkan uangnya. Aku tidak akan menetapkan jatuh temponya, kalau kamu bisa membayar setiap bulan akan lebih baik. Tidak ada bunga" tambahnya.

"B-benarkah? Kamu akan membayar setengahnya pada Mr. Hwang?" tanya Takgu.

"Tapi, Jiwon harus ikut denganku. Aku tidak menjadikannya sebagai jaminan. Tapi, aku yakin jika kamu melunasi hutangmu, Jiwon akan diambil paksa oleh Mr. Hwang. Dia akan aman bersamaku" kata Woobin.

"Aku tahu itu. Tapi.. Apa Mr. Hwang tahu rumahmu. Kenapa kamu mengatakan Jiwon akan aman bersamamu?" tanya Takgu tidak percaya.

"Dia sama sekali tidak tahu dimana rumahku. Percayalah. Aku akan mengembalikannya jika kamu sudah melunasi hutangmu padaku. Dan aku usahakan, Mr. Hwang tidak akan mengejarnya lagi" jawab Woobin.

"Apa aku bisa mempercayaimu?" tanya sang Istri.

"Tenang saja. Percayakan ini pada Woobin. Dia tidak akan menyerahkan Jiwon pada Mr. Hwang" jawab Haneul.

Takgu pun mengangguk setuju. Woobin beranjak dari tempatnya, begitu juga dengan Haneul. Woobin berpamitan, dan meminta Takgu membereskan barang yang diperlukan Jiwon. Haneul akan kembali menjemput Jiwon, sore saat Jiwon sudah pulang kuliah.

Selepas perginya Woobin, Takgu menghela nafasnya dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Aku sama sekali tidak tahu, apa aku harus mempercayai pria itu atau tidak?" tanya Takgu.

"Entah kenapa, sayang. Hatiku berkata, apa yang dibicarakan pemuda itu, aku percaya padanya" jawab Sang Istri.

"Semoga".

TO BE CONTINUED

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 11, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

All About LoveWhere stories live. Discover now