Ale sama Ical kemarin sempet ketauan soal ngunci pintu kamar mandi pas Pak Aji lagi buang air besar.

"Lo berharap rumah sakit rame kayak konser Tulus apa? Pinteran dikit kek, Le." kata Luna jadi kesal sendiri.

Ale cengengesan. "Kalo gue yang sakit, nih sampe suster nya nyuruh diem, gue yang ngomelin." katanya diikuti tatapan jijik dari seisi ruangan, kecuali Nayya.

Ical mencibir. "Rumah Sakit ogah kali nampung elu, bangkrut yang ada ngadepin spesies anaconda."

Ale mencubit bibir Ical kesal. "Tuh mulut kayak abis dirujak. Sejak kapan lo berani bacotin gue?"

"Sejak gue suruh." Nathan menyahut setelah lama diam. Membuat Luna dan Ical terbahak puas. Ical hendak merapat pada Nathan namun cowok itu justru berdiri menghampiri Nayya.

"Kalian jangan pada berantem kek." kata Nayya dengan tawa kecilnya.

Ale ikutan berdiri menghampiri. Saling berebut tempat di samping Nayya dengan Ical. Luna sampai terpaksa menimpuk kepala mereka satu-satu, kemudian mengambil alih bubur di meja dan menyuapkannya pada Nayya.

"Aaa, Bun." pinta Luna.

Ale merapat pada Luna serta memiringkan wajahnya. "Aaa, Lun."

Luna mengambil bungkus obat di meja, memasukannya di mulut Ale dengan wajah kesal. "Noh makan noh."

Ale tersedak, menepuk bahu Ical untuk membantunya. "Cal, gue nggak mau mati muda..."

"Mati aja Le, lo kalo tua pasti jelek banget." sahut Ical membuat Luna tertawa puas.

"Bun, jujur deh, pasti kangen denger kita berantem kan? Semenjak lo nggak masuk, gue yang ambil alih kelas." cerocos Ale usai minum beberapa air.

"Iya, ancur kelasnya." sahut Ical. Ale mengusap wajah cowok itu agar diam.

"Nih ya, kalo mau masuk kelas pada gue minta baris dulu. Terus kalo pulang gue pilih yang paling diem, baru boleh pulang. Tau kan orang paling pertama pulang siapa?" tanya Ale.

Nayya tertawa sambil mengunyah buburnya. "Gibran sama Nathan?"

Ical menggeleng. "Satu lagi, Dilla."

Nayya ber oh ria sambil tertawa. "Iya, lupa."











"Bun, kok nggak pulang-pulang sih?" tanya Nathan dengan wajah polos dan serta datar andalannya.

Ale, Luna dan Ical langsung menatap wajah cowok itu cengo. Nayya sampai meringis karena bingung harus menjawab bagaimana. Sebagai penengah, Ale menggeser badan Nathan menjauh.

"Nathan abis tawuran Nay, maklumin suka ngelag otaknya." ucap Ale cengengesan, melotot kecil pada Nathan yang tampaknya santai-santai saja.

"Kan bener, kayaknya udah sehat-sehat aja. Jangan mau diboongin pihak rumah sakit, bilangnya menetap biar bayar rumah sakitnya mahal." jelas Nathan.

Ical dan Ale langsung melongo bingung. "Serius?" tanya mereka bersamaan.

"Becanda." jawab Nathan. Mengulas senyum tipis. "Katanya Nayya harus dihibur..."

Luna tertawa garing, menepuk bahu Nathan sambil mengangguk geli. "Ohhh gitu maksudnya, ya ya lucu." katanya sambil menatap Nayya, mengisyaratkan agar ikut tertawa juga.

Ale saling melemparkan tatapan sedih pada Ical, kalau Nathan ototnya nggak gede kayak petarung, Ale bisa tuh ngerukiyah sekarang.

"Nath," panggil Ale lembut, mengusap punggung cowok itu dengan senyum tipis. "Kan gue udah pernah bilang, lu kalo nglawak mukanya jangan flat gitu. Kan orang jadi salah paham."

Kelas Sebrangan ( AS1 ) TERBITWhere stories live. Discover now