"Tapi isinya masih banyak Mas, itu pun gak tau kapan habisnya karena aku juga jarang belanja."

"Sayang, sekarang kamu itu tanggung jawab Mas, simpan saja milik kamu atau di sumbangin, dan ini milik kamu sekarang nafkah dari suamimu, untukmu dan anak-anak."

Mau tidak mau Deeva pun menerima kartu itu dari tangan Wira.

"Makasih Mas," ucapnya.

"Sudah kewajiban suami kamu sayang," balas Wira sambil mencium kening Deeva dan pamit ke kantor.

"Mas ke kantor dulu ya, ingat mulai malam ini kita tidur di kamar ini," peringat Wira sebelum berlalu keluar dari kamarnya.

Deeva kemudian menyusul Wira keluar dari kamar dan menemui anak-anaknya yang berada di ruang tengah bersama Bundanya.

"Kalian ngapain di kamar lama banget, kalian bertengkar atau bercumbu lagi?" ledek Bundanya.

"Paan sih Bund, ngaco deh, Mas Wira nyuruh aku mengosongkan kamarku yang di atas, dan menyuruhku pindah ke kamarnya." jelas Deeva.

"Bagus dong Va, bunda juga gak cape-cape naik turun ke kamar kamu, anakmu juga mudah dipantau di dalam kamar, lagian kamar Wira itu jauh lebih luas dari kamar kamu bahkan lebih luas dari kamar bunda, apalagi ada tamannya," ujar bunda.

"Kok aku gak tau ya Bund kamar itu ada tamannya?"

"Memang kamu pernah masuk?"

Deeva hanya tertawa cengengesan.

"Sejak awal rumah ini dibangun Wira sudah memilih kamarnya sendiri, di komplek ini kan hampir semua model rumah sama, tapi Ayah membeli satu unit rumah lagi dan menggabungkannya kemudian di pugar oleh Wira karena dia punya sahabat seorang arsitek, makanya rumah ini sedikit berbeda dan agak besar dari rumah lainnya karena Wira punya Mau."

"Taukan Ayahmu apa pun keinginan Wira selalu dituruti. Kamar Wira yang paling luas dibanding kamar lainnya, dan lahan yang di samping itu seharusnya tempat kolam renang tapi Wira merubahnya menjadi taman dan menutup akses masuk ke taman itu karna pintunya hanya berada di kamar Wira."

"Sebenarnya Bunda sempat ngambek gak punya kolam renang tapi Ayahmu lebih menuruti kemauan Wira dari pada Bunda. yang lebih bikin kesel lagi Wira pindah bersama istrinya, sama aja kan kalau tamannya mubazzir gak ada yang nikmatin juga, Ayahmu hanya sesekali kalau lagi suntuk, mending dijadiin kolam renang kan tiap hari kita bisa renang," Omel bunda Rosi. panjang lebar.

"Tapi kan tamannya uda rapi lagi Bund, tambah indah malah, karena di kelilingi pohon perdu dan bongsai."

"Iya sih tapi dinikmati sendiri " kesal bunda Rosi.

"Tapi kan di belakang rumah juga ada kolam ikan dan tamannya Bund, bedanya gak ada gazebonya, kalau Bunda mau suruh aja Papanya Aif menyuruh orang untuk memperbaiki taman di belakang Bund." ucap Diva

"Iya juga ya, kok bunda gak kepikiran."

Deeva hanya menggeleng melihat Bundanya, dia pun beranjak dari duduknya mencari para Asisten rumahnya untuk meminta bantuan.

💓💓💓

Siang berganti malam, kini semua barang-barang di kamar Deeva sudah di pindahkan semua ke kamar Wira di lantai bawah, dan kamarnya yang sekarang sudah kosong kecuali tempat tidur dan meja riasnya.

Hanya pakaian dan barang penting saja yang dibawa turun dan juga perlengkapan kedua anaknya.

Dan malam ini mereka tidur di kamar lantai bawah tepatnya di depan ruang keluarga.

Sekarang mereka berkumpul di ruang keluarga setelah menikmati makan malamnya.

Berkumpul bercerita dan bercanda sampai hampir larut, Deeva tidak lagi khawatir meninggalkan baby Alayya berlama-lama di dalam kamar sendirian karena pintu kamarnya yang sekarang berhadapan dengan sofa yang didudukinya di ruang keluarga tersebut

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang