Haechan memberi sebuah elusan di tangan dan kepala Jisung, "Ada apa? Coba ceritakan kepada Mommy. Kau nampak gelisah dari tadi." Katanya lembut.

Tanpa aba-aba, air mata Jisung sudah jatuh. Dia menangis, tapi tidak bersuara. Air mata itu hanya mau terus keluar. Jisung tidak paham, tapi rasanya semua menjadi sesak.

"Mianhae, Mommy." Satu kalimat keluar dari mulutnya.

"Kenapa kau meminta maaf? Kenapa menangis?"
"Mianhaeyo, Mommy. Karena aku--" Jisung mulai terisak.

"Karena aku, Mommy kembali terluka. Karena aku membawa Mark-Ahjussi, Mommy jadi terluka lagi."

Haechan mematung. Dia masih tidak sepenuhnya paham. Tapi melihat semua ini, Haechan sepertinya yakin akan satu hal.

"Kau tahu sesuatu?" Tanya Haechan pelan.

Jisung mengangguk, "Jaehyun bilang, orang yang menyakiti Mommy ada di sekitarku. Dia bilang, ayahku sekarang berada di dekat kita dan dia berusaha menyakiti kita. Aku mencari tahu sendiri dan aku tidak percaya kalau ternyata dia adalah Mark-Ahjussi." Jisung terisak.

Mata Haechan bergetar, begitu pun tubuhnya. Setelah tragedi dirinya di tampar, tantrumnya sempat kambuh walau tidak separah seperti terakhir kali. Tapi itu mampu membuat ingatannya sedikit samar tentang semua yang terjadi sebelumnya.

Sekarang dia ingat. Soal pengakuan dosa Mark, pernyataan cintanya, perempuan itu, dan ciuman itu. Hati Haechan mendadak nyeri.

"Aku tidak terima dia menyakiti Mommy. Tapi aku terlalu takut untuk menghadapinya, aku hanya ingin pergi jauh darinya. Itulah kenapa aku membawa Mommy kemari. Aku membencinya, Mommy. Aku tidak mau dengannya. Tidak mau melihatnya."

Jisung tertunduk. Beberapa lama mereka terdiam. Jisung dengan tangisnya, dan Haechan dengan kekalutannya.

Namun kemudian, Haechan membawa Jisung ke dalam pelukannya. Dia menyandarkan kepala Jisung di depan dadanya. Beberapa tepukan dan elusan halus terasa di punggung Jisung.

"Maafkan Daddy-mu, ya, Jisung."

Mata Jisung membola. Apa yang baru saja ibunya katakan? Dia tidak salah dengar, kan? Sejujurnya, bukan itu yang ingin Jisung dengar.

Jisung melepaskan pelukannya, "Maksud Mommy? Bagaimana bisa Mommy bilang begitu?" Tanya Jisung tidak terima.

"Dengar, Jisung."

Haechan berusaha menenangkan anaknya. Dia tetap menggenggam tangan Jisung dan menatapnya dengan hangat, "Mark-ssi tidak sepenuhnya salah."

Jisung menggeleng keras, "Bagaimana bisa Mommy bilang begitu? Dia melukai Mommy, bahkan dia punya tunangan yang sudah jahat kepada Mommy."

Haechan menggeleng, "Tidak begitu. Mark-ssi sudah mengakui semua kesalahannya. Dia sudah minta maaf pada Mommy. Mommy yakin, yang terjadi kemarin pasti hanya salah paham."

"T-tapi, Mom--"

"Dengarkan Mommy, sayang." Haechan memotong.

"Mommy paham kau merasa sakit hati karena dia sudah meninggalkan kita. Mommy tahu kau juga tidak terima melihat Mommy terluka karena dia. Tapi semua itu sudah masa lalu, Jisung. Melihatmu yang seperti ini, mengingatkan Mommy akan diri Mommy sendiri selama ini."

Haechan menghela nafas. Dia teringat akan kehidupan pahitnya selama enam belas tahun terakhir.

"Ternyata, Mommy sendirilah yang mempersulit semuanya. Mommy lebih memilih menyimpan dendam pada Mark-ssi, dari pada memaafkannya. Itulah yang menyebabkan Mommy tidak bahagia dan trauma."

Untold Pain [MarkHyuck (GS)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang