Part |15

15.1K 883 17
                                    

Menjelang dini hari tepatnya pkl 03, Wira terjaga dari tidurnya, karna teringat sesuatu.

Wira pun bangkit dari tidurnya menuju ke kamar mandi membersihkan diri dan berwudhu di sepertiga malam, setelahnya Wira keluar dari kamarnya dan memdapati Deeva yang terlelap di samping jenazah Ayahnya.

Pemandangan yang membuat mata Wira berkaca-kaca, sungguh hatinya merasa pedih.

Sebenarnya Wira ingin memindahkan Deeva ke dalam kamar tapi dia urungkan, mungkin Deeva memang sengaja tidur di samping jenazah Ayahnya.

Adzan subuh berkumandang, dengan perlahan Wira membangunkan Mbaknya Rosi yang kini menjadi mertuanya, dan juga istrinya Deeva untuk melaksanakan kewajibannya,

"Mbak! bangun Mbak! sudah subuh."

Bunda Rosi menggeliatkan badannya dan mengerjap dengan perlahan membuka matanya menyesuaikan dengan cahaya lampu yang menyilaukan.

"Jam berapa ini Wir?" tanya bunda Rosi

"Sudah adzan subuh Mbak" jawab Wira.

"Wira, mulai sekarang ganti panggilan kamu, sekarang itu kamu bukan lagi adikku," tegur bunda Rosi.

"Masih keluh ni lidah mengubah panggilan, Deeva aja masih panggil aku Om, ini terasa aneh ya Mbak" ujar Wira tertawa.

"Di biasain Wira, karena sekarang semuanya sudah berubah dan kita harus belajar membiasakan diri merubah kebiasaan kita yang dulu," jelas bunda Rosi.

"In syaa Allah Bunda Rosi," balas Wira tertawa seolah meledek.

"Makasih udah panggil Bunda, tapi nggak ngejek juga kali Wir," Cibir bunda Rosi.

"Lah, kita kan butuh proses. Pelan-pelan saja Bundaku sayang," ejek Wira lagi.

"Ya udah sana, bangunin istri kamu kita berjamaah," kesal bunda Rosi.

Wira beranjak dari sisi bunda Rosi dan membalikkan badannya untuk membangunkan Istrinya.

"Va ...!! va ...!! Bangun udah subuh."

"Va ... !!"

"Hmm ...."

"Bangun yuk, kita berjamaah sama Bunda. Waktu subuh sudah mau lewat," ucap Wira yang membangunkan Deeva.

"Deeva mengerjap-ngerjapkan matanya dan mendapati wajah Wira yang hampir menempel di wajahnya.

Deg ... deg ...

"Masih subuh woeeiii .. jantung, please jangan berdebar dulu," batin Deeva.

"Bangun yuk! kita berjamaah," ucap Wira lagi.

Diva bangkit dari tidurnya dan melangkahkan kakinya ke kamar Wira untuk mengambil wudhu dan mukenanya.

Pagi bersambut, matahari mulai mucul diufuk Timur, kini Deeva sudah kelihatan rapi dengan gamis dan hijabnya yang membuat Aura kecantikannya terpancar walaupun tanpa sentuhan bedak.

Wira terpana melihat mantan keponakannya menggunakan hijab yang memancarkan kecantikannya.

Pagi ini jenazah Maulana akan di makamkan di TPU tempat anak dan istri Wira dimakamkan, entah ada berapa puluh jumlah pelayat di kediaman Maulana, jalan di depan rumahnya sudah penuh.

Bahkan semua anak yatim dari berbagai panti asuhan juga hadir di tempat itu, tidak ketinggalan semua anak jalanan yang berada di sudut Ibukota.

Belum lagi rekan-rekan Bisnis Maulana dari dalam dan luar Negri yang berdatangan di tumahnya untuk menyampaikan bela sungkawa.

BUKAN SALAH JODOH **END**Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang