Part |12

12.3K 783 12
                                    

Kicau burung di pagi hari terdengar bagai alunan musik yang syahdu. Matahari seolah malu-malu menampakkan sinarnya, Deeva berdiri di balkon kamarnya dengan segelas teh hangat ditangannya.

Betapa indahnya sinar matahari pagi yang perlahan-lahan terbit dari ufuk timur, mata Deeva tidak lepas dengan pandangannya yang menikmati sun rise dari balkon kamarnya.

"Betapa besarnya kuasamu yaa Rabb," gumamnya.

Dua minggu telah berlalu, Deeva sudah terbiasa dengan perubahan yang terjadi pada Omnya, yang tidak lagi bersikap manis kepadanya, tidak terdengar lagi candaanya, tidak lagi mengomelinya.

Seolah Wira sibuk dengan dunianya sendiri, Wira lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor dari pada di rumah, terkadang tidak pulang sama sekali.

Namun deeva seolah tidak peduli lagi, dia hanya ingin menjalani hidupnya tanpa beban pikiran lagi, kini deeva sudah membuang jauh-jauh pikiran yang selama ini bersarang dipikiran dan hatinya, dan melupakan semua hal buruk yang pernah hinggap di hidupnya.

Suara tangisan baby Alayya menyadarkan dirinya dari lamunannya, Deeva bergegas masuk ke dalam kamarnya dan menghampiri baby Alayya.

"Baru bangun ya sayang?" ucapnya sambil mengangkat Alayya kedalam gendongannya dan membawanya kembali keluar ke balkon kamarnya menikmati pagi.

"Kangen ya sama Papa sayang? sudah dua hari Papa kamu gak pulang sayang, tapi kamu jangan khawatir ya ada Kakak yang selalu ada untukmu," ucapnya ke bayi yang sama sekali belum mengerti apa-apa.

Dan kini giliran suara Aif yang terdengar mencarinya.

"Evaaaaa ..." teriaknya menangis.

Karena baby Alayya berada di pangkuannya Deeva menjadi malas untuk beranjak dari duduknya.

"Aif sini sayang, Kakak di balkon," teriaknya memanggil Aif keluar ke balkon.

Aif segera bangun dari tidurnya dan berjalan keluar ke balkon dimana Deeva duduk di kursi sedang memangku Alayya

"Sini sayang," panggilnya.

Aif  mendekat ke arahnya dan memeluk lutut Deeva yang sedang duduk mejuntaikan kakinya.

Deeva lalu menarik Aif naik ke atas kursi dan mendudukkannya di sampingnya.

"Evaaa Aif mau mimi syusyu" pintanya.

"Nanti aja ya sayang mimi susunya kalau Aif habis mandi," bujuk Deeva.

Dengan wajah memelasnya Aif pun mengangguk

"Talo ditu Aif mau mandi bial bisa mimi syusyu" ucapnya.

"Ya sudah, ayo Kakak mandiin. Dede juga sepertinya mau mimi susu."

Mereka kembali masuk ke dalam kamar, Deeva memandikan kedua kurcacinya dan mendandani mereka, setelahnya dia pun juga mandi dan bersiap-siap ke kampus.

Seperti biasanya sebelum ke kampus deeva menitipkan kurcacinya kepada Bundanya.

"Bund, Ayah kemana? tumben jam segini belum sarapan," tanyanya ke Bundanya.

"Ayah masih di kamar," jawab Bundanya.

"Deeva pamit ya Bund, Dian sudah di depan  Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam," balas Bundanya.

Deeva berlalu keluar dari rumah dan menghampiri Dian yang sudah menunggunya.

Tidak terasa jam dinding di ruang kelas Deeva sudah menunjukkan pukul 11 siang.

"Tinggal satu mata kuliah lagi," batin Deeva.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang