30

11.8K 1.5K 268
                                    

Enjoy it

.
.
.
.

Grek

Yuta masuk ke dalam sebuah kamar rawat, namun kamar rawat itu ternyata kosong. Dia mencari seseorang, tapi nihil. "Kemana dia?" Gumam Yuta dengan nafas tersenggal-senggal.

Puk

Sebuah tepukan menghampiri pundaknya. Dengan sedikit tersentak, Yuta berbalik.

"Eoh, Hyung?" Yuta mengerjap.
"Ada apa denganmu?" Lelaki itu memiringkan kepalanya.

Yuta melihat orang itu. Santai dan tidak ada ekspresi berarti, seperti biasa. Di tangannya ada seplastik buah-buahan segar.

"Kemana istrimu?" Lelaki itu tersenyum dan berjalan melewati Yuta. Dia meletakkan buah-buahan ke dalam kulkas satu pintu sambil bersenandung ringan.

"Taeil-Hyung!" Panggil Yuta gemas.
"Cerewet sekali kau ini. Setiap hari kerjaannya menempel dengan Doyoung terus. Apa kau tidak memikirkan perasaanku?"

Yuta menggeleng malas tahu, "Kalau Hyung sampai cemburu, berarti Hyung bodoh." Ceplosnya.

Taeil menghela pelan, "Dia di kamar rawat Lucas. Bosnya sudah sadar, jadi dia menj--" tanpa menunggu kalimat Taeil selesai, Yuta berlari menyusul Doyoung.

Taeil membanting pintu kulkas dengan gemas, "Apa istriku sepopuler itu? Banyak sekali laki-laki di sekitarnya."

.
.

"Eonni dan Lee Ji istirahat saja dulu. Kalau makanannya sudah jadi, akan kupanggil."

Itu pesan Dowoon sebelum Haechan dan Jisung masuk ke kamar tamu yang disediakan Han Jisung.

Untuk memudahkan keberlangsungan cerita, Lee Jisung tetap akan disebut Jisung atau Lee Ji dan Han Jisung akan disebut Han Ji.

Haechan sedang duduk di atas kasur queen size sambil menatap gerak-gerik anaknya. Jisung sibuk menata pakaian ke dalam lemari. Walau nyatanya dia hanya sedang berpura-pura sibuk, tapi dia tahu ibunya sedang melihatnya sekarang.

"Mommy mau mandi dulu? Aku bisa menyiapkan airnya. Katanya Han Ji, kamar mandi di sini ada dua. Kita pakai yang di lantai satu saja, ya."

Haechan tidak menjawab. Sejatinya, suasana saat ini agak canggung.

"Jisung-ah." Panggil Haechan.
"Nde?"
"Boleh Mommy pinjam ponselmu?"

Jisung menoleh, "Boleh. Tapi untuk apa, Mom?"

"Mommy harus menelpon Mark-ssi. Kita belum berterima kasih padanya, kan? Dia sudah membantu kita banyak hal, Jisung."

Jisung menggeleng, "Aku sudah berterima kasih pada Ahjussi, kok." Bohongnya.

Giliran Haechan yang menggeleng, "Jangan begitu, Jisung. Mommy tahu kau belum melakukannya. Kau juga tidak bilang padanya kalau kita sudah check out dari rumah sakit, kan?"

Deg

Pergerakan Jisung berhenti. Jantungnya berdegup kencang. Dia tahu kalau ibunya akan cepat menyadari ini. Katakanlah Jisung itu jenius, tapi satu kebodohannya adalah tidak pandai menutupi segala hal dari ibunya. Atau mungkin, Haechan saja yang terlalu mudah membaca anaknya.

Kenyataannya, di mata Haechan, Jisung seperti buku dongeng anak-anak yang biasa dibaca menjelang tidur. Ringan, tidak rumit, dan mudah dipahami.

Haechan meraih tangan Jisung. Dia menarik anaknya pelan dan mendudukkannya di sampingnya.

Untold Pain [MarkHyuck (GS)]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang