3

100 13 0
                                    

Kim Woobin berjalan menuju ruang utama tempat dimana ia bekerja. Seorang Ketua Mafia Besar yang dikenal menakutkan di Korea. Bahkan, hukum tidak dapat menyentuhnya sedikitpun.

Para anak buah yang bekerja dengan Mr. Hwang, membungkuk sebagai penghormatan kepada Woobin. Ia berdiri berhadapan dengan sekretaris Mr. Hwang, yang dikenal sangat cantik.

Banyak pria yang menggilai wanita itu, sehingga wanita tersebut menjadi tinggi hati, dan selalu tebar pesona. Tapi, ada satu yang tergoda oleh pesonanya. Kim Woobin. Sehingga, banyak pria yang mengatakan Woobin adalah gay.

"Bos ada?" tanya Haneul.

Wanita itu mengangguk sambil tersenyum melihat Woobin. Haneul memutarkan kedua bola matanya dengan malas. Woobin langsung berjalan melewati wanita tersebut, dan masuk ke dalam ruangan Mr. Hwang.

"Halo, Kim Woobin. Bagaimana tugas yang aku berikan? Apa kamu sudah berhasil membuat Soobin berlekuk lutut dan memberikan uang yang banyak?" tanya Mr. Hwang.

Haneul langsung menyerahkan dua koper berisi uang kepada Mr. Hwang. Pria berumur 45 tahun, sengan wajah yang keriput dan berkacamata bukat, membuka dua koper tersebut sambil tersenyum kemenangan.

"Ini baru dua anak buah kesayanganku. Kalian benar-benar bisa diandalkan. Aku akan mengirimkan bonus ke rekening kalian malam ini. Tunggu saja" puji Mr. Hwang.

Woobin hanya menatap bosnya dengan datar, tidak ada ekspresi apapun. Woobin berdehem, dan membalikkan badannya untuk segera pergi.

"Woobin-ah, jangan pergi dulu. Ada tugas baru untukmu" kata Mr. Hwang.

Woobin diam dan menoleh kepada Mr. Hwang. Pria setengah tua itu langsung mengeluarkan amplop coklat ke meja. Woobin mendekati meja Mr. Hwang, dan mengambil amplop tersebut.

Ia mengeluarkan dokumen dari amplop cokelat, dan membaca sebuah profil dari pria bernama Kim Takgu.

"Dia memiliki utang sebesar 10 ribu won. Sudah termasuk bunga, besok adalah tanggal jatuh tempo yang dia harus bayar. Aku ingin kamu menagihnya" perintahnya.

Woobin membaca profil Takgu dengan teliti. "Dia seorang pedagang kecil. Dan putrinya sebagai jaminan?" tanya Woobin.

Haneul terkejut bukan main. Haneul tahu ada rasa ketidaksetujuan melihat jaminan yang dibaca oleh Woobin.

"Aku sudah lama menyukai anaknya. Anaknya sangat cantik, lucu dan seksi hahaha aku ingin menjadikannya istri. Tapi, sayang mereka menghalangiku, maka dari itu, saat dia meminjam uang padaku, ini adalah kesempatan untuk menjadikan putrinya jaminan, karena aku tahu, Takgu tidak bisa bayar utangnya" jawab Mr. Hwang licik.

Woobin membuka halaman berikutnya, dan melihat sebuah foto putri dari Takgu. Dahinya berkerut, saat melihat foto putri yang ia kenal. Kim Jiwon.

Haneul pun juga terkejutnya, dan berbisik, "Dia kan yang bekerja di cafe yang kita kunjungi kemarin?".

"Takgu hanya memberikan informasi, Jiwon bekerja di cafe terkenal, seperti tertera di profilnya. Takgu benar-venar menyembunyikan dimana Jiwon kuliah. Pokoknya aku ingin kalian melaksanakan tugasnya dengan baik".

Woobin memasukkan kembali dokumen ke dalam amplop, dan mengangguk kecil pada Mr. Hwang. Lalu, ia langsung pergi meninggalkan ruang Mr. Hwang begitu saja, tanpa mempedulikan sekretaris yang menyambutnya.

***

Takgu berjalan mondar-mandir diluar rumahnya, dan sang istri melihatnya dengan perasaan yang campur aduk. Takgu menggigit jarinya dengan panik. Dinginnya malam tidak menghentikan paniknya Takgu.

"Kalau besok debt collector datang ke sini, dan aku baru bisa membayar 5 ribu won setengah dari utangku, bagaimana? Aku takut mereka membawa Jiwon" kata Takgu panik.

"Itulah akibatnya! Kamu meminjam uang kepada orang yang menginginkan anak kita. Kita harus bilang apa ke Jiwon, ini sama saja menjual anak kita yang harganya tidak senilai dibanding dengan 10 ribu won" kata sang istri marah.

"Aku tahu, sayang. Aku tahu. Aku menyesal! Tapi, aku sudah mencari orang-orang kaya untuk meminjamkan uang sebesar 10 ribu won, dan mereka semua menolak. Hanya Hwang sialan itu yang menjadi alternatif terakhir. Kita membutuhkan uang untuk usaha kita dan kebutuhan kita sehari-hari. Mau bagaimana lagi" jelas Takgu.

Tidak sengaja, Jiwon mendengarkan percakapan yang terjadi diantara kedua orang tuanya. Tangannya mengepal dengan kuat dan menitikkan air matanya. Ia tidak percaya bahwa kedua orang tuanya menjadikan dirinya sebagai jaminan utang keluarganya.

Jiwon keluar dari persembunyiannya dan membuat Takgu terkejut bukan main.

"Kenapa? Kenapa appa menjadikanku sebagai jaminan utang appa?" tanya Jiwon tidak terima.

Takgu berdiri mematung dan menatap Jiwon dengan lirih. Dan sang istri langsung berdiri memeluk Jiwon yang sudah menangis.

"Appa menjualku ke lintah darat? Appa tega melakukannya!".

"Jiwon, appa terpaksa melakukannya. Maafkan appa, nak. Semoga saja besok penagihnya mau memberikan keringanan penambahan waktu" sesal Takgu.

"5 ribu Won? Bagaimana bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu sehari?" tanya Jiwon.

Jiwon melepaskan pelukan dari ibunya, dan berlari masuk ke dalam kekamarnya sambil menangis. Takgu menelan ludahnya yang pahit, ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Besok kita akan membicarakan ini dengan Jiwon baik-baik. Semoga saja apa yang kamu bilang tadi itu benar, semoga penagih memberikan kesempatan penambahan waktu" kata Sang Istri lemah.

Takgu menganggukkan kepalanya dengan letih. Takgu langsung duduk dan memejamkan matanya. Dimana Tuhan? Setiap ia membutuhkan pertolonganNya, dimana Dia?

TO BE CONTINUED

All About LoveWhere stories live. Discover now