6. Batas kesabaran

Magsimula sa umpisa
                                    

"Jeon Wonwoo..."

Wonwoo tak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika suara seseorang menyapa indera pendengarnya. Apalagi suara itu tak asing ditelinganya. Wonwoo mendongak dan seketika itu kedua matanya membola. Tubuhnya menegang dengan rasa sesak didadanya yang bertambah menjadi. Ya. Dihadapannya seseorang yang dihindarinya berdiri dengan tatapan tajamnya. Tatapan yang bahkan selama ini tidak pernah ia terima. Sungguh Wonwoo merasa sangat terbebani akan hal ini.

Tanpa disuruh seseorang itu mendudukkan tubuhnya tepat disamping Wonwoo, membuat Wonwoo sedikit menggeser tubuhnya. Selama ini ia tidak pernah menduga akan kembali bertemu dengan seseorang yang pernah dekat dengannya, seseorang yang mengerti akan dirinya dan juga seseorang yang akan melindungi dirinya ketika sang ibu kembali menyakitinya. Namun sekarang orang itu tidak akan pernah memperlakukan dirinya seperti sebelumnya, karena sekarang ia telah menjadi seorang pembunuh.

"Aku kira kau telah menyusul Jihoon." kalimat itu kembali menyakitinya.

Wonwoo hanya bisa menunduk ketika hatinya mendapat luka untuk yang kesekian kalinya. Ia kembali tersadar jika kehadirannya ini tak benar-benar diterima, justru banyak orang yang mengharapkan dirinya untuk mati. Ya. Kata mati yang beberapa hari ini selalu menghantui pikirannya. Mungkin sekarang memang mati adalah keputusan yang terbaik untuknya. Agar mereka semua puas dan tidak ada lagi pembunuh seperti dirinya.

"Soonyoung-ah apakah kau percaya jika aku yang melakukannya ?" tanya Wonwoo dalam keadaan masih menunduk memainkan jemarinya.

Seseorang itu yang tak lain adalah Soonyoung, lebih tepatnya mantan sahabatnya. Terlalu menyakitkan jika harus mengatakan mantan sahabat, padahal sudah jelas jika Soonyounglah yang mengatakannya. Soonyoung pernah berkata padanya akan selalu disamping dan tidak akan pernah meninggalkannya. Tetapi apa ? Ketika tragedi itu terjadi, Soonyoung adalah orang pertama yang menuduhnya. Orang yang membuat semua orang percaya bahwa dirinya pembunuh dari sahabatnya sendiri. Padahal kenyataannya ia tidak melakukan hal keji seperti itu.

Soonyoung menatap kearah Wonwoo yang masih menunduk. Biasanya ketika Wonwoo seperti itu ia akan merangkulnya dan menenangkannya. Sekarang yang ada hanyalah perasaan marah yang menggebu setiap kali melihat mantan sahabatnya itu, "Tentu saja kau pelakunya, Jeon Wonwoo. Bahkan aku melihatmu yang berada ditempat kejadian."

"Kau seharusnya tidak membuat keputusan tanpa mengetahui hal yang sebenarnya. Kau tahu ? Karena perkataanmu itu hidupku menjadi sangat kacau. Kau mengataiku pembunuh hingga mereka mengikutinya, padahal aku tidak pernah melakukan itu pada Jihoon. Aku berniat menolongnya, tapi Jihoon tidak pernah mendengar perkataanku." ujar Wonwoo dengan mata yang memerah. Kedua matanya telah memerah namun sayangnya air mata itu tidak bisa menetes seperti biasanya. Mungkin karena ia terlalu sering menangis dan membuang-buang air matanya untuk seseorang yang tak berhak ditangisinya.

"Apakah sudah puas membualnya ? Sudahlah tidak ada yang perlu disesalkan. Seberapa kau meyakinkan dirimu tidak membunuhnya, Jihoon tidak akan pernah kembali. Sampai kapanpun kau tidak akan kembali mendapatkan nama baikmu dan mereka akan tetap mengingat kebodohanmu itu, kecuali jika kau mati."

"Ah mati ya ? Jika itu yang kau inginkan, aku akan menyusul Jihoon. Terima kasih atas kebaikanmu padaku, Soonyoung-ah. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu itu dan juga aku akan terus mengingat kebersamaan kita bersama Jihoon." balas Wonwoo tanpa membuat Soonyoung kembali berkata.

Wonwoo segera bangkit dari duduknya meninggalkan seseorang yang pernah dekat dengannya itu. Air mata yang beberapa waktu ini tidak bisa mentes kembali membasahi kedua pipinta. Air mata penuh kesakitan itu menemani dirinya disepanjang jalanan. Begitupula dengan Soonyoung yang tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya setelah kepergian Wonwoo, ia menangis dalam diam ketika mantan sahabatnya meninggalkannya.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon