Chapter 8 - Kepelikan seseorang

Start from the beginning
                                    

"Can gue ke belakang dulu ya," kata Stevlanka.

"Oh, mau gue temenin?" tanya Cantika. Stevlanka hanya menggeleng. Ia langsung beranjak meminta izin pada guru, lalu menuju ke UKS. Stevlanka setengah berlari. Jalan sepanjang koridor sungguh sepi. Karena memang sedang ada jam pembelajaran.

Stevlanka membuka pintu UKS. Melihat sepenjuru ruangan. Cewek penjaga UKS tadi mendekatinya. "Ada apa, Kak?" tanyanya, "sakit lagi?"

"Liat cowok yang bareng gue tadi, nggak?"

"Umm, dia udah lama keluar, Kak. Sebelum jam istirahat berakhir," balasnya.

"Makasih, ya." Stevlanka tersenyum, meningalkan UKS.

Sementara cewek penjaga Uks itu melipat tangannya di depan dada. Menggelengkan kepalanya. "Ada apa, sih, kakak kelas gue? Berantem kali, ya, sama pacarnya?"

Stevlanka melihat kanan kirinya. Semua kelas ada jam pelajaran. Lalu, kemana perginya Ardanu? Jika ia sudah keluar dari UKS sebelum istirahat berakhir, hanya satu yang pasti. Ardanu berniat bolos kelas. Stevlanka tersadar, mengapa juga ia peduli? Bukankah seharusnya ia sedang di kelas sekarang? Lalu, mengapa ia berjalan tak tentu arah seperti ini? Apa lagi alasannya adalah mencari Ardanu.

Stevlanka berniat membalikkan tubuhnya untuk kembali ke kelas. Namun tak sengaja matanya melihat jalan menuju rooftop sekolah. Tak tahu mengapa dirinya seperti tertarik berjalan ke sana. Setelah tiba, matanya melihat seorang laki-laki tertidur telentang dengan menggunakan tangannya sebagai bantalan.

Stevlanka menghela napas, ia berjalan mendekati cowok itu. Stevlanka berdiri tepat di depan Ardanu. Tubuh Stevlanka menghalangi terik matahari yang menerpa wajah Ardanu. Laki-laki itu sepertinya menyadari jika ada orang yang menghalau sinar matahari. Mata yang tadinya terpejam, kini terbuka menatap Stevlanka. Raut wajah Ardanu yang terkejut, ia mengubah posisinya yang tidur menjadi duduk.

"Lo di sini?" tanya Ardanu.

Stevlanka mendadak gelisah. Sial! Mulutnya terbuka dan menutup tidak tahu harus menjawab apa. Tak mau ambil pusing, Stevlanka meninggalkan Ardanu. Namun dengan cepat Ardanu menahan pergelangan tangan Stevlanka.

"Nggak baik lari dari kenyataan," kata Ardanu, " hadapin."

"Gu-gue habis dari toilet, terus nggak sengaja lewat sini. Dan ada orang tiduran, gue kira ada mayat," jawab Stevlanka terbata.

Ardanu tersenyum tipis, tanpa membalas apa pun ia menarik Stevlanka. Mengajaknya duduk di sampingnya. Atap sekolah ini sangat sepi. Namun tempatnya cukup luas. Di tengah-tengah terdapat tanaman cukup besar yang di lingkari oleh batu yang tersusun hingga dapat di duduki. Disitulah Ardanu tidur. Dan sekarang laki-laki itu mengajak Stevlanka duduk di sana menghadap hamparan langit.

"Karena lo udah terlanjur di sini, temenenin gue, ya?"

"Hah?" Stevlanka membulatkan matanya. "Nggak, kelas gue gimana?"

"Boloslah," jawab Ardanu cepat.

Stevlanka mengerutkan keningnya. Meneliti wajah Ardanu yang dengan mudahnya mengucapkan kata 'bolos'.

"Gue tahu lo nyariin gue, lo nggak usah merasa bersalah karena ninggalin gue di UKS tadi. Tadinya sih, gue pengen marah. Tapi, karena lo datang ke sini. Nggak jadi, deh," kata Ardanu. Stevlanka memalingkan wajahnya.

"Padahal gue mau lo marah dan jauhin gue."

Ardanu tersenyum menatap Stevlanka dari samping. "Gue nggak bisa marah sama lo, cewek langka."

"Stevlanka, bukan Stevlangka atau cewek langka."

"Lo langka, kok," kata Ardanu. "Dan gue akan membuat lo supaya nggak punah." Kemudian Ardanu terbahak-bahak. Sementara Stevlanka menatapnya dengan wajah datar. Ia bingung bagian mana yang harus ditertawakan.

DELUSIONSWhere stories live. Discover now