Bagian Lima

10.5K 1.1K 49
                                    

Saka berdiri di depan cermin. Tangan kanannya sibuk memegang sisir. Benda berwarna hitam bergerigi itu ia gunakan untuk menata rambutnya yang lumayan pendek. Dengan bantuan pomade, rambutnya yang terlihat mengkilap dan juga rapi. Sang ibu yang berada di depan pintu terbuka, menatap Saka dengan mata menyempit sembari menyilangkan kedua tangannya di bawah dada. Entah apa yang merasuki Saka hingga berdandan terlalu lama dan tidak sadar jika tengah diamati.

"Mau ke mana kamu?"

Saka menyunggingkan senyum terbaiknya sebelum berbalik.

"Mau pergi."

"Sama perempuan?"

Walau bisa dikatakan begitu tapi Saka memilih tak menjawab iya. "Enggak mama. Aku ada urusan pekerjaan."

"Di akhir pekan?"

Memang ibunya sulit dibodohi tapi Saka tak mau buru-buru membagi cerita tentang Naima dan anaknya. Nama baik Naima bisa saja tercemar. Ibunya akan mendesaknya untuk menjalin hubungan dengan Naima kembali kalau memang terbukti Saka punya anak dari perempuan itu. "Seminggu lalu aku sibuk Mah. Baru sekarang bisa buat kesepakatan."

Saka pamit pergi dengan mengecup pipi ibunya. Perempuan paruh baya ini mendadak selalu mencampuri urusannya sejak Saka bercerita tentang Naima. Saka tak mau melambungkan angan ibunya terlalu tinggi. Naima tentu tak akan mau kembali padanya dan perempuan itu selalu berkeras jika Andra memang bukan anaknya.

"Aku pergi dulu."

*******************

Andra bingung, mengamati berkeresek-keresek makanan di hadapannya. Ada burger, pizza, kue tart coklat, kue donat tiramisu dan beberapa snack. Tak lupa juga ada berbagai es krim dengan berbagai varian rasa. Diajak oleh sang kakak ke taman memang sudah biasa namun dibujuk dengan banyak makanan, ia baru mengalaminya kali ini.

"Nanti kalau Om-om temen bunda nanya kamu cukup bilang iya atau kalau bingung kamu cukup diam."

"Om-om yang ketemu kita di toko donat itu?" Naima mengangguk lalu melihat ponselnya. Sudah lebih dari 10 menit waktu janjian. Saka belum terlihat batang hidungnya. Naima mendesah. Bertahun-tahun tak mengubah tabiat buruk Saka.

"Om-omnya itu bukan?" tunjuk Andra pada sesosok pria yang memakai kaos putih bertuliskan UK, bercelana China coklat muda, di padukan dengan sepatu olahraga berwarna biru. Dada bidang pria itu tercetak jelas, membuat beberapa pasang mata menatap kedatangan Saka dengan antusias. Naima melengos. Dasar kadal busuk tukang pamer.

Saka begitu semangat menemui seorang anak kecil yang duduk di samping Naima. Ia membawa hadiah untuk anak itu. "Hai."

Andra menatap Saka dengan mata polosnya. Naima cuma melirik sebentar walau tak bermaksud bersikap jutek. "Duduk, Ka."

Naima menggeser tubuhnya agak menjauh. Saka langsung menyodorkan hadiah yang dibawanya kepada Andra. Andra bingung sejenak karena hari ini banyak yang memberinya hadiah. "Ini hadiah buat kamu."

"Apa isinya?"

"Buka aja."

Andra tak begitu antusias membuka hadiah dari orang asing. Ia pelan-pelan merobek bungkus kado sembari melirik ke arah sang kakak. Naima tak merespons apa-apa. Andra kira kakaknya pun tak keberatan. Sebuah kardus robot transformer besar mulai terlihat. Andra membelalakkan mata. Ini hadiah yang ia inginkan namun ibunya tak membelikannya. Sebab mainan Andra sudah sangat banyak. "Wah, makasih Om. Andra suka hadiahnya."

Dahi Naima mengernyit, ia menatap waspada. Takut adiknya terbujuk dengan sogokan mainan.

"Kamu suka? Syukurlah." Saka bernafas lega lalu mengusap kepala Andra. Inginnya dia mendaratkan kecupan tapi pasti Naima tak memperbolehkan.

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang